CHAPTER 31

1.9K 284 15
                                    

Ivy yang sedang bersiap dengan makeupnya melirik melalui cermin, ketika mendengar suara pintu kamarnya terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ivy yang sedang bersiap dengan makeupnya melirik melalui cermin, ketika mendengar suara pintu kamarnya terbuka.

Mila berdiri disana dan bersandar pada sisi pintu dengan tangan yang dilipat.

"Belum ada satu bulan lo kerja, tapi lo udah ngacak-ngacak perusahaan papa. Puas lo?"

Ivy menarik sudut bibirnya. Rupanya, ular air yang licik ini mulai naik ke permukaan karena terpancing dengan umpan yang ia berikan.

Ivy meletakan lisptick itu lalu menyambar tas kerjanya. Ia berjalan mendekati Mila dan berhenti tepat di depannya.

"Bagus Mila, terus begitu. Semakin lo takut, semakin bagus." Ucap Ivy dengan smirknya.

Mila menegakan tubuhnya. Matanya memancarkan kilat marah.

"Brengsek! Kalo lo sampe macem-macem, gue dan mama gak akan diam!"

Ivy tak menggubris ancamannya dan berjalan melangkah pergi.

"Gue juga akan habisin Arvis dan karirnya!"

Salah, Mila benar-benar salah memancing Ivy dengan menyebut nama kekasihnya. Terutama ia menyebut soal karir Arvis sebagai pembalap.

Ivy memutar tubuhnya dan kembali mendekat ke arah Mila. Ia berdiri tepat di sisi tubuh Mila lalu membisikan sesuatu ditelinganya.

"Sentuh Arvis dan lo akan gue habisi sampai jadi debu. Mau lo lari ke ujung dunia pun akan gue kejar. Gue gak takut hukum karena gue berdiri di jalan yang benar. Tapi lo, kalau gue mau sekarang pun lo bisa langsung masuk ke jeruji besi. Tapi tunggu...itu jadi gak menarik. Kita harus sedikit bermain-main, kan?"

Tubuh Mila menengang. Tangannya mengepal hingga jari-jarinya memucat.

Ia hanya dapat terdiam sambil melirik kepergian Ivy yang menghilang dari balik pintu lift.

Benar, Ivy mulai memakai lift yang mereka larang. Padahal itu adalah rumahnya. Ivy sedang menunjukan bahwa ia mulai memberontak melawan mereka.

Mila menyentakkan kakinya ke lantai, seperti anak kecil yang kesal.

"Maaa! Mamaa!"

"Apasih mil? Kenapa kamu teriak-teriak begitu?"

Mila menarik tangan ibunya untuk segera pergi ke dalam kamar.

Wanita paruh baya itu mengusap pergelangan tangannya yang terasa sakit akibat tarikan oleh Mila.

"Kamu kenapa sih, mil? Tangan mama sakit nih!"

"Ma! Kita harus segera pergi dari sini!"

"Apa? Kenapa sih?"

"Ivy kayanya udah mulai tahu semuanya! Dia barusan mengancam akan membuat kita menjadi debu!"

"Apa?!"

"Kapan sih kita mau pindah ke Aussie???!"

"Kan mama bilang nanti! Tunggu Ivy pergi ke grand prix baru kita pergi!"

Race In loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang