CHAPTER 19

1.7K 314 7
                                    

Ivy melebarkan matanya. Melihat senyuman Arvis terasa begitu hangat saat menatapnya.

"Hai," sapa Arvis.

Pria itu melepas jaket miliknya dan memakaikannya pada tubuh Ivy, lalu ia berjalan memutar dan berjongkok di depan gadis itu.

Mata Ivy sama sekali tak lepas dari setiap gerak gerik Arvis.

"Arvis...what are you doing here?"

"Same question for you."

Arvis menatap kedua mata Ivy, meskipun hujan mungkin menyamarkan air matanya tetapi Arvis tahu gadis itu pasti sudah menangis habis-habisan.

"Your eyes are puffy," ucap Arvis, lalu ia mengusap bawah mata Ivy dengan ibu jarinya.

Terlihat bengkak dan merah, gadis itu pasti sudah menangis cukup lama.

"Your cheek is cold," lanjutnya lagi sambil mengusap pipi kanan Ivy.

Tangan Arvis terasa sangat hangat ketika menyentuh kulit wajah Ivy. Tatapannya yang lembut membuatnya tak merasa di hakimi.

"Arvis, I'm alright

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Arvis, I'm alright.."

"Ivy if you think rain can fake your tears, but not for me. I can clearly see your tears right now. Layla call me and I run to you as fast as I can do."

Arvis menggerakan ibu jarinya mengusap pipi dingin Ivy.

"Maaf udah buat lo nunggu sampai kehujanan kaya gini, I'm sorry."

Ivy menggeleng, ia menyentuh tangan Arvis yang masih berada di pipinya.

"No, don't say sorry Arvis."

Ivy menyunggingkan senyuman tipis.

Arvis melihat sesuatu yang berada diatas pangkuan gadis itu.

"Ini...bajunya?" Tanyanya hati-hati.

Ivy mengangguk.

Arvis tak menyangka Mila bisa setega itu. Seperti sudah tak bisa lagi disebut sebagai baju karena tak utuh.

"Oh my god."

"It hurts, Arvis."

"Ivy.."

"She did this to me, why? I did nothing to her, but why?"

Air mata Ivy kembali menggenang dan sudah sangat siap untuk ditumpahkan.

Arvis baru menerima semua informasi mengenai hubungan Ivy dan keluarganya dari Layla saat ia sedang dalam perjalanan menuju kesana.

Pantas saja Ivy menangis sampai terisak ketika mereka berada di rooftop hotel waktu itu.

Bagaimana bisa mereka memperlakukannya seperti ini?

Arvis membantu Ivy untuk berdiri, lalu ia menarik tubuh basah Ivy ke dalam pelukannya.

Gadis itu kembali menangis, untuk kedua kalinya di dalam dekapan Arvis.

Race In loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang