Dua

427 54 6
                                        

Hai, All?

****

🍇 Rabu, 19 Juni 2024 🍇

Aku terdiam. Karena sudah 1 tahun lebih aku tidak mendengar suara-suara di sekitar ku. Aku bahkan mendengar musik yang baru aku dengar di cafe bernuansa alam itu.

Aku duduk bersama dua remaja yang aku kenal.
Aku merasa ini bukan mimpi dan ini nyata. Namun, mustahil aku bisa mendengar dan bersuara secara tiba-tiba.

"Bagaimana kamu bisa mengenal kami? Kamu mengetahui nama kami?" Sing. Remaja laki-laki itu bertanya.

Aku mengangguk.

"Ya. Aku mengenal kalian. Apa kalian tidak ingat apa yang terjadi? Hei, apa ingatan kalian hilang di alam mimpi ini?" ujarku.

Namun, kalimat yang aku ucapkan semakin membuat keduanya saling memandang bingung.

"Ada apa dengan mu? Alam mimpi? Ini adalah kenyataan, sepertinya kamu mengalami benturan parah, sebaiknya pergi saja ke rumah sakit. Jika kamu mati bagaimana?" ucap Leo.

"Aku akan semakin mendapatkan masalah." tambahnya.

Sing melihat ku dengan seksama.

"Bisakah kamu menjulurkan tangan mu?" Aku pun menjulurkan tangan ku di meja.

Laki-laki itu tiba-tiba mencubit ku.

"Apa sakit?"

Aku mengangguk. Itu benar-benar sakit.

"Jadi, apakah menurut mu ini mimpi? Aku dan Leo sudah berteman sangat lama. Kami selalu pergi ke sekolah yang sama. Kami tidak tau bahwa kamu satu sekolah dengan kami." ujarnya padaku.

Lantas aku terdiam untuk sesaat.
Tiba-tiba aku mendengar suara dari televisi yang menyala.
Sebuah berita menayangkan terjadi badai yang panas pagi tadi.

Leo dan Sing juga melihatnya.

"Badai panas? Hei, menurut mu apa yang di katakan oleh ketua kelas benar?"

"Hei! Itu mitos, apa yang kamu pikirkan, Leo? Dunia pararel? Hei! Itu gila."

Obrolan keduanya membuat ku tercengang.

"Dunia pararel?" Aku berucap.

"Apa aku berada di dunia pararel?" Mataku terbuka lebar. Apa aku berada di dunia lain? Aku tidak mempercayai konspirasi manusia jaman sekarang. Namun, aku merasa ini bukan mimpi, lalu apa ini? Apa benar dunia pararel itu ada?

"Siapa namamu?" Tanya Sing yang menghela napas.

"Park Zayyan." ucapku.

"Oke. Zayyan-ssi. Bisakah kamu tidak mengatakan hal aneh? Sebaiknya kita benar-benar harus pergi ke rumah sakit." Sing. Laki-laki itu berdiri dari duduknya.

Tiba-tiba ponsel ku berbunyi dan itu adalah panggilan dari ibuku. Aku memandangnya sesaat.

"Sepertinya aku harus pergi. Maafkan aku." ucapku. Dengan terburu-buru aku berlari pergi dari dalam cafe itu.
Meninggalkan Leo dan Sing.

Mata || Zalesing✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang