9. Light

74 2 0
                                    

Cahaya terang berwarna putih menyilaukan matanya. Membuat ia teringat bahwa dirinya telah terjatuh kedanau. Dan sekarang, apakah dia sudah mati? Tuhan apakah balasan dari dosa-dosa yang dia perbuatnya dulu setelah dia mati. Bukankah dia sudah meminta taubat untuk dosanya itu.

Belum sempat pertanyannya terjawab, Nia seperti merasa pusing dan kepalanya terasa berat. Dia kembali. Kedunia nyata yang membuat kesakitan dihatinya. Sebuah realita yang pasti membuat semua orang kecewa terhadapnya. Dia mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya ruangan. Terlihat sepi dan tak ada orang. Mungkin semua sudah meninggalkannya sendirian. Jijik dengan dirinya yang penuh dengan dosa. Matanya berkaca-kaca yang menandakan sebentar lagi dia akan menangis. Dalam hatinya kenapa dia tidak mati saja sehingga akan mudah untuknya. Tiba-tiba pintu terbuka dan terlihatlah bunda yang tersenyum sendu.

"Bunda.. Maafkan aku. Aku hanya membuatmu kecewa." Kata Nia sambil menangis. Delisha menghampiri anaknya itu. Dipeluknya tubuh Nia yang sekarang dewasa.

"Sudah sayang, bunda sudah maafkan kamu."

"Bunda, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak pantas. Kenapa aku tidak mati saja agar bunda tidak malu padaku."

"Ssst kamu jangan berkata seperti itu. Bunda tidak malu mempunyai anak cantik sepertimu. Sudah ya jangan menangis."

"Aku lelah bunda.."

Belum sempat mengucapkan kata-katanya. Beberapa orang masuk kedalam ruangan. Ada tante Jeannie, om Fabian, Keisah, dan Kella. Juga Dera sahabatnya. Namun tidak ada Kennard dirombongan itu. Dia sedikit kecewa tapi lega juga tidak bertatapan dengan orang itu. Dokter pun memeriksa keadaan Nia yang sudah sadar.

"Bagaimana Nia, apa sudah membaik?" Kata dokter yang memeriksanya.

"Sudah, cuma sedikit sakit dikepala dan dada."

"Hmm itu wajar terhadap orang yang tenggelam. Kamu hanya perlu istirahat cukup. Besok kamu sudah boleh pulang. Aku akan memberikanmu obat jalan."

"Kamu harus cepat sembuh Nia. Pernikahanmu sebentar lagi dan masih ada banyak yang harus diurus." Kata om Fabian dengan suara khas wibawanya.

"Iya Nia, kamu tenang saja semua sudah diurus om dan tante. Kalian hanya menjalankannya saja." Kali ini tante Jeannie yang angkat bicara.

"Tapi om, tante, aku tidak pantas untuk Kennard." Kata Nia yang masih terisak.

"Sudah Nia jangan pikirkan itu. Pikirkan kesembuhanmu. Om yakin kamu pantas untuk Ken. Terlepas dari semua masa lalumu. Semua orang punya masa lalu." Kata Fabian menenangkan.

"Iya sayang, jangan dipikirkan, mulai sekarang panggil nya Mamah sama Papah aja ya." Kata Jeannie lembut.

Para orang tua keluar untuk membahas masalah pernikahan yang mungkin akan sedikit tertunda. Karena masalah ini dan juga Kennard yang harus memajukan kepergiannya untuk dinas keluar negeri selama 1 bulan. Maka diputuskan untuk menunda pernikahan sampai Kennard mempunyai waktu luang yang panjang seperti bulan kemarin.

"Hai Ni, sudah baikan? Aku bawain bajumu nih. Kok bisa sih ada kejadian kaya gini. Untung ada Kennard." Kata Dera yang menungguinya.

"Makasih ya Ra, aku juga ga tau. Aku benar-benar linglung waktu itu." Kata Nia sambil mengingat kejadian itu.

Flashback

Nia yang sedang kalut memutuskan untuk menjernihkan pikirannya kesebuah tempat. Dan terpikirlah sebuah danau di pinggir kota yang sangat indah itu. Disana banyak pasangan yang datang untuk sekedar berjalan-jalan. Melihat itu dia teringat akan Kennard, calon suaminya. Emm maksudnya mantan calon suaminya.

Andai saja Ken bisa menerimanya. Mungkin tidak akan serumit ini. Masalah Ken yang tidak setuju dengan perjodohan ditambah masa lalunya yang membuat bunda dan semua orang kecewa membuatnya frustasi dan rasanya ingin bunuh diri. Kalau Ken tau pasti dia akan sangat marah pada orang tuanya yang menjodohkannya dengan orang yang "cacat" seperti dia.

Langkah kakinya berhenti disebuah jembatan yang bentuknya seperti dermaga. Ditatapnya air danau, berharap kedalamannya bisa dikiranya. Namun yang ada malah kefrustasian akhibat masalahnya akhir-akhir ini. Menyangkut masa lalu dan masa depan. Ini memang salahnya. Harusnya dia tidak lahir kedunia sehingga membuat semua orang kecewa. Andai saja ayahnya masih hidup pasti akan memarahi sejadi-jadinya. Sedetik kemudian bulir air mata menetes ke air danau. Kesedihannya tidak dapat terbendung lagi. Kakinya sudah mencapai ujung jembatan, kalaupun bergerah dia sudah pasti akan jatuh.

Namun tepat ditelinganya terdengar suara deheman seseorang yang membuatnya terkejut dan terjatuh di danau itu. Dia sudah tidak berpikir keselamatannya, yang ada dipikirannya adalah bahwa sebentar lagi dia akan mati. Sekilas dilihatnya sosok Kennard yang dirindukannya menghampirinya yang sudah tenggelam didalam air.

Yang terakhir dia lakukan adalah menggumamkan sesuatu pada Kennard. "Ken, aku jatuh cinta padamu."

Flashback end

Mengingat kejadian itu membuat Nia ngeri. Apakah Ken tau apa yang dikatakannya waktu itu? Semoga saja tidak. Tapi pasti tidak.

"Heh bengong aja sih, yaudah aku balik ke kost ya besok masih kerja. Kamu harus istirahat. Bye"

"Bye, hati-hati dijalan."

Kali ini aku ditemani Keisah dan Kella dirumah sakit. Mereka sangat lucu sekali. Akur namun tidak dekat. Mereka membawa segala permainan untuk dimainkan. Membuang rasa jenuh dan bosan dirumh sakit.

Kami sempat tertawa terbahak-bahak. Kapan terakhir kali aku tertawa seperti ini. Sungguh melegakan hati namun hanya untuk sementara. Buktinya setelah mereka pulang aku kembali sendiri dan merasa sepi.

Dokter pun memberiku obat tidur agar aku tidak banyak pikiran dan bisa cepat pulang. Itu juga yang aku inginkan dok. Lama kelamaan pun mataku terasa berat dan aku tertidur.

Aku bermimpi, ya ini mimpi yang seperti nyata. Kennard berada diruanganku menemaniku. Digenggamnya kedua tanganku dengan sangat lembut. Ini mimpi yang menenangkan. Ternyata obat tidur juga bisa berpengaruh pada kerja otak bawah sadar.

------------------------

Maapkeun aku ga bisa buat cerita yang bagus :' )

Black and Red in RosebushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang