11. Ingar Bingar

14 6 0
                                    

***

Nayaka dengan perasaannya yang tiap hari semakin carut-marut dan kacau-balau hanya karena seorang pemuda.

Tidak bisa dipungkiri kalau para gadis menilai Nakala sebagai cowok terganteng seantero sekolah, dan maka dari itu Naya jatuh cinta pada Naka. Ada banyak yang bilang kalau Naya itu cocok dengan Naka, tapi ada juga yang bilang kalau mereka itu cocok menjadi Kakak dan Adik.

Naka itu terkenal dengan kepintaran dan perangainya yang baik, jadi jangan heran kalau ada banyak jenis manusia yang menyukai pemuda itu. Naya sendiri mengaku jatuh hati, ia ingin mencurahkan segala macam isi hatinya pada Naka.

Tapi, situasinya sedang tidak tepat.

Terhitung sejak sepuluh menit yang lalu, Naya sudah tiga kali menghela napas panjang. Rachel yang kebetulan sedang menonton film pendek di ponselnya berdecak, ia melirik Naya sinis.

"Lo tahu nggak, sih? Gue nggak tenang banget nonton sambil denger lo narik napas tiga kali!" Semprot Rachel, Naya menghela napas lalu mengusap wajahnya kasar. "Diem dulu kek, Ra!" Sentak Naya dengan wajah dongkol.

Rachel terdiam ketika Naya menyentak, ia pikir sahabatnya itu sedang punya masalah yang ruwet. Rachel mematikan ponsel, mencoba untuk menanyakan beberapa hal kepada Naya. "Kenapa lagi sih, Nay? Dari tadi pagi lo kayak gini terus."

Naya enggan menjawab, ia terus geming ketika Rachel bertanya. "Nay?" Rachel mengguncang pundak Naya, gadis itu lagi-lagi menghela napas. "Tolongin gue Ra, gue-" Naya mengurungkan niat untuk bicara ketika Naka masuk ke kelas.

Rachel melirik ke arah pintu, Naka berjalan ke arah meja guru dengan setumpuk buku tugas di tangannya. Rachel kebingungan, kali ini ia mengguncang tangan Naya. "Lo kenapa sama Naka? Jangan bilang kalo lo putus sama dia." Ujar Rachel.

Naya menggeleng. "Sejak kapan sih, gue pacaran sama dia?" Tanyanya.

Rachel mengernyit semakin bingung, ia menatap Naka yang kembali berjalan keluar kelas setelah melemparkan senyum yang menawan. "Kok sejak kapan? Lo kan emang pacaran sama dia." Imbuhnya, Naya menggeleng. "Nggak, gue belum pernah pacaran sama dia, Ra!"

Gadis berambut sebahu itu terhenyak, ia menggeleng tak percaya. "Seriusan lo belum pernah pacaran sama dia!?" Tanya Rachel, Naya menghela napas. "Lo tahu nggak sih, Ra? Perasaan gue tuh di gantung sama dia, kita hts!" Ujar Naya.

Rachel ternganga. "Seriusan!?" Tanyanya heboh, Naya mengangguk lesu. "Gue bingung, tolongin gue, gue nggak mau kayak gini sama dia, gue capek.." Naya memegang tangan Rachel dengan tatapan penuh harap. "Please.."

Rachel ikutan bingung, ia juga tidak tahu harus bagaimana. "Duh, gimana ya? Gue juga bingung." Rachel berdecak, mencoba memunculkan segala macam ide di benaknya. "Bentar, lo capek hts sama dia kan, ya? Lo mau gimana? Mau jadian sama dia atau mau ninggalin dia?"

Naya terdiam, ia sudah seperti hidup segan mati tak mau. "G-gue, gue nggak tahu.."

Rachel menghela napas pelan, ia mengusap bahu Naya. "Biar lo lega, lo temuin dia, ngobrol sama dia biar perasaan lo makin lega. Kalaupun nantinya lo nggak berhasil ngajak dia jadian atau ngejauhin dia, seenggaknya lo udah ngobrol dan ngeluarin segala unek-unek lo yang bakal bikin lo tenang." Kata Rachel.

Naya menghela napas.

***

Naka memegang satu buku di tangannya, buku tulis dengan sampul hitam tanpa nama. Katanya, buku itu milik gadis bernama Nayanika, sedangkan gadis pendek yang berdiri di hadapannya bernama Nayanika, dari kelas sepuluh.

"Punya lo?" Tanya Naka, Nayanika mengangguk kaku dengan senyum tipis, kentara sekali kalau ia merasa gugup di hadapan Naka. Pemuda itu menatap Nayaka dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Gue Naka, nama lo siapa?"

Nayanika sedikit mendongak, karena tingginya hanya sebatas pundak Naka.

"A-aku.. Nayanika." Balasnya, Naka menggeleng. "Nama lengkap lo." Naka menunjuk Nayanika menggunakan buku yang ia pegang. Gadis itu kelabakan, ia menggaruk tengkuk. "O-oh, nama lengkap aku Nayanika Bianca Anasera."

Naka manggut-manggut, ia menyodorkan buku di hadapan Nayanika. "Ini buku lo, Bianca." Ucapnya. Nayanika tertegun, sebelumnya tidak ada yang memanggil dirinya dengan nama Bianca, namun Naka baru saja memanggilnya begitu.

Gadis berambut sebahu dengan badan yang kecil itu mengambil buku dari tangan Naka, lalu membungkuk. "Makasih ya, Kak." Ucapnya. Naka tersenyum kecil, ia mengangguk. "Santai, sama-sama."

Nayanika berbalik, meninggalkan Naka yang masih berdiri disana, memandang punggung si gadis yang perlahan mulai menjauh dari pandangannya, lalu menghilang di tikungan.

"Oh, ada cewek baru?"

Naka tersentak, ia menoleh ke belakang, ternyata Naya tengah berdiri dengan wajah masam seraya bersedekap dada. "Cewek baru apaan sih, Ya?" Tanyanya. Naya memalingkan wajah, "Udah sih, jujur aja sama aku." Ucapnya.

Naka menghela napas, ia tiba-tiba saja naik pitam. "Jujur apaan!?" Alisnya menukik tajam, Naya menatap Naka dengan tatapan sinis. "Ya jujur, lah!" Suaranya meninggi, Naka berdecak. "Jujur apa!?"

"Ayo, jujur!"

"Gak ada, gak punya."

Naya menggeleng. "Bohong, aku tahu kamu bohong." Naya menunjuk wajah Naka dengan tatapan nyalang, Naka tersenyum miring, ia menepis tangan Naya, lalu menggenggamnya erat. "Selain kamu, nggak ada." Ucapnya.

Naya tertegun, Naka menyeret tangan Naya menyusuri koridor. "Terus kenapa kamu manggil dia Bianca? Jelas-jelas namanya Nayanika." Ucap Naya. Naka terkekeh pelan, "Kamu mau aku sama-in sama dia, hm?" Tanya Naka.

Naya terhenyak, kemudian menggeleng kaku. "Makanya aku panggil Bianca, karena dia lebih 'Bianca' daripada Nayanika."

Naya diam, ternyata Nakala masih punya rasa peduli padanya. Di tengah-tengah ricuhnya kepala Naya, Naka memanggil satu nama. "Alena!" Panggil Naka, yang di panggil menoleh dengan senyum.

"Iya, Ka? Kenapa?" Tanya Alena yang kebetulan sedang duduk di kursi kantin bersama Rachel. "Lo kesini mau makan, kan?" Tanya Naka. "Iya, kenapa gitu? Mau nitipin Naya, ya? Yaudah sini, gue jagain sama Rachel." Ucap Alena.

Naka menarik tangan Naya, mendudukkan gadis itu di hadapan Alena. "Nanti kalo udah bilang sama gue, gue aja yang bayarin." Kata Naka, Alena dan Rachel sontak terkejut. Naka sedikit membungkuk, ia berbisik di telinga Naya.

"Makan yang banyak ya, biar nggak marah-marah lagi." Bisiknya, lalu mengecup telinga sang gadis. Naya terkejut, tubuhnya tiba-tiba saja terasa membeku. Naka melenggang begitu saja tanpa memperdulikan Naya yang begitu salah tingkah.

"Anying-" Alena membungkam mulut Rachel menggunakan tangannya. "Ya Tuhan, kok bisa ya gue dapet temen hts tapi se-romantis itu?" Alena hampir memekik, ia menggigit bibirnya kuat-kuat melihat Naya yang salah tingkah.

Naya memekik tertahan, ia menggeleng ribut. "Nggak, nggak, nggak mungkin dia nyium gue, nggak mungkin!!" Naya memukul meja dengan perasaannya yang campur aduk. "Fix, lo harus jadian sama Nakala!" Seru Rachel setelah ia menghempaskan tangan Alena.

Naya menggeleng. "Mamaa!!"

***

Apapun masalahnya, teriak solusinya.

Gegap Gempita Kota Jakarta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang