Perkataan Kennard kemarin membuat Nia sadar bahwa dia memang tidak pantas untuk menjadi seorang istri abdi negara.
Bagaimana bunda bisa berpikir akan menjodohkan aku dengan dia. Aku pasti akan membuat semua orang kecewa kalau saja semua tau seperti apa diriku ini. Tinggal 1 bulan lagi dan minggu depan aku harus mengikuti serangkaian tes untuk menjadi istri seorang military. Yang hal ini tak akan pernah aku duga sebelumnya.
Aku ingin mengatakan semuanya, tapi setiap kali aku ingin bicara tenggorokanku seakan sesak dan tidak dapat bersuara. Tolong aku Tuhan. Aku ingin jujur pada mereka semua bahwa aku....
"Nia, apa yang kamu pikirkan Nak?" Suara bunda mengagetkanku.
Membuatku tersadar aku berada di Semarang untuk mengurus segalanya. Dan sebelum orang lain tau. Bunda harus. Tau terlebih dulu.
"Bunda, bagaimana kalau aku tidak bisa menjadi calon Kennard?"
"Apa maksudmu? Sebelum kalian hadir. Bunda dan Papahnya nak Kennard sudah berjanji untuk menjodohkan kalian. Yang pasti kalian sudah berjodoh sebelum kalian lahir."
"Tapi bunda, aku tidak pantas. Apa komandannya Kennard akan meyetujui dia bersamaku?"
"Tentu saja. Ingatlah Nia, jika kalian berjodoh jalan akan selalu terbuka untuk setiap masalah yang kalian hadapi."
"Bunda, tolong bantu aku." Suara parau Nia membuat hati Delisha cemas. Melihat anaknya seperti ini pasti ada masalah yang tidak ia ceritakan padanya.
"Bunda, aku tidak pantas untuk Kennard." Lanjutnya sambil terdengar isakan tangis dari bibirnya.
Delisha mendengarkan semua cerita yang keluar mulus dari bibir Nia yang sembari menangis, mengeluarkan air mata yang terus mengalir deras di kedua pipinya. Dia tampak kacau sekarang. Begitu juga dirinya. Bagaimana bisa anak yang selalu ia jaga menjadi seperti ini. Ingin marah namun tak bisa, kecewa pastinya. Tapi ini sudah terjadi dan tak ada yang bisa dilakukannya.
Akhirnya Delisha putuskan untuk mengakhiri perjodohan ini karena kalau dipaksakan memang Nia tidak akan pantas untuk menjadi seorang istri abdi negara.
Diberitahukannya masalah yang sudah Nia ceritakan pada Fabian. Dia nampak tidak setuju membatalkan perjodohan ini. Karena dia tidak ingin ini gagal seperti dulu. Setidaknya harus ada bagian dari mereka yang berhasil bersatu. Itulah yang dipikiran Fabian.
Namun sepertinya untuk saat ini benar-benar harus dipikirkan. Apalagi ini menyangkut hati dan aturan pemerintahan. Delisha sadar perjodohan akan membuat pernikahan tampak dipaksakan sehingga hati tidak cukup ambil adil untuk mempererat hubungan jika mereka tidk saling mencintai. Disamping itu aturan pemerintah yang menginginkan seorang abdi negara mempunyai calon istri yang benar-benar baik, mengharuskan mereka yang ingin menikah melalui serangkaian tes untuk calon istri yang pasti membuat perjodohan ini tampak sulit. Terlebih jika Kennard tidak menerima Nia yang berkekurangan untuk menjadi pendampingnya.
Yang terakhir Fabian katakan setelah percakapan panjang lewat telepon adalah "Tenang saja semua akan aku bereskan. Ini akan berjalan dengan semestinya. Bukankah Tuhan selalu memberi jalan untuk setiap masalah yang ada."
Mendengar perkataan Fabian, Delisha sungguh rindu namun hanya bisa diam tanpa kata. Dalam hati dirinya berdoa untuk kebahagiaan anak-anaknya.
***
Nia kembali ke Jakarta dengan wajah pucatnya. Masalahnya memang selesai namun tidak hatinya. Mungkin benar bahwa dia sudah jatuh hati pada seorang Kennard yang selalu merendahkannya. Tapi mendengar keputusan bunda, Nia sadar itu yang terbaik. Dia akan melupakan semuanya dan kembali kerutinitas didunia perbankan. Tanpa melibatkan dunia pemerintahan yang akan membuat hidupnya frustasi.
"Nia apa kamu baik-baik saja? Sepertinya kamu butuh istirahat." Kata Dera sahabat yang selalu dirindukannya itu.
Sungguh saat ini dia ingin menangis. Sudah banyak yang ia kecewakan didunia ini. Apa masih pantas dia hidup. Tanpa sadar bulir air mata mengalir ke pipinya.
Membuat Dera bingung sekaligus cemas. Sejak kepulangannya dari Semarang, Nia tampak pucat, murung dan tidak bersemangat. Namun dia tidak pernah menceritakan masalahnya kali ini. Akhirnya yang bisa Dera lakukan adalah menepuk-nepuk pundaknya dan memeluknya erat. Memberikan dukungan untuk sahabatnya itu.
"Nia.." Suara berat seseorang memecah pelukan mereka berdua.
Ryan, orang yang ada dimasa lalunya yang membuat dia menyesal seumur hidupnya. Datang ke kantornya. Untuk apa dia kesini.
Nia yang masih terlihat kacau merapikan pakaiannya dan menghapus air mata di kedua pipinya. "Eh Ryan, ada apa? Kok tau tempat kerjaku?"
"Apa yang ga aku tau dari kamu sih Nia." Kata Ryan sambil tersenyum sayang. Ryan tau bahwa Nia sedang dalam masalah dan itu pasti karena Letda Kennard yang kemarin memergoki mereka berdua.
"Hehe benar juga, sejauh aku pergi dari kamu, kamu tetap menemukanku ya kan?" Ucap Nia memaksakan tertawa yang membuat wajahnya aneh.
"Nia ayo kita bicara. Jangan memaksakan tawa seperti itu saat hatimu sedang kacau."
Sepulang dari kerja, Nia menemui Ryan disebuah restoran Jepang ditengah kota. Dulu mereka sering menyempatkan datang berdua. Nia masih ingat Ryan sangat suka sushi karena memang dia blesteran Indo-Jepang.
"Kamu pasti bakal pesan sushi. Apa ga bosan haa?" Kata Nia dengan nada bercandanya.
"Kamu masih ingat favoritku. Haha"
"Tentu saja kamu terliat begitu memuja sushi. Padahal jelas tidak enak."
"Hei kamu menghina masakan orang Jepang? Itu karena lidahmu lidah Jawa ya. Ingat itu Nia."
"Haha begitu saja sudah ngambek. Aku ingat dan I'm proud."
Mereka pun bercanda sambil menunggu pesanan mereka datang. Tak berapa lama pesanan mereka datang dan dilahapnya dengan bersemangat. Sudah lama mereka tidak makan berdua seperti ini.
"Nia.. boleh aku tanya sesuatu?"
"Iya Ryan. Tentu."
"Apa hubunganmu dengan Letda Kennard?"
Mendengar pertanyaan itu Nia jadi mengingat sakit hati setelah bunda memutuskan perjodohannya. "Tidak ada hubungan apa-apa." Jawab Nia sambil menunduk berpura-pura menikmati makanannya.
"Serius? Tapi mengapa kemarin dia tampak kesal saat kamu berdua denganku?"
"Entahlah aku pun tak mengerti dengan sikapnya. Sudahlah jangan bahas orang lain. Bagaimana denganmu? Siapa yang sudah menggantikan aku?
"Kamu tau tidak akan ada yang bisa menggantikan kamu."
Andai saja mereka tidak berpisah mungkin sampai sekarang mereka akan bersama dan membentuk sebuag keluarga kecil yang mereka impikan. Namun semua itu hanya masa lalu yang harus ditinggalkannya.
Sejauh apapun Nia meninggalkannya, kenangan itu akan tetap terukir. Membuat prasasti dihati Nia. Prasasti pengingat hancurnya sebuah hati hanya karena sebuah kekuasaan. Yang sekarang membuat Nia menyesali segala hal yang ia lakukan bersama Ryan.
----------------------
Maapkeun aku bisanya buat cerita yang pendek-pendek. Dan konfliknya belum dapet. Feelnya juga belum dapet ya (?)
Gak apa deh namanya juga belajar. Semangat :' )
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and Red in Rosebush
RomanceRumpun bunga mawar ini akan aku tanam dipekarangan rumah kita, berharap bunganya kan tetap mekar berwarna merah Rumpun bunga mawar ini suatu ketika akan aku temukan dipekarangan rumah kita, tetap merah merona namun ada hitamnya