***
"WOY BAJING!! BALIK LO ANJING!!!"
"HAHAHA!! LO DISINI TERNYATA!!"
"Nyengir lo anying, balik rumah goblok!!" Ia menghampiri pemuda yang tengah merokok di seberang jalan, wajahnya kelihatan muak. "Gak mau, wlee!!" Jagat menjulurkan lidah, lalu tertawa.
Rachel menunjuk wajah Jagat, menatapnya sinis. "Gue cepuin Ibu, mati lo, Jagat!" Ia mengancam, Jagat seketika panik. "E-eh, jangan dong anjir, cepuan lo, ah!" Ia merengek, membuang rokoknya ke sembarang arah.
"Mampus ketar-ketir." Rachel berbalik dengan wajah kesal, melangkah pergi dari tempat itu. Jagat mengekori Rachel, mengikuti langkah gadis itu dengan wajah di tekuk. "Rachel, jangan marah dong!"
Rachel menghela napas berat. "Lo tuh kenapa sih, Gat? Minggu lalu lo balapan ke-gap polisi, gak kapok apa lo? Untung Mama mau pura-pura jadi emak lo, kalo nggak, udah di gampar lo sama Ayah. Lo akhir-akhir tolol banget, anjing."
Rachel sibuk berceloteh, sedangkan Jagat menunduk seraya mengikuti langkah Rachel. "Lain kali nggak usah ikut balapan lagi, gak kapok-kapok lo bajing, balapan buat apa sih? Menang duit juga duit haram, nying." Umpat Rachel.
Jagat memasang wajah kesal, pemuda itu hendak melayangkan protes. "Bukan masalah duitnya, ini tuh masalah-ih, ada tukang sate!!" Rachel tertegun, ia terkejut ketika Jagat berlarian ke arah gerobak sate yang ada di pinggir jalan.
Ia menggeram. "Abimanyu!"
"Ayo jajan sate, Ra!" Jagat melambaikan tangannya dengan senyum lebar. "Dia kenapa sih, anjir!?" Rachel mendesis, lantas melangkahkan kakinya dan duduk di salah satu kursi. "Ck, bajingan." Ia bergumam.
Jagat kembali dengan senyum yang begitu lebar, tangannya membawa sepiring lontong dan sepiring sate. "Hehe.." Dia nyengir setelah meletakkan kedua piring di atas meja. Rachel memutar bola matanya malas, "Ntar gue yang bayarin."
"Kok gitu?" Tanya Jagat, ia menyodorkan satu tusuk sate ke mulut Rachel. "Lo mau bayar pake apa? Pake duit haram?" Tanya Rachel setelah menggigit satu potongan sate. "Ih, itu bukan duit haram, Ra!" Bantah Jagat, lalu melahap lontong.
"Itu kan bukan hasil judi." Ucap Jagat, Rachel menghela napas. "Tapi kan lo dapet tuh duit hasil taruhan, anjing." Umpat Rachel. Jagat nyengir, "Yaudah sih gapapa, syukur gue bayar, nggak gue rampok nih tukang sate." Ujarnya enteng.
Rachel diam, ia menyangga pipinya dengan tangan kanan. "Dapet berapa?" Tanyanya, Jagat nyengir. "Kalo dihitung-hitung, seharga tiket pesawat ke Korea." Celetuk Jagat, Rachel terkekeh. "Gila sih, balapan doang lo dapet segitu?"
"Lumayan lah anjir, uang jajan dari Ayah dapet, uang jajan dari balapan juga dapet."
Jagat tersenyum menyebalkan, Rachel terkekeh sinis. "Bentar lagi ketahuan dah tuh, gak bakal dapet uang jajan lo." Ujar Rachel. "Ya gapapa, nanti gue minta sama Tante." Ucap Jagat, ia tersenyum. Rachel tersenyum tipis, "Lo berharap apa sih sama janda anak dua?" Celetuknya.
Jagat membulatkan mata, ia hampir saja tersedak. "Rachel, ih!" Jagat menatap sinis pada Rachel. "Ya emang faktanya kayak gitu, kan?" Tanyanya. "Ya iya, tapi jangan gitu juga sih, Ra!" Jagat menoel bahu Rachel. "Terserah lo, deh." Imbuh Rachel.
Sejenak, mereka tidak membicarakan apapun. Rachel yang sibuk menatap langit dan Jagat yang sibuk melahap makanan di hadapannya, keduanya sama-sama sibuk sebelum akhirnya Jagat membuka suara.
"Ra."
"Apa?"
Jagat tak membalas, ia malah kembali menggigit sate ayam itu. "Lo emang bener-bener minta di jambak deh, kayaknya!" Rachel dongkol, ia mendelik tajam pada Jagat. Sedangkan pemuda dengan hoodie hitam itu nyengir, ia menyodorkan segelas air pada Rachel.
![](https://img.wattpad.com/cover/369867473-288-k744606.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gegap Gempita Kota Jakarta
Teen FictionTahukah kamu? Hubungan tanpa status itu menyakitkan, sangat. started: 03 Juni 2024 end: -