Di ibu kota yang sesak dipenuhi orang dan barang-barangnya membuat seorang laki-laki tegap merasa kesal. Bagaimana tidak, setelah sekian lama dia pergi dari Indonesia untuk melanjutkan pendidikan militernya di Jerman, ternyata negara ini masih sama sembrawutnya seperti terakhir kali ia tinggalkan. Dia adalah Kennard Jenggala Wardana.
"Apa selalu seperti ini Pak?" Tanyanya pada supir taksi yang ia stop dari bandara tadi.
"Wah sudah lama seperti ini mas, kayak ga tau Jakarta saja. Hehe. Macet dimana-mana banyak pendatang untuk cari uang." Jawab Bapak itu dengan semangat.
Ken hanya menjawab pernyataan itu dengan anggukan dan sesekali menatap padatnya jalan yang dipenuhi kendaraan. Setelah 2 jam perjalanan yang dikarenakan macetnya jalanan, akhirnya ia pun sampai ke sebuah rumah yang indah dan megah didaerah Pondok Indah. Dia pun berjalan masuk dan mengetok pintu.
"Kak Kennard!" Adik tertua Ken yang bernama Keisah membukakan pintu dan terkejut melihatnya. Keisah adalah adik tertuanya yang sudah kuliah semester 6.
"Hai Kei, mana yang lain? Kenapa kamu yang bukain?" Tanya Ken sambil memeluk adiknya yang sudah sangat lama ditinggalnya.
"Lagi pada sibuk didapur bantuin Mamah tuh, masak banyak kesukaanmu. Pasti bakal ngiler deh liatnya. Hehe." Jawab Keisah yang langsung membuat perutku keroncongan.
"Haduh membayangkannya saja aku sudah kelaparan haha. Ayoklah langsung kedapur aja." Ajak Ken pada adiknya.
Setelah memberikan barang-barangnya pada pembantunya, Ken langsung menuju ruang makan bersama Keisah. Disana ada Papah, Mamah, dan Kella adik kecilnya yang masih SMP. Melihat pemandangan itu, Ken merasa berada disurga. Bersyukur sekali mempunyai keluarga yang harmonis dan sangat ia sayangi, terutama kedua orang tuanya. Apapun akan dilakukannya untuk kebahagian mereka.
"Eh ada Ken, sini sayang. Mamah kangen sekali padamu." Panggilan Mamah Jeannie langsung ditanggapinya dengan pelukan penuh sayang.
"Hahaha lihat anak ini sudah besar tapi masih seperti anak kecil." Lanjutnya sambil melirik suaminya.
"Iya ih abang mah udah maco gitu tapi masa ya manja. Maconya ulang deh huh." Kata Kella yang memang suka menggodanya.
"Heh Kella kamu gak kangen apa sama abang? Abang baru dateng juga udah digodain." Jawab Ken membela diri sendiri.
"Sudah sudah, makanan sudah siap ini. Kalian duduk ayo kita makan bersama." Kata Mamah Jeannie yang sudah menyiapkan semua makanan kesukaan Ken. Ada opor ayam, sambel goreng, dan rendang. Ini mirip hidangan saat lebaran.
"Kita harus bersyukur masih bisa merasakan kebersamaan seperti ini." Kata Papa Fabian yang suaranya begitu berwibawa. Walaupun sudah pensiun dari dunia kemiliteran beliau tetap tegas dan menunjukan sikap otoriternya.
"Hmm benar itu Pah." Kata Kennard yang sudah melahap nasi dan lauknya.
"Masakan Mamah emang paling enak. Di Jerman ga busa menandingi masakan Mamah. Disana aku kangen rumah terus." Ceritanya sambil menikmati makanan."Kak Ken kalo makan yang bener ih, itu muncrat semua. Hiii jorok banget." Kata Keisah yang melihat Ken dengan tatapan jijik.
"Biarin, enak gini. Apa lagi yang nyiapin Mamah. Bener-bener nikmat deh."
"Nikmatan lagi kalo yang nyiapin istri sendiri." Kata Mamah Jeannie yang menyinggung Kennard sehingga membuatnya terbatuk-batuk.
"Ihh abang jorok banget, bener kata kak Kei, abang jorok jijik iuhhhh." Kata Kella yang mengelap tangannya karena muncratan nasi dari mulut Ken.
"Sudah jangan ribut. Benar kata Mamahmu Ken. Akan lebih baik kalau yang mengurusimu adalah istrimu sendiri. Lagi pula umurmu sudah tidak tua." Kata Papah Fabian yang membela ucapan Mamah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and Red in Rosebush
RomanceRumpun bunga mawar ini akan aku tanam dipekarangan rumah kita, berharap bunganya kan tetap mekar berwarna merah Rumpun bunga mawar ini suatu ketika akan aku temukan dipekarangan rumah kita, tetap merah merona namun ada hitamnya