Semua peserta kembali menaiki panggung untuk pengumuman hasil perlombaan.
Melihat raut wajah Ivy yang tak seceria tadi, Arvis merasa ada sesuatu yang aneh. Ia terus-terusan menatap Ivy.
Gadis itu terlihat seperti sedang menahan tangisnya.
"Vis, lo punya pendapat yang sama kaya gue gak?" Tiba-tiba saja Adara berbisik pada Arvis yang duduk disebelahnya.
Arvis mengangguk, "Kayanya ada yang gak beres deh, dar." Jawabnya.
Dewan juri sudah memberikan nama para pemenang dan Ivy mendapatkan posisi pertama sebagai penari solo.
Namun, ketika suara riuh tepuk tangan itu mereda beberapa panitia mulai berkumpul di depan panggung dan memberikan informasi bahwa peserta bernama Ellen gugur dalam perlombaan itu karena mengalami insiden kecelakaan di lift.
Arvis seketika membelalakan matanya. Semua penonton juga ikut terkejut dan merasa sedih.
"Kami mendapatkan informasi bahwa peserta bernama Ellen mengalami insiden di dalam lift yang menyebabkannya meninggal di tempat. Kami sebagai panitia beserta seluruh tim terkait mengucapkan berbela sungkawa yang amat sangat dalam pada keluarga Ellen."
Suara tangis seorang wanita pecah. Benar, ia adalah ibu Ellen.
"Putriku!! Tidak mungkin!!"
Ivy berbisik pada panitia dan meminjam microfon untuk berbicara.
"Hallo madam, saya adalah Ivy. Sebelumnya saya mengucapkan turut berduka cita atas kepergian Ellen."
Ivy berusaha menahan isak tangisnya.
"Beberapa jam yang lalu, saya baru berkenalan dengannya di ruang tunggu. Ellen terlihat sangat gugup hingga ia meremas jari-jarinya sampai memutih."
Semua orang disana terdiam mendengarkan ucapan Ivy.
"Saya menggenggam tangannya-" ucap Ivy namun terbata karena tak kuat menahan tangisnya.
"Maaf, saya menggenggam tangan Ellen untuk menenangkannya. Kami mengobrol dan berbicara. Dia tersenyum sangat manis, dia adalah ballerina tercantik yang pernah saya temui."
Sang ibu menangis mendengarnya.
"Saya bilang, Ellen kamu akan tetap menjadi pemenang selama kamu terus berusaha dan yakin pada dirimu sendiri. Setelah itu Ellen hendak pergi, ia mengatakan kalau melupakan sesuatu dan ingin mengambilnya. Ellen bilang ia lupa memakai gelang benang keberuntungannya. Gelang itu ia simpan di dalam tas kecil barbie miliknya."
Sang ibu melihat tas barbie yang berada dalam pelukannya, ia membuka sleting dan benar saja, ia menemukan gelang benang berwarna merah itu disana.
Tangisannya semakin pecah, bahkan semua orang disana ikut meneteskan air mata mereka.
"Saya, berdiri disini untuk memberikan gelar kehormatan dan kemenangan ini untuk Ellen. Dia adalah ballerina sejati. Mungkin, dirinya memang belum pernah menginjakan kakinya diatas panggung ini. Tetapi, saya sangat yakin kalau Ellen akan tetap terus bersinar dan berada di dalam hati kita semua."
Setelah itu Ivy menuruni panggung dan berlari untuk memeluk Ibu Ellen. Ia memberikan trophy miliknya untuk Ellen sebagai kehormatan untuknya.
Semua orang disana bertepuk tangan.
Arvis menyeka air matanya, ada rasa bangga di dalam dirinya melihat keputusan Ivy.
"Terima kasih! Terima kasih karena kamu sudah begitu baik pada putri kami. Terima kasih karena sudah membantunya mengatasi rasa gugupnya. Aku akan selalu mengingatmu, nona. Terima kasih sudah menjadikan putri kami pemenangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Race In love
FanfictionMenjadi professional F1 membuat Arvis dikelilingi oleh wanita-wanita cantik dan kehidupan yang gemerlap. Lalu, bagaimana ketika ia bertemu dengan Ivy? Gadis yang memiliki sisi berbanding jauh terbalik dari kehidupannya. Seorang Ballerina yang meny...