Saat bel pulang berbunyi di SMA Airlangga, Luza tidak bisa terburu buru pulang karna hujan turun sangat deras. Ingin menelpon nomor ayahnya untuk meminta jemput, tapi batrai handphone nya lemah membuat nya mau tak mau harus menunggu hujan reda
Jadi di sini lah mereka berdua berteduh di salasatu kelas yang cukup dekat dengan gerbang. Entah takdir yang berpihak atau keberuntungan yang datang, tepat di samping mereka dengan jarak 1 meter ada tiga orang laki laki yang juga ikut berteduh
Bumi yang melihat itu hanya tersenyum jahil " za Alka tu" ucapnya
"Biarin, anggap ga ada yang istimewa aja" ia mengkode Bumi agar bersikap biasa
"Gimana mau di notice kalo diem diem aja" Bumi mencibir
"Cinta itu masing masing, caranya juga masing masing. cinta itu gak berisik!" Luza menjawab cibiran Bumi yang sudah sangat sering ia dengar
"ALKA ADA SALAM DARI TEMEN GUE!" Bumi berteriak dengan tiba tiba
Luza membulatkan matanya, detik itu juga mukanya memerah menahan malu yang di ciptakan oleh teriakan Bumi "Bumi apaan sih!" Kesalnya
Tiga orang laki laki yang mendengar teriakan itu menoleh ke arah mereka berdua, dua orang dari ketiganya hanya tersenyum kecil, sambil menatap orang yang di maksud dari teriakan itu
"TEMEN GUE BERCANDA MAAF YA" Luza meminta maaf sambil berteriak kecil karna suara rintik hujan yang deras mengurangi pendengaran
"Ngapain minta maaf temen kita udah jawab salam lo!" jawab Geva mewakili Alka asal. Geva Aksara laki laki dengan tinggi sepantar dengan alka, memiliki kulit putih bermata sipit dengan kumis tipis yang sengaja ia jaga, memiliki sifat suka bercanda dan tertawa, menurutnya hidup itu harus di bawa santai
"Ga usah ngada ngada!" peringat Alka
"Lah salam emang harus di jawab Al" cibir Langit. Langit Bintang Angkasa memiliki tubuh atletis, memiliki senyum paling manis di antara ketiganya, anggota klub basket dan sering menang di perlombaan
"Terserah pokoknya gue minta maaf, temen gue tadi iseng" Luza tidak lagi berteriak karna hujan yang mereda
Ia pun berjalan menuju gerbang untuk pulang bersama Bumi di sampingnya. Sudah tak mau berlama-lama di sana, karna hari yang mulai sore, ia tidak mau ibunya khawatir
Rumahnya dan Bumi mempunyai arah yang sama, tapi Bumi selalu di antar jemput oleh ayahnya, karna itu ia tidak pernah berangkat bersama dengan sahabatnya
"Gue udah di jemput za, gue duluan ya" pamitnya sebelum masuk ke dalam mobil jemputan
Luza hanya tersenyum menanggapi nya, ia masih kesal dengan yang di lakukan Bumi tadi, tapi ia juga paham sahabatnya memang punya sifat jahil dan ceplas ceplos
Ia pun berjalan menuju halte bus untuk menunggu bus arah pulang, tapi sudah menunggu lama bus yang ia tunggu tak kunjung datang, jantungnya berdebar kencang ia takut tertinggal bus, tapi otaknya mencoba berpikir positif
"Mungkin bus nya lagi di bengkel" monolog nya menenangkan pikiran negatifnya
Tapi lagi lagi jantungnya berdetak kencang karna senja sudah terlihat tapi tidak ada satupun bus yang lewat "Apa gue ketinggalan bus ya" saat ini matanya sudah mulai memerah menahan tangis
Ia bingung ingin pulang jalan kaki tapi rumahnya jauh dari sekolah, ingin menghubungi ayahnya, batrai handphonenya lemah, taxi pun tidak ada yang lewat sedari tadi
Tapi tak lama takdir membawanya kepada keberuntungan kedua di hari ini, suara klakson mobil ayahnya berhasil membuat ia mendongak, karna sedari tadi ia hanya menunduk
"Cepet kak udah sore" panggil ayahnya lewat jendela mobil
Dengan cepat ia berjalan lalu masuk ke dalam mobil itu"Tumben ayah jemput" tanyanya
"Gimana gak jemput kak orang udah sore kok, mama sama ayah khawatir" ucap ayahnya sambil tersenyum simpul
Keheningan menerpa keduanya hingga tak sadar mereka sudah berada tepat di depan rumahnya
"kakak masuk duluan ya yah mau bersih bersih" pamitnya pada sang ayah"Iya" jawab ayah
Saat melangkah masuk ia di sambut oleh keberadaan ibu dan adiknya "kakak kok pulangnya sore banget, gak ngabarin lagi" ucap ibu khawatir
"Maaf ma tadi hujan kakak ketinggalan bus, handphone kakak juga mati" Luza menjawab pertanyaan ibu dengan jujur
"Ya udah sana bersih bersih abis itu kita makan bareng"
"Kakak ke atas dulu ma" pamit Luza
Luza pun berjalan menaiki tangga lantai dua, dan masuk ke dalam kamarnya, ia membaringkan tubuhnya sejenak melepas lelah hari ini. Hari ini ada lelah, senang dan malu. Ya begitulah hidup seolah itu semua adalah hiasannya
Sebelum masuk ke kamar mandi ia mencarger handphone agar btrainya terisi, ia harus sedikit cepat karna keluarga nya pasti menunggu nya di bawah.
Setelah bebersih ia turun dan berjalan menuju meja makan yang sudah tersedia nasi dan lauk pauknya
"Wah ada ayam kecap ma" mata Luza berbinar melihat menu kesukaannya"Iya, kemaren kan makanan kesukaan adek nah hari ini kesukaan kakak" dengan senyum ibu menjelaskan
Luza pun hanya mengangguk dan mengambil tempat duduk tepat di samping Arunika dan di hadapan ibu dan ayahnya
"Gimana sekolahnya kak" pertanyaan wajib ayahnya
"Baik" Luza menjawab singkat
"Kalau adek" tanyanya bergantian
"Baik yah, selalu baik, tadi adek dapet nilai tertinggi ketiga" arunika selalu antusias dalam bercerita
"Syukur, harus di tingkatkan mau ada hadiah atau tunggu lebih tinggi?" Ini yang Luza suka dari ayahnya selalu mengapresiasi setiap usaha entah darinya atau dari adiknya
"Tunggu tinggi yah biar hadiahnya lebih besar" senyum Arunika terbit dengan sendirinya setelah mendengar kata hadiah
"Udah cepet di abisin nanti kemaleman, gak belajar" ibunya menegur agar mereka tidak tidur telalu malam
"Siap mamaa.." maereka bertiga kompak menjawab nasihat ibunya
Setelah selesai makan dan beberes Luza masuk ke dalam kamarnya dan berbaring di kasur empuknya sambil membuka handphone yang sudah terisi. Ia membuka aplikasi bernama Instagram dan mencari user dengan nama amertaalka._ yang memiliki followers RB di belakang angkanya, dan 0 following
Tidak ada postingan satupun hanya ada bio yang bertuliskan silent love entah apa arti dari itu tapi luza sangat penasaran dengan maksudnya
Apakah alka sudah punya pacar?
Apakah mereka backstreet?
Atau alka punya gadis yang ia incar?
Pertanyaan pertanyaan itu muncul memenuhi pikirannya bagaimana jika benar, apakah ia harus mencegah itu?. Tapi untuk apa ia bahkan tidak pernah mengobrol walau hanya sepatah kata, entah alka mengenal nya atau tidak
Resiko mencintai dengan diam, sakitnya pun diam diam, mengejar pun tak mungkin Luza tidak seberani itu melakukan nya
TBC.
Revisi:
(1006 kata)
5 juni 2024