V. Pulang

89 26 83
                                    

Pukul 7 petang dan Rukma masih di kampus. Acara Wiji Project baru selesai beberapa waktu yang lalu setelah ditutup dengan pembacaan doa sesuai keyakinan masing-masing. Setelah beberapa kali mengikuti acara, Rukma merasa tidak menyesal masuk di dalam organisasi Wiji Project. Saat itu di parkiran kampus ditemani lampu-lampu pijar, malam terasa menyenangkan.

Setidaknya itulah yang ia pikirkan sebelum ia sadar bahwa ban motornya bocor. Kesenangannya terlupakan. Belum lagi kedatangan tiba-tiba seorang laki-laki dengan motor maticnya. Pramuditya.

Hal pertama yang dilakukan buaya itu setelah meletakkan helm di spion motor adalah tersenyum konyol. Sangat bertolak belaka dengan wajah rupawan-nya. Rukma tidak menggubris. Ia masih sibuk meneliti bannya dengan lampu dari flash ponsel. Menoleh barang sejenak pun enggan. Rukma masih cukup kesal kepada buaya itu.

Bagaimana tidak! Tadi setelah pembacaan perihal waktu, Pram yang duduk di sebelah Rukma gencar sekali melakukan pendekatan. Mulai dari mengajaknya berbicara ataupun menyenggol bahunya beberapa kali. Membuat konsentrasi Rukma sedikit teralihkan.

"Cewek kiw.. kiw.." Pram bersiul, ia terduduk di motornya.

"Mau abang anterin nggak?"

"Enggak usah dibayar. Gratis. Tapi kalau kamu mau bayar pakai risol mayo juga boleh." Rukma membisu dan Pram tidak menggubris penolakan terang-terangan yang dilakukan perempuan itu. Ia malah tersenyum konyol yang sedari tadi tidak luntur.

Rukma menarik napas perlahan. Kenapa di tempat seluas dan sesepi ini Rukma harus dipertemukan dengan buaya itu! Rukma hari ini cukup lelah! Belum lagi sepulang dari kampus ia harus membuat adonan untuk dagangannya.

"Lo beneran enggak mau diantar?" tanyanya sekali lagi, "Cewek kalau diluar malam-malam bahaya. Banyak hantu. Lo emangnya enggak takut?"

Sejenak Rukma teralihkan dari ponselnya yang kini tengah membuka aplikasi ojek online.

"Daripada ketemu hantu, saya lebih takut ketemu cowok modelan seperti kamu! Kamu enggak tau siulan kamu tadi itu termasuk pelecehan verbal?" Rukma dengan muka culas nan lelahnya menatap sinis.

"Sorry gue enggak bermaksud," akhirnya senyuman konyol hilang dari wajah rupawan itu, "Tapi ajakan gue masih sama. Kayaknya ban lo bocor, bengkel paling deket udah tutup. Kalau lo mau pulang, jam-jam segini udah enggak ada angkot. Dan kalaupun lo mau pakai ojek online masih harus nunggu. Ini mumpung gue lagi baik hati mau nganterin lo."

"Tidak terima kasih atas tawarannya. Lebih ba.."

"drrrtt... drrrtt..." Ponsel digenggaman Rukma bergetar, terlihat nama Bi Sri disana.

Segera Rukma angkat panggilan itu sebelum sedetik kemudian suara panik terdengar. Bi Sri menelpon, memberitahu kekacauan yang ada di rumah saat ini. Rukma tampak begitu kaget mendengarnya.

"Iya bik, Ruru pulang sekarang."

Dengan tergesa-gesa Rukma membuka kembali aplikasi ojek online. Perempuan itu terlihat panik sekali. Ia memainkan ponselnya dengan tak sabaran, sampai-sampai Pram jengkel dibuatnya. Segera lelaki itu berdiri dari duduknya. Menarik ponsel perempuan itu,

"Percuma kalau pakai ojek online, lo tetep harus nunggu. Gue anterin lo pulang!"

*****
Bab baru..
Terimakasih telah berkunjung jangan lupa kembali lagi 🙌🏽

See uu
❄️🌻🌀

Hujan di Planet BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang