Neon Night

76 7 3
                                    

Akun media sosial resmi jurnal ilmiah memposting tentang makalah penelitian terbaru milik Zayne.

Aku turut senang melihatnya dan pergi dengan penuh semangat untuk belanja hadiah ucapan selamat untuknya. Namun, begitu aku masuk ke toko, ada masalah...

"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?" Penjaga toko menghampiri ku yang tengah memilih.

"Saya ingin membeli hadiah, tapi..."

"Apakah Anda tidak tahu harus memilih apa? Saya bisa memberi Anda beberapa rekomendasi. Apakah itu untuk anggota keluarga, teman, atau seseorang yang spesial?" Tanya staf

"Uh...Seorang teman."

"Jika untuk pria, pilihan Anda adalah bros, klip dasi, atau kancing manset. Gaya apa yang biasanya dia kenakan?"

"Biasanya, itu... Coba ku ingat-ingat..."

Bayangan Zayne menggigit makanan penutup sambil mengenakan jas lab putih muncul di benakku.

"...Seragam putih? Mungkin itu bukan cara terbaik untuk menjelaskannya." Gumamku

Saat aku sedang memutar otak, aku menoleh dan melihat sosok familiar di luar jendela.

'Zayne?! Jawaban sempurna baru saja jatuh dari langit...!'

Tanpa seribu alasan. Aku mengambil ponselku dan menghubunginya.

Panggilan terangkat di nada dering ketiga. Dari tempatku berada aku bisa melihatnya yang tengah berdiri menjawab.

"Ada apa?" Katanya

"Zayne, kamu dimana sekarang?" Tanyaku basa basi

"Aku sedang dalam perjalanan pulang."

Dia berbohong.

"Benarkah? Lalu kenapa aku melihat seseorang di mal yang sangat mirip denganmu?"

Sosok berpakaian putih di luar toko membeku sesaat, lalu berbalik untuk melihat sekeliling. "...Di mana kamu?"

.

.

Setelah dibujuk beberapa kali, Zayne akhirnya memasuki toko.

Sedikit bingung, tatapannya menyapu aksesoris di konter.

"Apa kamu ingin aku membantumu memilih perhiasan?"

"Ya, tapi itu untuk orang lain. Kamu... mempunyai gaya dan aura yang mirip dengannya. Maukah kamu menolongku?" Pintaku dengan nada memelas

Zayne memandangi aksesoris emas di konter dalam diam selama beberapa detik. "Akan sulit bagiku untuk memberikan opini obyektif jika dia memiliki gaya flamboyan seperti ini."

"...Kalau begitu dia mungkin merasakan hal yang sama! Mari kita lihat hal lain." Mataku menelusuri barisan pin yang berjejer rapi. "Bagaimana dengan ini? Sederhana dan elegan. Desainnya juga sangat bagus."

Saat aku berbicara, aku melirik ekspresi Zayne. Dia sedikit mengernyit, jelas tidak terkesan.

"Itu terlalu sederhana dan mudah disalahartikan sebagai klip kertas." Seperti biasa dia selalu menjawabnya dengan terus terang. "...Kepada siapa kamu berencana memberikannya? Seseorang yang lebih tua darimu?"

"Seseorang yang seumuran. Seorang teman... Dia juga seorang dokter." Jawabku

"Apa kalian berdua dekat?"

"Biasa saja... Tidak terlalu dekat." Setelah mengatakan ini, ekspresi Zayne agak melembut.

"Kalau begitu kamu tidak perlu memberikan hadiah seperti ini. Memangnya orang macam apa dia?"

Zayne's momentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang