Aku lelaki terbodoh yang bisa-bisanya menyakiti orang yang aku sayang. Lihat sewaktu aku mengakui bahwa Nia adalah calon istriku, Dinda hanya diam dan tidak menatapku. Aku sudah tidak peduli apa yang akan dipikirkan Nia. Waktu itu aku kalut dan tak punya pilihan lain selain membuat Dinda sadar bahwa dia juga menginginkanku. Tapi nyatanya dia tetap tak gentar dan hanya diam. Setelah itu aku putuskan untuk menyetujui perjodohan ini. Pernikahan tolol ini akan berlangsung 1 bulan lagi sebelum aku kembali bertugas di luar negeri.
Hari iniaku akan menghadiri acara konferensi disebuah hotel ternama dan mamah menyuruhku mengajak Nia. Disinilah aku didepan rumahnya menunggu untuknya. Ku harap dia tidak memalukan. Karena tidak sabar, aku pun turun dari mobil.
"Maaf, apa Nia ada?" Kataku pada seorang gadis yang setelahnya aku tau bahwa dia teman satu kost Nia.
"I..iya sebentar Nia sedang mencari sesuatu."
"Tolong suruh cepat ya." Kataku dengan suara tegas.
Tak lama aku menatap seorang gadis yang sedari tadi ku tunggu. Dia tampak anggun namun tetap sederhana. Dengan gaun warna hitam panjaang dan terlihat aksesoris rambut yang terpasang dirambut indahnya. Sungguh seperti bidadari. Aku akui aku selalu terpukau setiap melihatnya. Namun hatiku seperti tertutup rapat-rapat.
"Kamu lama banget. Tau disiplin gak sih, kita telat nanti." Aku yang sudah frustasi karena melihat dia cantik seperti ini tapi dia hanya tertunduk mendengarkan ocehanku. "Kamu bisa ngomong ga? Aku kayak ngomong sama batu."
"Maaf."
Yang benar saja, dia hanya mengucapkan itu dan menatap keluar jendela lagi. Aku pun melajukan mobil SUV hitam yang dipinjamkan Papah. Sesampainya disana aku tak peduli lagi dengan dia. Aku langsung pergi menemui atasanku meninggalkannya sendiri.
Acara utama yang dinantikan pun datang. Aku dengan duta-duta lainnya naik ke panggung dan membawa segelas wine sebagai tanda bahwa acara ini berjalan dengan lancar. Yang naik ke panggung ini bukanlah sembarang orang. Hanya orang dari pemerintahan yang berkuasalah yang berkenan. Entah mengapa aku menjadi bangga dengan diriku sendiri. Setelah itu. Mayor Hardinata menyampaikan pidato bahasa Inggrisnya. Dia memang sangat memukau seperti papah. Karena itulah aku mengikuti jejak beliau dan masuk dunia kemiliteran.
Dari jauh aku melihat seorang gadis cantik yang tadi datang bersamaku terduduk lesu. Sambil memegang segelas wine yang hanya dipandanginya. Pikirannya entah kemana. Kosong pandangannya.
Dalam hati Kennard mengumpat "Dasar gadis tidak tau aturan. Bisa-bisanya duduk dimeja itu. Meja pengusaha yang sudah bekerja sama bersama pemerintah. Apa dia ingin merusak acara ini. Huh."
***
Aku sendiri disebuah pesta yang megah. Yang aku yakini hanya dihadiri petinggi militer di Indonesia. Namun tampak pula orang asing disini. Aku benar-benar bingung disini, tak mengenal siapapun dan tak tau harus berbuat apa. Aku putuskan untuk duduk disebuah meja bundar dan mengambil minuman. Aku melamun sebentar, keadaanku sekarang mirip orang hilang. Terlebih setelah aku melihat Kennard berdua dengan gadis yang ada dicafe kemarin. Membuatku menyesal untuk ikut acara ini. Mereka sangat intens dan serasi sekali. Yang pasti gadis itu dari keluarga baik-baik dan dia juga gadis yang baik. Tidak seperti aku. Tiap kali mengingatnya membuatku sadar aku tak pantas disisi Kennard yang akan menjadi panutan bagi semua orang. Aku harus apa Tuhan.
"Excuse me, can you out of this table? Disini tempatku dan kolegaku." Suara berat seseorang membuyafkan lamunku.
"Oh sorry, I don't know."
"Nia...?"
"Maaf?" Aku melihat siapa yang menyebut namaku itu.
Disana aku melihat Ryan yang sangat tampan dengan setelan jasnya. Kenapa dia ada disini bukankah dia seorang pengusaha.
"Ah benar kamu Nia." Katanya sambil tersenyum senang.
"Iya Ryan. Kenapa kamu disini?"
"Tentu saja urusan bisnis dengan pemerintahan."
"Kamu?"
"Oh aku menemani seorang teman."
"Benarkah? Kenapa sekarang kamu sendirian."
"Dia sedang ada urusan sepertinya hehe dan sekarang aku sendirian." Aku terpaksa menyunggingkan senyumku.
"Kalau begitu akan aku temani. Ngomong-ngomong, kamu sangat cantik malam ini Nia."
Mendengar itu Nia seperti de' javu. Sebelum mereka mengakhiri hubungan yang terlampau jauh itu. Ryan sering bersikap manis padanya. Dia memang tipe lelaki yang akan membuat perempuannya senang bahagia karena perhatiannya. Mereka pun tertawa mengenang kebersamaan yang membuat mereka sadar ternyata rindu itu masih ada.
"Ehemm.."
"Eh halo Letda Kennard, ada apa?" Kennard hanya menjawab pertanyaan Ryan dengan menatap Nia. "Oh ini Nia, dia temanku."
"Iya aku mengerti, tapi kami harus cepat pulang karena sudah malam." Ucap Kennard dengan tegas sembari menggandeng erat tangan Nia. Dan meninggalkan Ryan yang terbengong-bengong ditempatnya.
Sembari menarik tangan Nia dengan kasar, Kennard berkata "Bagus, belum juga jadi istri tapi sudah menclok sana sini. Begitu sikap calon istri dari seorang abdi negara hah? Apa kamu masih belum tau siapa yang akan menjadi suamimu nanti?"
"Aku hanya bertemu teman lama dan kami hanya mengobrol seperti kamu dan gadis itu." Setelah mengatakan itu Nia sungguh mengutuki diri sendiri. Bagaimana kalau nanti Kennard berpikir bahwa Nia cemburu. Tunggu apa yang tadi dia pikirkan. Tidak. "Aku hanya bosan disana sendirian dan aku tak tau harus melakukan apa selain duduk. Dan tiba-tiba Ryan datang, dia teman lamaku." Lanjutnya.
"Sudah. Aku tak butuh penjelasan darimu. Kita pulang saja."
Setelah didalam mobil, Nia hanya terdiam. Tapi bukankah memang Nia sering terdiam kalau sedang berdua dengan Kennard. Kennard melirik tangan yang digenggamnya tadi, merah. Namun Nia sama sekali tak menampakkan kesakitannya. Mereka pun sampai didepan kost Nia.
"Nia, maaf. Aku tidak bermaksud... Sepertinya kamu harus belajar lebih banyak dari Mamah untuk jadi istri abdi negara."
Nia hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Dan berlalu pergi dengan muka datarnya. Membuat Kennard tidak enak dengan muka itu. Harusnya dia tidak membiarkan Nia sendirian tadi. Tapi gadis yang ia cintai itu membuatnya rindu dan ingin bertemu.
Flashback
"Hai kak" Sapanya dengan senyum manisnya.
"Hai Din, kamu bersama Papahmu ya?"
"Iya, Papah yang mengajakku kesini dan aku yakin aku pasti bertemu dengan kakak."
"Oh begitu, apa seekarang kamu mau mengakui kalau kamu rindu padaku?" Kata Kennard dengan nada bercanda tapi sebenarnya itu pertanyaan yang serius.
"Hmm maybe. Entah mengapa aku seperti kehilangan kakak. Setelah..."
"It's okay. Kamu tau kan kalau aku sudah bicara tidak akan mengulangnya lagi."
"Mungkin ini yang akan aku katakan terakhir kalinya.."
"Kak stop jangan bilang apa-apa lagi. Dinda tidak mau kakak bilang untuk terakhir kalinya. Apa kakak tidakmengerti perasaanku?"
"Kamu gak bilang sama kakak. Bagaimana Kakak bisa tau. Aku sudah mencobanya kemarin-kemarin untuk dekat denganmu lagi tapi nyatanya kamu hanya bersikap biasa."
"Kak, Dinda cinta sama kakak. Tapi Papah sudah menjodohkan Dinda dengan seseorang."
"Kalau begitu. Baiklah aku mengerti. Kamu akan selalu dihati kakak, Din."
"Begitu juga sebaliknya kak. Semoga kakak bahagia."
Flashback end
--------------------------
Maapkeun lagi ceritanya ga bisa panjang-panjang. Bingung juga mau gimana lagi :' )
Btw itu yang dimulmed cast buat Kamania Aerilyn ya. Kalo buat Kennard entaran deh masih lama gak apa kan ya.
Aku juga bakal ngasih soundtrack buat cerita yang ini. Biar greget gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and Red in Rosebush
RomanceRumpun bunga mawar ini akan aku tanam dipekarangan rumah kita, berharap bunganya kan tetap mekar berwarna merah Rumpun bunga mawar ini suatu ketika akan aku temukan dipekarangan rumah kita, tetap merah merona namun ada hitamnya