Kotak Harapan

7.6K 142 10
                                    

Author POV

Tujuh bersaudara tinggal di dalam rumah mewah di pusat kota. Setiap penghuninya memiliki kesibukan masing-masing, namun tidak pernah melupakan kebersamaan satu sama lain.

Tangis, canda, air mata dan tawa selalu mereka rasakan bersama tanpa adanya batasan satu sama lain.

Seharusnya....

Mereka tengah berada di taman belakang rumah yang cukup luas. Duduk di bawah atap gazebo sambil menikmati segelas jus dan beberapa camilan di hadapan mereka.

Ke tujuh gadis itu berbincang, berbagi canda dan tawa lagi setelah selesai bermain. Berlarian, mengejar satu sama lain hingga kelelahan.

Gita, si anak ke lima, bersandar pada bahu Feni, sang anak ke dua. Gadis pendiam itu sibuk dengan pena dan buku di tangannya.

"Ci, harapan masa depan ci Shani apa?" tanya Gita.

Shani menoleh ke arah Gita dengan wajah bingung. Ia letakkan tangannya di dagu nampaka berpikir.

"Hummm semoga, cici dan ade-ade cici bahagia terus bareng-bareng sampai tua." jawab Shani. Gita mengangguk mengerti, menuliskan jawaban Shani ke atas kertas di tangannya.

"Kalo ka Feni gimana?"  Feni tersenyum sambi mengusap kepala Gita yang masih setia bersandar padanya. Ditepuknya adik yang paling dekat dengannya itu dengan sayang.

"Gampang sih, semoga kita bisa kaya gini terus. Jangan ada yang berubah." jawab Feni.

Keadaan ini cukup menarik perhatian empat anak lainnya yang sejak tadi sibuk mengobrol. Kini semua perhatian teralih pada Gita yang sibuk menulis jawaban Feni.

"Ci Gre.."

"Cici harap nanti kita bisa sama-sama sukses. Gapai cita-cita kita masing-masing dan saling ngedukung satu sama lain." potong Gracia.

Gita tersenyum kecil melihat antusias Gracia yang seperti anak kecil, tidak ingatkah kalau dia seumuran dengan Feni sekarang? Namun Gita kembali menulis jawaban Gracia di bukunya.

"Ka Indah deh sekarang. Harapannya apa?" tanya Gita, menatap kaka ke empatnya dengan visual yang selalu jadi favoritenya.

"Humm kalo aku, semoga Tuhan selalu ngasih kita kesehatan dan kebahagiaan. Cukup itu sih." Jawaban Aamiin terdengar setelah Indah menyelesaikan kalimatnya. Tak ayal mereka tertawa karena kekompakan itu.

"Aku ya sekarang? Kalo aku, aku mau kita di masa depan bisa liburan bareng pas kita punya uang sendiri-sendiri. Ga pake uang papa mama, jadi di masa depan kita semua harus sukses." jawab Zee semangat.

Gita mengangguk mengiyakan. Kesuksesan harus mereka capai bersama agar keinginan Azizi bisa terwujud.

"Nah dede, harapan dede di masa depan apa nih?" Bukan Gita, tapi Shani yang bertanya pada si bungsu keluarga itu.

"Humm dede gatau. Tapi dede mau kita entar sukses, terus jadi anak pintar, terus kaka kaka tetep manjain dede walau dede udah gede." Mereka terkekeh. Apa yang mereka harapkan dari jawaban seorang bocah berumur 10 tahun?

Gita kembali menulis jawaban Christy di buku lalu ditutupnya buku itu. "Selesai!" ucapnya senang.

"Kamu bikin apa, sayang?" tanya Feni penasaran.

Gita menyodorkan bukunya ke Feni lalu berlari pergi ke dalam rumah setelah meminta saudar-saudaranya menunggu.

Keenam saudara Gita merapatkan diri mereka untuk melihat apa yang ada di dalam buku itu. Foto-foto berukuran polaroid memenuhi buku itu. Foto-foto kebersamaan mereka yang selalu diabadikan oleh Gita dengan kamera kesayangan Gita.

ONE SHOOT JKT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang