Tiga

254 39 5
                                    

🌻 Minggu, 23 Juni 2024 🌻

****

Aku merasa sangat keren saat ini. Dengan seragam yang nampak sederhana namun nampak keren. Dengan atasan berwarna putih bersih dan celana birunya, tentu saja dengan dasi dan lambang sekolah di bagian dadaku.

Di tempat ku tinggal, aku tidak tau ada sekolah ini. Mungkin saja aku terlalu kuno ataupun memang benar adanya, bahwa dunia A dan B adalah dua kehidupan yang berbeda.

Aku berjalan memasuki gedung sekolah, untungnya saja ada Dena sekolah di dekat pintu masuk. Aku melihatnya dengan seksama. Aku tau betul, pastinya kantor ada di lantai bawah.

Aku menyusuri lorong yang ku lihat di Dena. Aku merasa sekolah itu nampak biasa saja. Aman dan damai. Ataupun mungkin karena aku sudah lama tidak merasakannya? Itu mungkin saja.

Aku masuk dengan senyum kecil terukir di bibirku. Aku hendak masuk ke dalam ruangan yang pintunya terbuka lebar. Namun, aku terkejut ketika tiba-tiba aku menyenggol sebuah sepeda yang jatuh dengan suara keras itu.

Orang bodoh mana yang meletakkan sepeda di dekat pintu, walaupun tidak di tengah-tengah.

"Hei!" suara itu mengejutkan ku. Suara teriakan frustasi dan kekesalan.

Aku terdiam mematung di dekat sepeda yang terjatuh tak berdaya itu.

Seseorang mendekati ku. Seorang laki-laki yang nampak gagah, namun terlihat galak dan tegas.

Aku menunduk sopan, meski aku tidak tau siapa yang ada di hadapan ku.

Aku sudah berada di ruang guru, namun terasa sunyi dan menakutkan.

"Siapa kamu? Kenapa kamu menjatuhkan sepeda milikku?" tanyanya padaku.

"Aku tidak sengaja. Aku sungguh tidak tau ada sepeda didalam kantor." jawabku. Itu benar-benar tidak bisa aku pikirkan.

Laki-laki itu menghela napas. Aku melihat sekeliling. Aku terdiam ketika melihat Leo dan Sing melihat ku.

Apa yang keduanya lakukan disini? Apakah mereka bersekolah disini?

Seorang perempuan yang nampak manis meski terlihat sudah tidak muda lagi itu mendekati ku.

"Kamu yang bernama Zayyan, 'bukan?"

Aku mengangguk.

"Maaf, Pak. Zayyan adalah siswa baru. Jadi, jangan hukum dia juga, ya, Pak." ujar perempuan itu.

"Tidak! Tentunya harus di hukum! Agar tercipta anak-anak bangsa yang memiliki sopan santun dan tata Krama." ucapnya keras dan tegas.

Aku sedikit tersentak.

Kenapa aku di hukum hanya karena menjatuhkan sepeda yang berada di dekat pintu? Itu gila!

Aku terdiam mendongak melihat bendera yang berkibar di teriknya Matahari. Karena kali ini musim panas benar-benar sedang terjadi.

Di sisi kiriku adalah Sing dan Kanan ku adalah Leo.
Keduanya di hukum bersama dengan ku.

"Cara mencintai negara bukan hanya harus memberikan hormat kepada bendera saja,"

Mata || Zalesing✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang