CHAPTER 28

2.2K 322 12
                                    


Ivy mengeluarkan beberapa barang di dalam tas yang ia bawa dari rumah tadi. Ada berbagai jenis serum, cream, dan alat-alat kecantikan lainnya. 

Arvis berdiri disebelahnya lalu mengacungkan ibu jari, “So well prepared,” ucapnya. 

Gadis itu hanya tersenyum tipis.

“Sini duduk,”

Ivy menyuruh Arvis untuk duduk di depan meja rias kamarnya, lalu ia mengambil sebuah jepitan kecil untuk menjepit rambut bagian depan Arvis. Ia menyisir rambut tebal pria itu dengan jemarinya. 

“Rambut kamu udah lumayan panjang, gak ada rencana mau di potong?”

“Gapapa emangnya?”

“Gapapa kenapa?”

“Kalau aku potong, takut kamu gak suka.”

Ivy tersenyum dan menatap wajah Arvis di cermin. 

“Aku suka apapun modelnya.”

Ivy membalurkan cleansing balm lebih dulu pada kulit wajah Arvis dan mengusapnya dengan kapas.

“Kenapa senyum-senyum? Nanti kena bibir pahit lho.”

Padahal Arvis sedang menahan salah tingkahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Padahal Arvis sedang menahan salah tingkahnya. 

“Gapapa, oke oke sorry.”

Setelah selesai membersihkan wajah Arvis, saatnya melakukan treatment selanjutnya. 

Ivy melihat sekeliling kamar Arvis yang sangat luas. Mencari tempat yang pas untuk pria itu berbaring. 

Ia berpikir kalau di balkon terlalu berangin dan berdebu.

“Kalau di atas ranjang itu rasanya….eum…”

Saat Ivy sedang berkutat dengan isi kepalanya, tiba-tiba saja Arvis bertanya karena melihat gadis itu seperti sedang kebingungan. 

“Kamu mikirin apa? Kok bingung gitu?”

“Eum…dimana ya enaknya?”

“Apanya?”

“Aku butuh kamu untuk tiduran supaya lebih mudah pakai cream dan lain-lain.”

Tanpa pikir panjang dan sesuai dengan firasat Ivy, Arvis tentu saja mengatakan untuk melakukannya di atas ranjang tidur miliknya. 

“Di ranjang aja sayang,”

“Gapapa?”

Pria itu mengangguk. 

“Okay, aku izin naik ya.”

Arvis tersenyum dan mengacak pelan kepala Ivy. 

“Sini kepala kamu, tidurin disini.”

Ivy menepuk-nepuk pelan pahanya, meminta Arvis untuk meletakan kepalanya diatas kedua paha miliknya yang sudah di alasi oleh bantal kepala.

Sungguh, rasanya malu sekali bagi Ivy. Ini adalah kali pertamanya ia menaiki ranjang tidur seorang pria.

Race In loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang