6. Goresan Luka

697 80 15
                                    

SEBELUM BACA, JANGAN LUPA VOTE. USAHAKAN UNTUK COMMENT JUGA YA GAYS, SUPAYA AKU SEMAKIN SEMANGAT.

KALO MAU UPDATE CEPAT, SOLUSINYA HARUS RAMAI DULU. OKE?? JADI JANGAN SIDERS.

HAPPY READING!! ❤️

-oOo-

Hujan masih mengguyur kota jakarta malam ini. Orang-orang juga yang berada di luar saling berteduh di tempat aman. Malam ini, hujan benar-benar deras dengan di sertai petir membuat semua orang takut.

"Yah anjir, kalo kayak gini kita pulangnya gimana, Nin? Masa iya nginep kan gak mungkin," ucap Clarissa ke arah Anindya. Kini mereka sedang di ambang pintu markas setelah sudah tidak mati lampu lagi, menatap ke luar yang sedang hujan deras.

"Gak tau gue juga. Mana gede banget lagi, gue kan gak bisa bawa mobil kalo lagi ujan gini. Mana ada petirnya" balas Anindya.

Mereka lalu terdiam, sedangkan anggota Blackmoon heboh di dalam, sekarang tidak memikirkan bagaimana mereka pulang, padahal mereka semua membawa motor. Tapi sepertinya itu bukan masalah besar jika tidak bisa pulang, setidaknya bisa tidur di markas. Begitulah pikiran mereka semua.

"Ngapain kalian berdua masih disini? Masuk, gak takut tuh ada petir?" celetuk Daniel. Cowok itu sedikit mendekat ke arah Clarissa dan Anindya.

"Kita mau pulang, El, tapi gue gak bisa bawa mobil dengan keadaan ujan mana ada petir terus anginnya juga kenceng," jawab Anindya.

"Yaudah tunggu reda dulu. Masuk gih, nanti kalian berdua bisa masuk angin kalo terus disana," suruh cowok itu kemudian. Daniel memang tipikal lelaki peka, dan juga perhatian. Jadi tidak heran jika para perempuan jatuh cinta pada dia.

"Pulang tinggal pulang, aelah ribet banget kalian!" teriak Edgar dari dalam.

"Biasalah cewek emang ribet." timpal Varrel.

"Diem kalian!" tegur Clarissa dengan mendelik. Sedangkan Daniel sudah kembali berkumpul dengan yang lain.

"Gimana nih, Cla? Kan gak mungkin kita nginep disini." keluh Anindya kemudian.

"Ujan, ada petir, tadi juga sempet mati lampu, kan? Gue jadi keinget sama Rora dan Gisell deh" ucap Clarissa.

"Lah kenapa mereka?"

Alvin yang baru saja keluar dari kamar mandi, tak sengaja mendengar pembicaraan kedua sahabat itu.

"Kan mereka sama-sama takut petir. Lo gak inget? Waktu itu loh, mereka sampe gemeter ketakutan waktu ada petir tiba-tiba," jawab Clarissa mengingat beberapa waktu, saat mereka berempat bermain.

"Oh iya-iya. Sekarang mereka lagi gimana ya? Gue ramal sih, mereka berdua lagi ketakutan di pelukan emaknya!"

"Apalagi Rora, dia kan anak mamih banget."

"Iya lagi, kebayang sih gue kalo seandainya tadi mereka ikut kesini pasti sekarang udah ketakutan tingkat akut banget!"

Alvin langsung terdiam. Jadi, Aurora dan Gisella punya ketakutan yang sama? Bagaimana bisa? Tapi tunggu, Alvin jadi teringat kepada Alres yang sedang bersama Gisella sekarang, dan itu artinya Aurora sendirian di rumah? Cewek itu di tinggal sendiri saat sedang hujan di sertai petir seperti ini?

Shit!

Alvin langsung menyambar jaketnya dan juga kunci motornya itu, membuat yang lain kebingungan.

"WOI LO MAU KEMANA? DI LUAR UJAN BEGO!" teriak Edgar. Tapi tidak Alvin dengar sama sekali. Ia langsung keluar dengan menabrak pundak Clarissa dan Anindya yang menghalangi jalan.

Arrora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang