[18]

1.9K 257 28
                                    

Serena benar benar betah mendiamkan Alan satu hari lebih. Setelah terjadi telfon itu Serena bahkan mematikan hpnya total. Dan memilih berkegiatan bersama dengan beberapa ajudan kakek buyutnya. Bahkan malam pun ia tidur lebih cepat tanpa menghidupkan hpnya. Entahlah semenjak kenal Alan, rasa senang menambah tapi emosinya jadi tidak stabil dan itu menyebalkan.

"Nona, papa Nona menghubungi untuk mengaktifkan ponsel." ini adalah hari terakhirnya disini. Dan akan kembali kerumah nanti sore.

"Lupa lagi aku taro mana." gumam Serena sembari bermain tanah. Serena memang memiliki hobi rada unik dan berbeda untuk anak seusianya. Anak ini senang berkebun.

"Tungguin tapi ya, aku ambil dulu om, jangan diituin."

"Sudah kakek bawa. Kenapa hpnya sejak kemarin? mama kamu rusuhin kakek Nola." cegah kakek buyutnya yang datang dengan tongkat dan tangan kiri menggenggam hp Serena.

"Ehehe, lagi mau fokus disini aja. Lagian nggak ada yang seru di hp?"

"Nggak ada yang seru? terus laki laki itu?" pancing Adiwilaga lagi.

"Udah aku hidupin nih kakek buyut, chat nya astagaa banyak banget, hpku bisa ngelag." cerocos Serena untuk pengalihan issue.

"Kamu kakek lihat lihat kok nggak pernah mau bahas dia disini? kamu niat kenalin dia ke Tacenda apa tidak Nola?" tanya Adiwilaga to the point. Bahkan ajudan disana sudah berdiri dan posisi siap disekitar Serena dan atasannya itu.

"Bukan gitu, dikenalin buru buru juga nggak baik. Baru juga kita pdkt an." ucap Serena.

"Karena kalian lagi pdkt an harusnya kamu nggak offline kaya gini. Berarti ada hal yang salah." tepat sekali. Kakek buyutnya tepat dalam menilai suatu tindakan.

"Aku lagi ngambek aja dikit, makanya males denger hp bunyi." ucap Serena pada akhirnya mengaku. Mau nggak ngaku, kakek buyutnya itu pasti punya seribu cara untuk buat  Serena ngaku.

"Dia bikin kamu ngambek?"

"Iya, dia nggak ngertiin aku banyak banyak."

"Karena?"

"Kakek buyut tau sendiri kan? aku nggak suka dikelasku yang sekarang. Aku nggak nyaman, terus ada acara sekolah ada lomba. Mereka tuh malah bahas berantemnya aku sama dia. Mereka kepo dan mau di ceritain ke orang orang. Akunya kesel, sebel baca itu.
Malah tanpa dosa minta aku perwakilan kyorugi, minta maaf aja belom loh. Kan itu nggak boleh kan kakek buyut?" ucap Serena.

"Iya, harus minta maaf dulu. Jangan mau kalau belum minta maaf tapi udah minta minta yang lain." ucap Adiwilaga tegas yang diangguki Serena tak kalah semangat. Siapa yang tak semangat coba dia didukung kok.

"Iya, aku juga nggak mau wakilin itu. Udah lah aku males bahasnya, kakek buyut nanti dirumah sendiri?" tanya Serena melas. Gaya gaya an aja.

"Ya iya? emang mau bagaimana? kamu nanti sore dijemput om Pras ya? papamu ada acara sama mamamu." jelas Adiwilaga.

"Acara apa?"

"Biasa dikesatuan."

Setelahnya kakek buyutnya itu pergi menyisakan Serena dan 3 ajudan yang ikut bercocok tanam. Banyak chat masuk, paling banyak dari grup berempat dan mamanya. Dibawahnya disusul nama yang sedang tak dia harapkan dan lalu papanya dan Hadden.

"Cowok tuh kalau nggak suka ke orang yang suka kedia tuh gimana si Om?" tanya Serena membuka pembicaraan.

"Menjauh Nona dan seperti tidak tertarik?" jawab salah satunya.

"Tapi kalau dia kasih kesempatan, kaya biarin yang suka sama dia berjuang. Tapi dia masih ada gap sama orang itu gimana?" balas Serena.

"Bagi saya itu nggak gentle Nona, kasih kesempatan itu hanya akan membuat sakit saja. Seharusnya laki laki kalau memang tidak suka ya tidak perlu dilanjutkan, kalau suka ya kejar saja. Kalau menyuruh perempuan berjuang itu mah bangke Nona." saut salah satunya juga.

Sense Of RythmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang