Pagi itu, Vito terbangun dengan perasaan segar dan semangat baru. Pekerjaan penulisan novel barunya sedang berada di puncak kreativitas, dan hari ini dia dijadwalkan untuk bertemu dengan penerbit untuk membahas beberapa detail penting. Setelah sarapan dan mandi, Vito berangkat ke kantor penerbit dengan semangat yang tinggi. Di sepanjang perjalanan, dia tak bisa menahan senyum ketika memikirkan perkembangan kariernya yang pesat.
Sesampainya di kantor penerbit, Vito disambut dengan hangat oleh timnya. Mereka duduk di ruang rapat dan mulai membahas berbagai hal, mulai dari desain sampul buku hingga strategi pemasaran. Vito merasa puas dengan semua persiapan yang telah dilakukan. Setelah pertemuan selesai, penerbit memberinya beberapa dokumen untuk ditinjau dan ditandatangani.
Sementara itu, Yunita juga sedang menikmati kesibukannya. Proyek desain terbaru yang dia kerjakan mendapat sambutan positif dari klien, dan kini dia mendapatkan beberapa tawaran kerja baru yang menjanjikan. Hari ini, Yunita dijadwalkan untuk bertemu dengan salah satu klien penting di sebuah kafe terkenal di pusat kota. Dia berpakaian rapi dan bersiap untuk presentasi pentingnya.
Di kafe, Yunita tiba lebih awal dan mempersiapkan semua bahan presentasi. Dia memesan secangkir teh hijau dan duduk di meja yang telah dipesan sebelumnya. Ketika kliennya tiba, Yunita menyambut dengan senyuman hangat dan segera memulai presentasinya. Klien terkesan dengan ide-ide kreatif Yunita dan segera menyetujui proposal yang diajukan. Yunita merasa sangat puas dengan hasil pertemuan ini.
Meskipun hari-hari mereka sibuk dan penuh dengan tanggung jawab, baik Vito maupun Yunita selalu menyisihkan waktu untuk merawat diri dan bersantai. Di malam hari, setelah semua pekerjaan selesai, mereka masing-masing memiliki ritual untuk meredakan stres. Vito sering kali berjalan-jalan di taman dekat apartemennya, menikmati ketenangan malam dan udara segar. Dia merasa bahwa berjalan-jalan di alam adalah cara terbaik untuk mengembalikan ketenangan pikiran setelah hari yang sibuk.
Yunita, di sisi lain, lebih suka duduk di balkon apartemennya, menikmati pemandangan kota yang gemerlap. Dia membawa secangkir teh hangat dan buku favoritnya, lalu membiarkan dirinya tenggelam dalam dunia fiksi. Membaca selalu menjadi pelarian yang menenangkan bagi Yunita, memberikan ruang bagi pikirannya untuk beristirahat dari tekanan pekerjaan.
Hari-hari berlalu dengan cepat, dan tanpa mereka sadari, sudah hampir tiga bulan sejak terakhir kali mereka berkomunikasi. Meskipun begitu, perasaan mereka satu sama lain tetap kuat dan tak tergoyahkan. Yunita sering kali teringat pada Vito saat dia sedang bekerja atau bersantai. Setiap kali dia melihat sesuatu yang mengingatkannya pada Vito, hatinya dipenuhi dengan kehangatan dan kerinduan.
Vito juga merasakan hal yang sama. Meskipun sibuk dengan pekerjaan dan kegiatan promosi, dia selalu merindukan Yunita. Setiap kali dia melihat buku catatan yang berisi ide-ide kreatif yang mereka bicarakan bersama, Vito merasa bahwa Yunita selalu ada di dekatnya, mendukungnya dalam setiap langkah yang dia ambil.
Suatu malam, setelah menyelesaikan semua tugasnya, Vito duduk di teras apartemennya dengan secangkir kopi. Dia membuka laptopnya dan mulai menulis. Kali ini bukan tentang novel barunya, melainkan sebuah surat untuk Yunita. Dia menulis tentang kerinduannya, tentang betapa dia merindukan kebersamaan mereka. Setiap kata yang dia tulis mencerminkan perasaan yang mendalam dan tulus.
Di tempat lain, Yunita juga sedang menulis di jurnal hariannya. Dia menulis tentang Vito, tentang perasaan rindu yang selalu mengisi hatinya. Dia menulis tentang harapan dan impian mereka, tentang bagaimana dia berharap bisa segera bertemu dan berbagi semua cerita dan pengalaman yang telah mereka alami selama ini.
Hari demi hari berlalu, dan Vito serta Yunita terus melangkah maju dengan keyakinan dan semangat. Mereka tahu bahwa kesibukan ini adalah bagian dari perjalanan mereka, dan bahwa setiap langkah yang mereka ambil akan membawa mereka lebih dekat pada tujuan mereka. Mereka percaya bahwa setelah semua kesibukan ini, akan ada waktu di mana mereka bisa kembali bersama, merayakan kebersamaan dan cinta yang mereka miliki.
Suatu hari, Yunita menerima pesan dari penerbit yang mengundang semua penulis untuk menghadiri acara peluncuran buku baru. Dia tahu bahwa Vito pasti akan ada di sana, dan hatinya berdebar kencang. Ini adalah kesempatan yang dia tunggu-tunggu, kesempatan untuk bertemu lagi dengan Vito setelah sekian lama.
Di hari yang sama, Vito juga menerima undangan tersebut. Dia merasa sangat antusias, bukan hanya karena peluncuran buku barunya, tetapi juga karena ini bisa menjadi kesempatan untuk bertemu dengan Yunita. Dia mempersiapkan semuanya dengan hati-hati, memilih pakaian terbaik dan memastikan bahwa dia siap untuk acara besar ini.
Hari peluncuran buku tiba. Acara diadakan di sebuah gedung megah di pusat kota, dengan dekorasi elegan dan suasana yang penuh semangat. Para tamu mulai berdatangan, termasuk para penulis, penerbit, dan para penggemar buku. Vito tiba lebih awal dan segera bergabung dengan rekan-rekannya, berbicara tentang karya terbaru mereka dan rencana masa depan.
Tak lama kemudian, Yunita tiba di acara tersebut. Dia melihat sekeliling, mencari Vito di antara kerumunan. Dan di sudut ruangan, dia melihatnya—Vito yang tampak gagah dengan setelan formal, sedang berbicara dengan beberapa penulis lain. Yunita merasakan jantungnya berdegup lebih kencang. Dengan langkah mantap, dia berjalan mendekati Vito.
Vito merasakan ada yang memperhatikannya, dan ketika dia menoleh, dia melihat Yunita. Senyum lebar merekah di wajahnya, dan dia segera menghampiri Yunita. Mereka berdiri berhadapan, mata mereka bertemu, dan seolah waktu berhenti sejenak. Semua perasaan yang mereka pendam selama ini, semua kerinduan dan harapan, tampak dalam tatapan mereka.
"Yunita," kata Vito dengan suara lembut, "aku sangat merindukanmu."
"Aku juga, Vito," jawab Yunita dengan mata berbinar. "Aku sangat merindukanmu."
Mereka berdua tersenyum, merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. Meskipun kesibukan telah memisahkan mereka untuk sementara waktu, cinta mereka tetap kokoh dan kuat. Mereka tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tetapi mereka siap untuk menghadapi semua tantangan bersama-sama.
Acara peluncuran buku menjadi momen yang indah bagi mereka. Mereka berbicara tentang banyak hal, berbagi cerita dan pengalaman yang telah mereka lalui selama ini. Dan di malam yang penuh dengan kehangatan dan kebahagiaan itu, Vito dan Yunita merasakan bahwa cinta sejati memang tidak membutuhkan kehadiran fisik setiap saat, melainkan kehadiran dalam hati dan pikiran.
Mereka berjalan keluar dari gedung, menikmati malam yang cerah dengan bintang-bintang yang bersinar di langit. Vito menggenggam tangan Yunita dengan lembut, dan mereka berjalan bersama, merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang tak terlukiskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Jendela Kafe
RomanceVito, seorang penulis lepas yang hidupnya terlihat sempurna namun terasa hampa, menghabiskan hari-harinya dengan menulis di sebuah kafe kecil di sudut kota. Di tengah rutinitasnya yang tenang, ia bertemu dengan Yunita Sari, seorang desainer grafis y...