Tranquil Moment

81 7 0
                                    

.

.

"Oke. Aku sudah membelikannya kotak makan siang favoritku untuk menemaninya di cuaca bersalju. Rumah sakit masih terang benderang. Mungkin bahkan di akhir dunia, mercusuar harapan ini akan terus bersinar... Saatnya mencari 'penjaga' tempat ini."

Pintu ke kantor sudah dekat. Aku berjalan memasuki rumah sakit akso sambil bergumam-gumam.

Aku mengintip di koridor. Zayne ada di dalam. Duduk. Sendirian. Cahaya biru layar komputer menyinari ekspresi fokusnya.

Aku menyandarkan punggungku ke dinding sambil diam-diam melafalkan kalimat yang sudah kusiapkan untuk diucapkan kepadanya. "Dr. Zayne, kamu sudah bekerja lembur. Ini beberapa makanan lezat. Ah? Apa yang aku lakukan disini? Ya, itu karena..."

"Masuk."

"...!? "

"Kenapa kamu tidak masuk tadi? Apa kamu sedang berlatih monolog?" Ujarnya menangkap basahku

"Kamu mendengar semuanya?!"

"Kamu satu-satunya orang di koridor. Selain itu, kamu terdengar sangat penuh kasih sayang sehingga sulit untuk tidak mendengarkannya. Lain kali, masuklah kapan saja kamu mau. Tidak perlu memikirkan alasan."

"Saya akan melakukan apa yang Anda katakan, Dr. Zayne." Jawabku formal

"Apa hari ini ada hari libur? Cukup banyak dokter di divisi tersebut yang pulang kerja lebih awal." Tanya Zayne

"Jarang sekali terjadi hujan salju lebat di Kota Linkon. Tidakkah menurutmu ini hari yang perlu diingat?"

"Kalau begitu, akan ada terlalu banyak hari untuk diperingati dalam satu tahun." Lalu matanya menatap barang yang ku bawa. "Apa yang kamu pegang? Apa itu kotak makan siang dari toko serba ada di lantai bawah...?"

"Aku tahu kamu bekerja lembur, jadi aku membelikannya untukmu. Sebagai hadiah!"

"Kalau begitu, ayo kita duduk dan makan bersama."

Zayne mematikan komputernya dan menarik kursi dari belakang meja. Dia memberi isyarat agar aku duduk.

Saat dia membuka kotak itu, dia mengerutkan kening dan mendorong semua wortel ke samping dengan perkakasnya.

"Dr. Zayne, wortel baik untukmu." Kataku

"Kalau begitu, kamu harus makan lebih banyak. Ini, ambil bagianku."

Zayne menyerahkan semua wortel di porsinya padaku.

"Kamu ini orang yang pilih-pilih makanan!"

"Tidak, aku tidak."

Zayne menjawab dengan tenang. Aku mendapati diriku tidak bisa berkata-kata ketika aku melihat wortel tambahan yang sepertinya muncul begitu saja.

"Apa kamu menonton film akhir-akhir ini?" Tanyanya

"Aku belum menontonnya karena cukup sibuk."

"Aku punya dua tiket bioskop yang belum terpakai. Ayo pilih film di ponselku."

"Baiklah..." Zayne mengeluarkan ponselnya dan memilih-milih. "Aku pilih yang ini." Kataku sambil menunjuk

"Aku ada waktu luang... minggu depan. Bagaimana denganmu?"

"Minggu depan?"

"Tidak apa-apa jika kamu sibuk."

"Apakah Rabu depan bisa?"

"Rabu depan kalau begitu."

Janji sudah terbuat. Pandanganku beralih pada pemandangan di luar jendela kantornya. "Lihat, di luar sedang turun salju." Kataku

Zayne's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang