Author POV
*Bugh*
Gita tersungkur ketika Oniel mendaratkan pukulan tepat di wajahnya. Di samping Oniel, Indah berdiri diam menatap Gita tajam.
"Jangan pernah memiliki niat untuk mempermainkan adikku, sialan!" ujar Oniel marah.
"Aku tidak mempermainkannya." jawab Gita. Ia usap darah yang mengalir dari sudut bibirnya.
"Omong kosong! Kami tahu kamu hanya mencintai Dey, Gita. Kamu hanya menjadikan Marsha sebagai pelarianmu." bantah Oniel.
"Gita, Marsha adalah adikku. Aku tidak ingin kamu melukainya. Aku tidak ingin dirinya bertahan dalam hubungan yang nyatanya cuman searah." ucap Indah.
"She's not. Aku mencintainya."
Oniel meraih kerah Gita dengan marah. "Jangan berbohong, Gita."
"Aku mencintainya, Oniel." ujar Gita kekeuh.
"Kalian selalu tahu aku mencintai Dhea selama bertahun-tahun. Tapi, perasaan itu sudah pudar. Aku mencintai Marsha, aku ingin dia, aku ingin bersamanya, mengapa tidak boleh? Apa aku tidak boleh memiliki kebahagiaan seperti kalian?"
Oniel tersentak mendengar suara lirih Gita. Perlahan cengkramannya terlepas dan Gita kembali jatuh ke atas tanah.
"Aku iri pada kalian. Aku juga ingin membentuk keluarga seperti kalian, aku mencintai Marsha dan ingin menjadikannya pasanganku, apa keinginanku jugalah sebuah kesalahan?"
"Gita..."
Indah berlutut di hadapan Gita, memeluk priaitu dengan erat sambil terus mengucapkan kata maaf.
Dirinya telah mengenal Gita sejak lama, dirinya tahu, Gita mengucapkan segalanya dengan tulus. Sudah bertahun-tahun sejak Dey meninggalkan gadis itu dan baru kali ini Indah bisa kembali melihat sorot penuh perasaan milik Gita kepada Marsha.
Dirinya merasa bersalah ketika menyadari ia telah menghalangi kebahagiaan Gita dan Marsha yang selama ini ia inginkan.
"Indah, Oniel, aku janji akan menjaganya. Aku berjanji akan mencintainya dengan seluruh apa yang aku miliki. Aku tidak akan menyakitinya. Apa aku boleh mencintai adik kalian?"
"Hmm aku mengizinkannya. Berbahagialah."
Gita kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia mendongak menatap jendela kamar Marsha untuk terakhir kali sebelum ia kembali melajukan mobilnya.
"Indah, Oniel, maaf aku tidak menepati janjiku untuk bahagia."
Gita menatap bangunan kantor di hadapannya sambil menggenggam kartu keluarga dan tanda pengenal miliknya.
Ia berada di depan kantor catatan sipil sendirian sambil tersenyum getir.
*Brukk*
Hampir saja Gita mengumpat ketika seseorang menabraknya. Jika ia tidak mendengar isakan gadis itu, mungkin Gita telah memaki-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE SHOOT JKT48
Ficción GeneralBerisi cerita-cerita oneshoot dari para member JKT48