11. Dimulai

80 42 35
                                    

"Jika sinar mentari yang hangat pun tak mampu mengusir bayangan gelisah di hatimu? Mungkin, seperti malam tanpa bintang, kau akan terus terombang-ambing dalam lautan keresahan, tanpa arah tujuan."

______

Di dalam istana Ethereal Monarchy yang megah dan penuh cahaya, suasana tegang menyelimuti seluruh ruangan. Kaisar Regulus, seorang pemimpin yang bijaksana dengan rambut perak dan mata tajam, berdiri di depan jendela besar di ruang takhtanya. Matanya menatap jauh ke arah cakrawala, merenungkan ancaman yang semakin nyata dari Nerosia. Di belakangnya, peta besar Ethereal Monarchy terbentang di atas meja, menunjukkan lokasi perbatasan dan titik-titik strategis kerajaan.

Tiba-tiba, pintu ruang takhta terbuka dengan suara keras. Seorang prajurit muda, dengan wajah pucat dan napas terengah-engah, berlari masuk dan berlutut di hadapan Kaisar Regulus. "Yang Mulia," katanya dengan suara gemetar, "Saya membawa berita mendesak dari perbatasan utara."

Kaisar Regulus menoleh, matanya menatap prajurit itu dengan serius. "Berdirilah dan sampaikan beritamu," perintahnya.

Prajurit itu berdiri, masih dengan napas yang terengah-engah. "Yang Mulia, pasukan Nerosia telah mendekati perbatasan utara. Mereka berbaris dengan kekuatan penuh dan tampaknya bersiap untuk melancarkan serangan besar-besaran. Mereka sudah terlihat di hutan dekat desa Utara."

Kaisar Regulus mengerutkan kening, merasakan ketegangan semakin meningkat. "Berapa banyak pasukan mereka?" tanyanya, suaranya rendah namun penuh wibawa.

Prajurit itu menelan ludah, berusaha mengatasi rasa takutnya. "Ribuan, Yang Mulia. Mereka membawa penyihir-penyihir gelap bersama mereka. Kekuatan mereka sangat besar, dan mereka bergerak cepat."

Kaisar Regulus mengangguk, lalu berbalik menghadap meja besar di mana penasihat-penasihatnya berkumpul. "Kita harus bertindak cepat," katanya dengan tegas. "Panggil semua komandan militer. Kita perlu menyusun strategi untuk menghadapi ancaman ini."

Penasihat-penasihatnya segera bergerak, memanggil komandan-komandan militer dan menyusun rencana darurat. Permaisuri Carolina, yang duduk di samping Kaisar Regulus, memandang suaminya dengan kekhawatiran di matanya. "Regulus, apa yang harus kita lakukan?" tanyanya lembut.

Kaisar Regulus mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya. "Kita harus mempertahankan perbatasan utara dengan segala kekuatan yang kita miliki. Kita tidak boleh membiarkan Nerosia masuk lebih jauh ke dalam wilayah kita. Kita akan mengirim pasukan tambahan dan memperkuat pertahanan di sana. Ethereal Monarchy harus bertahan."

Di luar ruang takhta, suara langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar saat prajurit dan komandan militer berkumpul. Persiapan segera dimulai, dengan senjata yang diasah dan kuda-kuda yang dipersiapkan untuk berangkat ke perbatasan. Suasana istana yang biasanya tenang kini berubah menjadi hiruk-pikuk persiapan perang.

Kaisar Regulus memandang ke arah peta lagi, memperhatikan titik-titik yang perlu diperkuat. Dia tahu bahwa ini adalah saat yang kritis bagi Ethereal Monarchy. Dengan Aldric yang hilang dan ancaman dari Nerosia yang semakin dekat, mereka harus mengerahkan semua kekuatan dan kecerdikan mereka untuk bertahan.

"Perintahkan pasukan kita untuk berangkat ke perbatasan utara," kata Kaisar Regulus kepada seorang komandan militer yang baru saja tiba. "Kita harus menghalangi gerak maju Nerosia."

Komandan itu membungkuk hormat. "Seperti perintahmu, Yang Mulia," jawabnya sebelum segera bergerak untuk melaksanakan perintah.

Di dalam istana, para penyihir Ethereal Monarchy juga bersiap. Mereka berkumpul di ruang magis, merapal mantra perlindungan dan memperkuat pertahanan magis di sepanjang perbatasan. Cahaya magis berkilauan di udara saat mereka bekerja tanpa henti, mengetahui bahwa setiap detik berharga dalam menghadapi ancaman ini.

SilkaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang