8. Benarkah?

42 7 8
                                    

Hari-hari berlalu seolah tidak pernah terlupakan sedikitpun, cahaya pagi mulai menyerang memasuki celah-celah jendela kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari berlalu seolah tidak pernah terlupakan sedikitpun, cahaya pagi mulai menyerang memasuki celah-celah jendela kamar. Membuat mata sembab dan sayu itu terbuka perlahan. Akhir-akhir ini hidupnya terasa begitu hampa, menyesakkan, membingungkan. Ya sebetulnya setiap hari seperti itu, namun ini lebih buruk.

Ia terbangun melirik nakas melihat jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, sudah waktunya. Pikir Sasuke.

Sasuke berjalan menyambar handuknya yang tergantung di pintu kamarnya, lalu pergi ke kamar mandi. Langkah kakinya terasa berat harapannya ia tidak perlu bangun lagi dan terus tidur sampai akhir hayatnya. Sungguh ia tidak punya semangat hidup.

"Sudah bangun, Sasuke." Langkahnya terhenti ia mencari tahu siapa yang bersuara sepagi ini di rumahnya yang kosong.

Mata elangnya berhenti ketika melihat seorang laki-laki tengah duduk di ruang makan dengan satu tangannya yang membaca map dan satu tangannya mengangkat cangkir teh yang terlihat masih panas.

"Ah halusinasi lagi." Gumamnya segera pergi ke kamar mandi dan menutupnya.

Sudah satu bulan ini ia hidup sendirian setelah sepeninggalan kakaknya, Itachi. Mana mungkin barusan ia lihat kakaknya tengah duduk di ruang makan.

Pasti ia halusinasi lagi, hampir setiap pagi ia seperti itu. Seolah masih terus berduka tanpa mau berhenti dari dukanya. Ia pun sudah selesai dengan rehabilitasi dan cuti dari sekolahnya.

Aktivitas sekolahnya sudah harus ia mulai lagi, dan hari ini ia harus segera bergegas kesekolah karena sudah siap untuk terlambat dan dihukum oleh Kakashi sensei nya.

Ah membosankan bukan.

Sasuke sudah bersiap dengan seragam sekolahnya, ia sudah menyampir tas di pundaknya. Lalu berjalan melewati meja makan ia melihat ada piring disana. Ia lihat beberapa onigiri lalu setelahnya melengos begitu saja buru-buru kesekolah dengan motornya karena ia sudah telat akan semakin telat jika naik bus.

"Siapa yang menaruh onigiri disana? Mungkinkah Sasori?" Pikir Sasuke dalam hati.

Sasuke melangkahkan kakinya di koridor sekolah, kedua tanganmya ia masukkan pada saku celana nya. Melihat sekeliling prang sedang sibuk main bola di lapangan, atau guru-guru sudah berjalan masuk ke kelas.

Kakashi berhenti di depan Sasuke.

"Memangnya sudah sembuh, Sasuke?" Tanya Kakashi ketika keduanya sudah berhadapan.

Sasuke mengangguk, sedikitnya ia harus berterima kasih pada wali kelasnya itu bukan. Memberinya cuti hampir 2 minggu untuk rehabilitasi dan juga sedikit menyehatkan tubuhnya.

"Sudah. Terima kasih, Kakashi sensei."

Kakashi teresnyum lalu menyentuh pundak Sasuke. Ya setidaknya Sasuke sekarang sudah lebih baik dari pada dulu-dulu batin Kakashi.

"Tidak perlu sungkan, kakakmu itu temanku. Jadi kalau kau perlu apa-apa ya akan ku bantu. Apa kau sudah sarapan? " Sasuke menggeleng.

Ya memang dia belum sarapan, bangun saja ia telat.

Oniisan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang