***
Oke, jujur.
Sebenarnya Nayaka berharap lebih pada hari sabtu ini, ia berharap punya banyak waktu untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Namun, apa yang terjadi? Berulang-kali ia membuka notifikasi di ponselnya dan yang ia temukan hanyalah: "Nay, itu loh, si Naka mau berangkat ke Jogja."
Semangat yang tinggi mendadak turun drastis, Naya terkulai lemas di atas kasurnya, ia tidak mau mendengar kabar buruk pagi-pagi buta begini. Terlebih lagi, jidatnya terbentuk ujung lemari bumbu di dapur ketika diam-diam mencomot tempe goreng di samping kompor.
Naya berulang-kali berdecak, merutuk dan mengumpat, sesekali ia menggerutu tentang kepergian Nakala ke luar kota, sesekali juga ia menggerutu tentang kesialan yang menimpanya pagi-pagi buta.
"Masa, sih? Ah, ngapain lagi tuh bocah ke Yogyakarta? Bikin jenuh, aja." Gerutunya.
Naya menghela napas panjang, kasurnya masih berantakan, belum sempat ia bereskan karena keburu melihat notifikasi di ponsel. Naya terduduk di atas kasur, jarinya yang lentik sibuk mengotak-atik isi ponsel.
Arcandra Wiguna
Naya menekan kontak pemuda itu, ia dengan cepat menekan tombol telepon disana. Yang dapat ia percaya saat ini hanyalah Candra, teman dekat Nakala. Ia menelepon Candra hanya untuk menanyakan beberapa hal mengenai keberangkatan Naka ke Yogyakarta.
Panggilan pertama tidak terjawab, panggilan kedua berdering namun masih belum dijawab, saat panggilan ketiga di layangkan, baru tersambung. Naya menghela napas lega ketika Candra disana menjawab telepon. "Iya? Kenapa?"
"Candra, si Naka beneran berangkat ke Yogyakarta?" Tanyanya buru-buru, Candra terkekeh disana. "Oh, jadi pagi-pagi begini nelepon cuma buat nanyain Naka? Uh, lo cinta banget ya sama dia?" Candra malah bertanya balik dengan nada menyebalkan, Naya berdecak kesal. "Ih udah sih, tinggal jawab ajaa!!"
"Iya bener, di pindahin Ayahnya."
"HAH!? DIA PINDAH!?"
Candra meringis ketika kupingnya berdenging akibat pekikan Naya. "Iya, katanya mau lanjutin sekolah disana." Sahut Candra, Naya kembali berbaring dengan lemah di atas kasurnya, ia berdecak. "Kenapa harus pindah segala sih, anjir!?" Naya bertanya dengan sewot, mengabaikan goresan di dahinya.
Candra tertawa, "Lo kenapa nggak nelepon dia langsung, sih? Gengsi? Malu? Nggak usah ada kata-kata kayak gitu, telepon mah telepon aja, dia juga nggak bakal gigit." Ucap Candra, Naya menghela napas. "Gue takut dia kesel ke gue gara-gara kemarin, gue takut dia marah."
"Dia—"
Cklek!
Naya tersentak ketika pintu kamarnya terbuka, ia panik sampai memutuskan sambungan telepon secara sepihak. "Siapa?" Naya menoleh secepat kilat ke arah pintu, dan tepat ketika ia bertanya, sesosok pemuda berperawakan tinggi tengah berdiri disana.
Gadis itu jelas terkejut, mengapa bisa pemuda yang tengah ia gosipkan dengan Candra tiba-tiba muncul? Mengapa bisa pemuda yang katanya hendak ke Yogya masih berada disini? Apa yang ia lakukan pagi-pagi buta begini di rumahnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gegap Gempita Kota Jakarta
Teen FictionTahukah kamu? Hubungan tanpa status itu menyakitkan, sangat. started: 03 Juni 2024 end: -