Note: semua yang ada disini hanyalah fiksi dan murni untuk hiburan semata.
•
•
•
Hari itu, Obito dan Kakashi baru saja menyelesaikan misi yang panjang dan melelahkan. Mereka berdua sedang berjalan menuju rumah sakit untuk memeriksa luka-luka kecil yang mereka dapatkan dalam pertempuran. Rin, teman sekaligus rekan tim mereka, dengan lembut merawat luka-luka mereka, namun terlihat ada sesuatu yang mengganjal di wajahnya.
"Rin, ada apa?" tanya Kakashi yang selalu waspada terhadap perubahan sikap rekan-rekannya.
Rin tersenyum kecil dan menggeleng. "Tidak ada apa-apa, Kakashi. Hanya saja, aku merasa kalian berdua butuh waktu untuk berbicara dan... menyelesaikan beberapa hal."
Obito mengangkat alisnya. "Menyelesaikan apa? Kami baik-baik saja, kan, Kakashi?"
Kakashi hanya mengangguk pelan. "Ya, tentu saja."
Namun, Rin tetap merasa ada yang perlu diperbaiki. Setelah selesai merawat luka-luka mereka, ia meminta mereka untuk menemaninya ke sebuah rumah yang tidak jauh dari rumah sakit. Obito dan Kakashi mengikutinya tanpa banyak bertanya.
Mereka tiba di sebuah rumah tua yang sudah lama tidak ditempati. Rin membuka pintu dan mengajak mereka masuk. Obito dan Kakashi masuk ke dalam, tapi begitu mereka melangkah lebih jauh, pintu di belakang mereka tertutup dan terkunci.
"Hei, apa-apaan ini, Rin?" Obito mencoba membuka pintu, tapi tidak berhasil.
Rin berdiri di luar pintu dengan wajah serius. "Kalian akan tetap di dalam sana selama 24 jam. Kalian perlu waktu untuk berbicara dan menyelesaikan apa yang belum selesai."
"Kau tidak bisa mengurung kami di sini!" teriak Kakashi dengan nada yang tidak biasanya.
"Aku bisa dan aku akan," jawab Rin tegas. "Ini untuk kebaikan kalian berdua."
Kakashi dan Obito saling berpandangan, mencoba memahami maksud Rin. Mereka tahu bahwa Rin hanya ingin yang terbaik untuk mereka, tapi situasi ini membuat mereka bingung.
Setelah beberapa menit mencoba membujuk Rin, mereka akhirnya menyerah. Mereka duduk di lantai yang berdebu, saling terdiam. Ruangan itu kecil, hanya ada satu jendela yang tidak bisa dibuka, sebuah meja, dan dua kursi.
Kakashi menghela napas panjang. "Jadi, apa yang akan kita lakukan selama 24 jam ini?"
Obito mengangkat bahu. "Tidak tahu. Mungkin kita bisa berbicara, seperti yang Rin inginkan."
Kakashi menatap Obito dengan mata yang penuh keraguan. "Apa yang harus dibicarakan?"
Obito terdiam sejenak, lalu berkata dengan suara pelan, "Tentang kita. Tentang apa yang terjadi selama ini."
Kakashi tidak menyangka Obito akan memulai pembicaraan ini. Ia selalu berpikir bahwa Obito adalah orang yang lebih suka menyimpan perasaannya sendiri. Tapi mungkin, di dalam ruangan kecil ini, mereka bisa menemukan jawaban dari banyak pertanyaan yang selama ini mengganggu pikiran mereka.
"Apa yang kau maksud?" tanya Kakashi akhirnya.
Obito menatap Kakashi dengan tatapan yang intens. "Kau tahu, Kakashi, selama ini aku selalu merasa bahwa kita tidak pernah benar-benar memahami satu sama lain. Ada banyak hal yang kita sembunyikan, banyak perasaan yang kita abaikan."
Kakashi terdiam sejenak, sebelum mengangguk pelan. "Aku tahu. Aku juga merasakannya."
Mereka berdua terdiam lagi, membiarkan keheningan memenuhi ruangan. Namun, kali ini keheningan itu terasa berbeda. Ada rasa tenang yang perlahan mengisi hati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always together - Obikaka [One shot]
RomanceKumpulan one shot Obikaka, tentu saja. Warning! -Cringe -Typo -Alur tidak jelas -Obikaka -Homopobic? skip !!Semua karakter di cerita ini adalah milik Masashi Kishimoto, saya hanya meminjam nama saja!!