VII. Risol Terima Kasih pt.1

36 15 62
                                    

Menjadi anak tunggal dengan ketidakhadiran orang tua membuat Rukma menjadi seorang yang mandiri. Semenjak ayahnya pergi seperti seorang pecundang, semua hal yang ia rasa mampu akan dilakukannya tanpa tengok kanan-kiri. Dengan kedua tangannya sendiri Rukma mengejar ketertinggalan. Berlari menjauhi bayang-bayang buruk laksana mendung di langit pagi.

Namun ketika kejadian seperti kemarin malam terjadi, dirinya goyah tak bersisa. Ketakutan menggerogotinya dengan begitu kejam. Nyatanya Rukma hanyalah perempuan penakut yang bersembunyi dibalik kata berkesudahan. Ia tak se-mandiri itu.

Saat ini, di ruang kelas yang sepi tertinggal Rukma yang melamun sebelum kesadarannya dikembalikan oleh gertakan Cantika.

"Rukma!" Perempuan itu tersadar. Matanya berkedip beberapa kali sebelum atensinya teralihkan oleh Cantika yang tengah duduk di bangku depannya.

"Lagi mikirin apa sih?" imbuhnya.

Hanya gelengan sebagai jawaban yang Rukma berikan. Perempuan itu sedang dalam suasana yang tidak baik. Dirinya lelah sekali.

"Itu totebag biru aku tadi intip isinya risol. Tumben enggak dititipin di kantin?" celetuk Cantika sembari mencari-cari parfum di dalam tas yang tersampir di pundaknya.

Mendengar celotehan Cantika, Rukma baru tersadar mengenai risol yang niatnya akan ia berikan ke Pram. Segera ia mengemasi barang-barangnya.

"Aku mau keluar, kamu mau ikut?" Rukma bertanya pada perempuan di hadapannya.

"Enggak. Kamu duluan aja, aku masih nunggu mas pacar. Sebentar lagi dia dateng." Rukma hanya bisa memutar bola matanya mendengar hal itu.

"Yaudah aku duluan. Sehat-sehat pacarannya. Daa!" Keduanya bertos ria dengan kelima jari terkepal, sebelum kemudian Rukma terlebih dahulu meninggalkan kelas.

*****

Sesuai kesepakatan yang telah disetujui Pram melalui pesan, mereka berdua sepakat untuk bertemu di kantin dekat fakultas DKV. Jangan tanyakan bagaimana Rukma bisa memiliki nomor lelaki itu karena Rukma sendiri juga setengah kaget ketika mendapati nomor asing di pesan teratasnya. Entah dari mana buaya itu mendapatkan nomornya karena seingatnya ia tidak pernah membagikannya.

Atau mungkin lelaki itu mendapatkan nomor ponsel Rukma dari kenalannya, mengingat lingkup pertemanan Pram yang sangat luas. Anak fakultas DKV itu jangan ditanyakan lagi seberapa membaurnya dengan sekitar. Ia bisa dengan gampang masuk dan menyesuaikan dirinya ke dalam lingkungan baru. Senyum ramah yang terkadang konyol itu dengan mudah dapat menarik perhatian lawan bicaranya. Tak heran apabila teman Pram ada dimana-mana.

Di salah satu meja kantin, lebih tepatnya di pojok ruangan dekat dengan tempat cuci tangan, Rukma sedang menunggu kedatangan Pram. Ya, Rukma tidak bohong ketika kemarin malam ia berbicara akan membuatkan risol sebagai ucapan terima kasihnya.

Sembari menunggu, perempuan itu menggulir-gulirkan layar ponsel yang sedang membuka akun media sosialnya. Ketimbang berita skandal artis, ponselnya lebih banyak menampilkan resep makanan yang lagi nge-trend. Mulai dari cromboloni hingga pancong, semua resep itu akan disimpannya untuk dicoba. Tapi entah kapan karena itu hanya akan menjadi agenda saja.

Beberapa akun yang menampilkan acara mukbang juga bermunculan. Terkadang rukma terheran-heran dengan orang yang memakan makanan dalam porsi besar. Apakah mereka tidak kekenyangan? Bagaimana bisa makanan sebanyak itu muat di dalam perut? Atau hal lain yang membuat ia penasaran plus terheran-heran adalah trend untuk memakan tahu yang baru masak dari wajan menggunakan bubuk cabai sebanyak mungkin. Melihatnya saja membuat air lidah Rukma bermunculan. Inginnya ia mencoba trend itu tapi ketika di berandanya menampilkan postingan tentang bahaya makanan panas dan pedas, Rukma jadi mengurungkan niatnya. Ia masih sayang terhadap dirinya. Masih ada sesosok yang membutuhkannya. Jadi Rukma harus tetap sehat.

Hujan di Planet BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang