Younger Sister

919 58 7
                                    

Author POV

Mutiara Azzahra atau Muthe, gadis termuda di kediamannya itu sibuk mengacak-acak tas miliknya di depan kelas.

Ia semakin panik ketika menyadari laptop dan tugas-tugas miliknya tidak ada di dalam sana.

"Muthe, ngapain di sini? Ayo masuk." ajak salah satu teman sekelasnya.

"Duluan aja." jawab Muthe singkat.

Muthe menatap layar ponselnya, menimang hal yang sekarang berada di pikirannya.

Belum sempat dirinya menekan tombol telefon di ponselnya, seseorang telah mengulurkan sebuah laptop yang sangat dikenalnya.

Ia mendongak, seorang pria menyodorkan laptop miliknya. Wajah jengah tergambar jelas di wajah pria itu. "Lain kali jangan teledor, ngerepotin." ucap pria itu.

"Itu, bisa ga..."

Belum sempat Muthe menyelesaikan kalimatnya, orang lain telah meletakkan kertas yang tertumpuk rapi di atas laptop Muthe.

Kali ini yang melakukannya adalah seorang gadis cantik yang juga menunjukkan wajah kesal.

"Ini juga ketinggalan. Ngerepotin." ujar gadis itu.

"Kuliah yang bener, kita pergi dulu." ujar gadis itu dan menggandeng tangan sang pria menjauhi Muthe.

"Ka, makasih."

Helisma Putri atau Eli dan Gita Sean kedua kakak dari Muthe. Kedua kakak yang selama ini Muthe rasa memiliki ketidaksukaan padanya.

Sepuluh tahun yang lalu, Muthe datang ke keluarga itu. Setelah kepergian kedua orang tuanya dalam kecelakaan, Muthe diadopsi oleh ayah Eli dan Sean, menjadi putri bungsu keluarga itu.

"Mulai sekarang, Muthe akan menjadi adik kalian, jaga dia ya." ucap sang ayah saat itu.

"Ck terserah." rutuk Eli sedangkan Sean hanya mengangguk dan pergi dari sana.

Saat itu, dirinya yang memasuki kelas 5 sd harus dihadapkan dengan sikap cuek kedua anak smp itu.

"Gua masak buat serumah, bukan buat lu doang." ujar Eli saat Muthe berterima kasih atas makanan yang Eli buat.

"Gausah kepedean, gua cuman gamau dimarahin papa." ucap Sean ketika ia berterima kasih karena Sean menolongnya dari anak-anak yang merundungnya.

Lima tahun setelah kepindahannya ke rumah keluarga itu, papa mereka meninggal karena penyakit yang dideritanya.

Saat itu, Muthe baru saja memasuki bangku SMA dan yang berjarak tiga tahun di atasnya Eli baru menyelesaikan tingkat SMA-nya. Beruntungnya papa mereka meninggalkan tabungan pendidikan kepada mereka hingga mereka bisa menyelesaikan sekolah mereka dengan baik.

Muthe berhasil masuk ke universitas favorite di kota mereka dan itu menjadi kebanggaan tersendiri untuknya hingga ia sering memamerkan prestasinya di hadapan foto kedua orang tuanya dan orang tua angkatnya walau dia tidak pernah bertemu mama dari Sean dan Eli.

Muthe merasa, mereka semakin menjauh setelah dirinya masuk ke universitas. Dirinya jarang bertemu dengan kedua kakaknya karena kesibukan mereka masing-masing. Dirinya bahkan tidak tahu di mana tempat kuliah Sean dan di mana Eli bekerja.

Sesekali Eli akan menyiapkan sarapan untuk mereka, namun jika Eli sedang tidak sempat, dirinya hanya meninggalkan sejumlah uang di atas meja makan. Sedangkan Sean, dirinya selalu berangkat pagi-pagi sekali dan pulang larut malam.

"Sarapan di rumah, keseringan makan di luar boros." ucap Eli saat mereka duduk di meja makan.

Ia tahu sebenarnya ia harus bersyukur. Bagaimanapun dirinya tidak pernah hidup kekurangan walau mereka bukan berasal dari keluarga kaya. Apapun makanan dan hal yang ia butuhkan, ia selalu mendapatkannya karena saudara dari papa mereka sering mengirimkan sejumlah uang untuk mereka melalui Eli.

ONE SHOOT JKT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang