Tower Of Secrets (1)

103 8 6
                                    

Penyelamat empyreal yang memanjat Menara-sudahkah hal itu diramalkan oleh Peramal yang menunggu di pelukan makam es?

"Di bawah komando Astra semoga Sang Peramal mewujudkan kehendak-Nya, karena itulah takdirnya."

-Philos: Buku Besar Sang Peramal

.

.

Di wilayah terdingin di Philos, Peramal telah tinggal di Menara Duri sejak dahulu kala.

Astra Yang Mahakuasa menganugerahkan kekuatan-Nya kepadanya, memerintahkan Peramal untuk bertindak sebagai utusan dewa.

Keluarga kerajaan mengirimkan utusan ke Menara Duri setiap 100 tahun untuk mendengarkan ramalan Peramal.

Namun Peramal belum memberikan ramalan kepada keluarga kerajaan selama ratusan tahun. Utusan yang dikirim oleh Yang Mulia tidak pernah kembali. Keberadaan mereka masih belum diketahui hingga saat ini.

Ada desas-desus bahwa Peramal selamanya dibekukan di dalam kuburan es.

Baginya, 100 tahun hanyalah sekejap mata. Maka, utusan baru melakukan perjalanan melewati salju dan es, memasuki menaranya. Hal ini terjadi berulang kali - seperti yang selalu terjadi selama ribuan tahun terakhir.

Tapi aku bukan utusan sungguhan. Aku di sini untuk mengobati penyakitku. Untuk melakukan itu, aku harus mengambil Creatio Protocore dari tongkat peramal. Aku tidak punya pilihan lain.

Menekan kecemasanku, aku masuk ke sebuah ruangan besar dan membungkuk hormat.

"Saya utusan Yang Mulia dikirim ke sini untuk mendengarkan ramalan Peramal."

Suaraku menggema di ruangan kosong itu. Aku mendongak untuk melihat seorang pria mengenakan jubah biru. Dia duduk di singgasana es sambil memegang tongkat kerajaan.

'Itu pasti sang Peramal...'

Aneh sekali. Tubuhnya terjerat semak berduri, duri melingkari lengan, kaki, dan dadanya. Tampaknya dia terbelenggu pada takhta.

Perlahan aku mendekatinya. Aku melihat kepalanya menunduk, matanya terpejam. Dia terbungkus es.

'...Apakah dia tidak sadarkan diri?'

'Tidak ada tanda-tanda kehidupan...'

'Ini benar-benar makam yang sedingin es...'

'Haruskah aku langsung mengambil Creatio Protocore nya?'

Aku mengulurkan tanganku dan hendak mengambilnya. Sebelum suara peramal itu terdengar mengejutkanku.

"Kurang ajar sekali."

"Peramal?!"

Aku menatapnya lagi yang masih duduk di singgasananya dengan mata tertutup.

'Apakah imajinasiku mempermainkan ku? Bukankah dia membeku? Atau dia hanya berpura-pura...'

Aku bertanya-tanya sendirian di ruangan kosong itu. "Dia jauh lebih muda dari yang kukira. Setiap buku yang aku baca menggambarkan dia sebagai orang tua." Gumamku

"Tampaknya buku-buku tebal yang telah kau baca tidak mengajarimu apa pun tentang etiket."

Peramal membuka matanya.

"... A-Anda tidak membeku?!"

'Dia tidak bergerak... Apakah karena dia tidak bisa?'

Penasaran sekaligus takjub. Aku menyentuhnya di beberapa titik.

Zayne's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang