Calvin rasa, yang bodoh tuh memang dia. Sudah tahu Aryan belum beneran bisa naik mobil malah setuju-setuju aja. Tapi keadaannya memang darurat dan rasa sakit yang dirasa juga makin menjadi-jadi. Kalau bukan Aryan yang bawa dan nurutin nunggu Gobil, mungkin dia sudah pingsan betulan di parkiran tadi atau parahnya bisa rest in peace kehabisan darah.
Terus apa Esa betulan pesan Gotor untuk pulang ke kosan?
Jawabannya adalah tidak.
Nggak ada yang mau terima pesanan Esa. Mungkin gara-gara lokasinya yang belum jauh dari tempat demo. Driver-nya pada takut kenapa-napa gitu. Jadi dengan segala gengsi yang ditekan sampai ke lapisan terendah dalam diri, Esa mencegat mobil Calvin dan ikut di dalamnya.
Begitulah akhirnya mereka tetap semobil bertiga.
"Yan, Yan, plis jangan ke tengah, jalan di kiri aja!"
"Lo nggak bisa diem dulu, apa?!"
"Tapi ini lo di tengah, Yan! Minggir!!!"
"Mau minggir kemana lagi anying?! Kiri udah bahu jalan!!!"
"Ini nih yang bikin gue nggak bisa percayain nyawa gue ke elo!"
"Heh lo sendiri yang mau ikut mobil ini!"
"Ya kan daripada gue—WOI MINGGIR, YAN, JANGAN DI TENGAH-TENGAH!!!"
"IYA IYA ASTAGAAAA!!"
Sumpah ya, lama-lama Aryan bisa gila kalau diajak ribut terus sama Esa.
"Berisik!" Calvin mengeluh.
"Sori Bang, tapi demi keselamatan kita bersama." Esa menoleh ke belakang, memandang Calvin yang tampak sudah tidak bertenaga sama sekali.
Calvin mengatur napasnya. "Yan, lo jangan gas rem gas rem melulu dong, kepala gue tambah nyut-nyutan ini."
Aryan melirik lewat kaca tengah. "Maaf Bang, gue coba ngatur kecepatan biar nggak ngebut."
"Iya tapi kepala gue jadi makin sakit." Calvin memegang kepalanya. "Cepet dikit nggak pa-pa deh. Gue udah nggak tahan."
"Beneran?" tanya Aryan memastikan.
"Yan, jangan...." Esa bergumam, menggenggam tangan kiri Aryan yang memegang setir.
"Kita pasang musik dulu...." kata Aryan menyalakan music player di mobil Calvin dan terdengarlah lagu dari Natashia Nikita.
Bukan dengan barang fana... kau menebus diriku....
"Apaan nih? Lagu rohani ya?"
"Hm."
"Ini gue nggak auto Kristen kan kalau ikut dengerin?"
Esa refleks menoyor kepala Aryan. "Mana ada bisa langsung pindah begitu?! Yang namanya pindah agama tuh ada tata caranya nggak bisa tiba-tiba pindah, gitu aja nggak tau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH KEDUA (Migrasi ke Fizzo)
Teen FictionCerita ini bukan cerita best friend goals yang bisa bikin orang iri atau romansanya bikin gigit jari. Ini hanya cerita tentang empat belas orang yang tinggal dalam satu atap. Orang asing yang berangsur menjadi teman lalu menjadi keluarga. Kompak dal...