Say it!

1.1K 62 8
                                        

Author POV

"Kalo suka itu bilang." Marsha mengejek Indah yang sejak tadi tak melepaskan pandangannya pada dua gadis yang sedang duduk tenang di kantin kampus.

"Gila! Aku emang suka sama dia, tapi bukan berarti aku mau rebut dia." komplen Indah menepuk kepala Marsha kesal.

"Emang mereka pacaran? Mereka pernah konfirm gitu?" tanya Marsha.

"Engga sih, cuman ngeliat mereka sering bareng dan deket banget tuh hampir ga mungkin mereka gaada rasa. Gosip-nya juga udah nyebar dan mereka gaada nyangkal itu. Mereka cocok ya?"

"Cocok?"

"Iya, cocok. Satunya pinter di akademis, satunya di non akademis. Oniel dan Gita juga masuk ke sini pake beasiswa, cantik banget lagi mereka. Lah aku? Masuk ke sini aja harus ngabisin banyak uang, mana setara."

Indah tersenyum getir. Dia menyukai gadis itu bukan dalam waktu sebentar. Dua tahun? Tiga tahun? Indah tidak tahu pasti.

Jika saja gadis itu sendirian, Indah mungkin telah mengungkapkan perasaannya sejak lama. Keberadaan gadis lainnya yang begitu sempurna di mata-nyalah yang membuat dirinya minder dan hanya memendam perasaannya. Jadilah sekarang dirinya hanya bisa melihat punggung mereka yang mulai menjauh dari pandangannya dengan Gita yang merangkul Oniel posesif.

Indah berdecak kesal ketika dirinya mendapat pesan bahwa tidak ada seseorang yang bisa menjemputnya hari ini sedangkan hujan turun begitu deras-nya.

Dirinya berdiri sendirian di lorong gedung, menatap hujan yang datang bersama dengan angin dan juga petir. Menyesal menolak ajakan Marsha untuk pulang bersama tadi.

Ia harus pulang menaiki bus, itu berarti dirinya harus menerobos hujan ini dengan berlari dan berakhir basah kuyup.

Indah menghela nafas, tidak ada cara lain, dirinya mulai berancang-ancang untuk berlari. Belum sempat kakinya melangkah, sebuah payung telah menutupi kepalanya hingga Indah cukup terkejut.

Dirinya menoleh, mendapati sosok gadis yang tiba-tiba berada di belakangnya, menatap dirinya intens.

"Kamu tidak berniat melakukan hal bodoh dengan menerobos hujan ini kan?" tanya gadis itu.

"Itu...aku tidak punya pilihan lain." jawab Indah pelan.

"Tidak ada yang menjemputmu?" Indah menggeleng sebagai jawaban.

"Di mana rumahmu?" Ketika Indah menyebutkan alamatmya, gadis itu mengangguk mengerti. "Kita searah. Pulanglah bersamaku." ajak-nya.

"Eh, apa tidak apa-apa?"

Gadis itu mengangguk. Ia merangkul pundak Indah, membawa gadis itu untuk lebih dekat dengannya dan mulai melangkah di bawah hujan.

Tak sampai dua menit, mereka telah duduk rapi di dalam mobil dengan sepatu yang basah.

"Lepaskan sepatumu dan pakai ini." Indah menerima uluran kaos kaki, jaket dan sandal yang diulurkan padanya dan dengan cepat memakainya. Syukurlah, dirinya tidak akan kedinginan.

Mobil mulai melaju membelah jalanan. Kedua gadis itu terjebak dalam keheningan, fokus dalam pikiran masing-masing.

"Gita..." panggil Indah pelan, sedangkan yang dipanggil hanya menjawab dengan deheman pelan.

"Kamu dan Oniel, sudah lama saling mengenal?" tanya Indah.

"Bukankah kamu berasal dari sekolah yang sama dengan kami? Seharusnya kamu tahu jawabannya bukan?" jawab Gita datar.

"Ya...ya benar juga. Lupakan pertanyaan bodoh itu." ujar Indah.

Gita menghela nafas, "kami mengenal satu sama lain sejak sekolah dasar. Kami tumbuh bersama, aku juga tidak tahu pasti berapa lama kami saling mengenal." Indah hanya mengangguk mengerti, tidak menyangka pada akhirnya Gita menjawab pertanyaannya.

ONE SHOOT JKT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang