.
Naya tersenyum dibalik layar ponselnya. Ia sudah memiliki dua kaki tangan untuk membantunya melakukan misi yang bisa dibilang sebuah misi bunuh diri, karena resikonya besar yang bahkan bisa mengancam karirnya sendiri.
Tetapi, memang Naya selalu bertindak lebih dulu baru berpikir.
"Mba, jadwal selanjutnya ada pemotretan dengan brand kosmetik ya." Ucap Laras sambil sibuk mengecek ipad ditangannya.
"Ras, lo kosongin jadwal gue tanggal tiga dan empat lusa." Ucap Naya
Laras mengangkat wajahnya karena perasaannya mulai tak enak.
"Ada apa mba? Kalau dari yang saya lihat memang kebetulan kosong." Jawab Laras.
"Bukan urusan lo, cukup kosongin aja karena gue mau ke Amerika."
"Amerika??"
"Lo gak perlu ikut, gue sendiri."
Laras hanya bisa terdiam. Ia mencium sesuatu yang salah disini. Semua gerak gerik Naya mampu membuatnya selalu merasa was-was.
***
"What?" Tanya Ivy, karena Arvis terus memandanginya sejak ia masuk dan duduk di dalam mobil.
"Nothing, I just didn't expect you to wear this kinda tomboyish outfit. This is my first time I've seen you in this style."
Ivy terkekeh, "what do you think? do I look good?" Tanya Ivy memutar tubuhnya menghadap Arvis sambil menaikkan kedua alisnya.
Arvis mengangguk lalu tersenyum, "You always do." Ucapnya.
Ivy tersenyum, pipinya seketika terasa panas mendapatkan pujian dari Arvis.
"But wait, ada yang kurang."
"Kurang??"
Ivy melihat Arvis mengambil sesuatu dari belakang kursi mobilnya.
"Pake ini lebih keren sih. Dangg! Look at how cool you are!"
Arvis memakaikan sebuah topi berwarna hitam di kepala Ivy.
Ivy melihat dirinya pada kaca spion kecil di dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Race In love
FanfictionMenjadi professional F1 membuat Arvis dikelilingi oleh wanita-wanita cantik dan kehidupan yang gemerlap. Lalu, bagaimana ketika ia bertemu dengan Ivy? Gadis yang memiliki sisi berbanding jauh terbalik dari kehidupannya. Seorang Ballerina yang meny...