ᝯhɑ℘tꫀꭈ ( ၴႅၴ12

118 17 5
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak
😡

"Kalaupun gue tau apa yang lo mau, ngapain juga gue harus repot-repot kesini kalo cuman buat ngeliat muka lo doang? Dengerin suara lo lewat hp aja udah bikin gue eneg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalaupun gue tau apa yang lo mau, ngapain juga gue harus repot-repot kesini kalo cuman buat ngeliat muka lo doang? Dengerin suara lo lewat hp aja udah bikin gue eneg." Haidar mendengus seraya mengernyitkan dahi tidak suka. Karena lelaki di depannya ini ternyata jauh lebih menyebalkan dibandingkan saat pertama kali mereka bertemu di apartemennya tempo hari. Lihat saja senyum dan tatapan sinis yang sedari tadi Melvin berikan kepadanya. Dari awal, ia memang memiliki feeling yang kurang baik mengenai Melvin. Namun ia tak menyangka lelaki yang mempunyai bibir dower dan alis tebal ini ternyata kenal dan akrab dengan Jovan dan beginilah jadinya sekarang. Duduk berdua dengannya dalam satu meja. Sungguh ROMANTIS sekali.

Melvin sepertinya tidak terpengaruh dengan cacian Haidar. Dengan santai, ia meraih gelas kaca dari atas meja dan menyesap minuman anggur itu perlahan sebelum ia kembali membuka suara, menanggapi kalimat lelaki Danuarta yang sedang duduk di hadapannya. "Kenapa harus buru-buru? Lo nggak betah karna nggak didampingi sama nyokap lo itu?" ujarnya sembari mengangkat sudut bibir. "Atau karna lo udah keseringan hidup melarat, makannya elo gak betah datang ke acara kayak begini? Cihh seharusnya lo kesini bawa tunangan gue biar gue bisa mesra-mesraan lagi sama dia. Dan lo gak berhak kurung dia. Dia bukan peliharaan lo."

Darah Haidar serasa naik-naik hingga ubun-ubun. Rahangnya mengeras tapi ia tetap mencoba untuk meredam emosinya baik-baik sebelum kepalan tinjunya mendarat di pelipis lelaki kurang ajar itu. Karena Abang dan ayahnya sudah mewanti-wanti, jangan pernah mencari masalah di sini. Sialan! Terpaksa ia harus sedikit bersabar mendengar ocehan tak berguna yang keluar dari mulut Melvin. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghelanya sejenak. "Dengar…." Ia menukas tegas. Suaranya rendah dan dingin. "Gue nggak butuh omong kosong lo."

Lidah Melvin berdecak. "Jadi menurut lo semua hal yang ada hubungannya sama Rayna itu omong kosong?" Ia menggoyangkan gelas yang ia genggam dengan telunjuk dan jari tengahnya. Wajahnya berubah serius. "Lo pikir selama ini lo tinggal tentram damai sama Rayna itu karna gue ngebiarin kalian gitu aja?" Keningnya berkerut hebat sembari menatap tajam Melvin. "Lo pikir kalian berdua nggak akan menimbulkan masalah kalo ada media yang berhasil ngebongkar hal ini? Gue kira Abang lo udah ngasih tau lo tentang itu." Haidar baru saja akan angkat bicara ketika Melvin kembali berucap. "Lihat sekeliling lo. Kira-kira kenapa ngga ada satupun dari keluarga Danuarta yang datang ke pesta ini selain lo. Padahal semua orang tau keluarga kalian salah satu konglomerat terpandang di negara ini." Melvin memiringkan kepala, seolah menunggu respon atas pertanyaan yang ia lontarkan barusan.

Haidar menyipitkan mata dan terdiam cukup lama. Tanpa meneliti seluruh tamu pun, ia sudah tahu bahwa memang tak ada satupun kerabat yang ia kenal di pesta ini. Bahkan Jovan terkesan malas dan ogah-ogahan untuk menemaninya masuk. Ia memalingkan pandangannya yang kosong ke luar jendela. Tak berniat bertanya balik ataupun menjawab karena ia yakin Melvin pun akan menjelaskannya sendiri.

Hening sempat menyisip di antara mereka hingga lelaki itulah yang akhirnya terlebih dahulu berujar, memecah sunyi sekaligus membuat perhatian Haidar kembali terpusat kepadanya.

CRAZY GIRL [haeryu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang