Selesai kelas, Rukma hendak meninggalkan Cantika yang masih di ruangan. Alasannya karena temannya itu ingin menunggu pacar berondong-nya. Terkadang Rukma terheran-heran melihat tingkah Cantika. Apa benar cinta itu membuat orang buta dan tuli? Apakah mereka yang sedang jatuh cinta itu tidak bosan melihat pasangannya setiap waktu?
Entahlah. Rukma hanya bisa membatin.
Tak ingin ambil pusing memikirkan pertanyaannya sendiri, Rukma bergegas membereskan barang dan keluar dari kelas.
"Hai!" Suara berat yang ia ketahui seorang buaya darat berkat ghibah-annya dengan Cantika, kini menyapa. Lelaki berambut buzz cut tersebut berjalan pelan ke arahnya. Bingung dengan keadaan yang ada, Rukma berpaling ke belakang, barangkali yang disapa bukan dirinya. Namun tidak ada siapa-siapa.
Astaga! Playboy itu ternyata menyapanya!
Merasa ia tidak punya urusan dan tidak ingin berurusan dengan si playboy, Rukma kembali melangkah sebelum tiba-tiba tangan seseorang menghadang. Lelaki itu berdiri didepannya.
"Gue Pram, anak fakultas desain komunikasi visual. Gue boleh kenalan sama lo?" Tangannya terangkat mengajak untuk berjabat tangan.
Nihil. Rukma tidak menyambutnya.
"Saya nggak mau berurusan sama orang yang problematik. Permisi!" Sekali lagi Rukma hendak melangkah dan sekali lagi Pram menghadang. Sejenak tidak ada percakapan diantara mereka.
"Kata siapa gue orang yang problematik? Apa karena kabar burung kalau gue itu playboy?"
"Jadi playboy itu asik," lanjutnya, "Setidaknya gue punya banyak kenalan dan banyak pengalaman. Termasuk urusan cewek." Pram me-nyengir.
"Saya tidak peduli, dan kamu kentara sekali memaksa. Kamu tau hal seperti ini tidak sopan?"
Skakmat.
Pram kalah. Ia seharusnya angkat tangan dan menyerah. Perempuan di depannya ini jelas sekali enggan berurusan dengan dirinya. Namun penolakan seperti itu tidak pernah ada di dalam kamus seorang Pramuditya. Ketimbang beranjak pergi, Pram lebih memilih meladeni Rukma.
"Ck!"
Lihat, lelaki itu malah berdecak!
"Sebenarnya gue lagi taruhan buat dapetin cewek fakultas ini," Rukma tetap diam. Toh, apa urusannya taruhan lelaki itu dengan dirinya?
"Taruhannya lumayan," ucap lelaki itu, "Nanti kalau gue menang gue bakal kasih lo kompensasi. Gue bisa kasih lo uang, boneka, alat-alat make up, atau apapun yang lo mau!"
"Saya tidak tertarik," Rukma ogah-ogahan menjawab."Mending kamu cari cewek yang lain saja!"
"Tapi gue-nya lagi kepincut sama lo. Gimana?"
"Terserah!
*****
Yeayy bab baru untuk HDPB. Saran, komen kritikan dan 🌟 dipersilahkan.
Terima kasih telah membaca jangan lupa mampir lagi..
🍒🤍🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Planet Bumi
FanfictionRukma Ila Nareswari tau bahwa dunia ialah tempat yang penuh akan tipu daya. Dalam kegelapan, ia akan bertumpu pada kedua kakinya sendiri. Tanpa berharap pun mencari. Ia akan melangkah kuat tanpa perlu tangan yang menggenggam. Baginya perasaan hanyal...