Pagi itu, kastel Ethereal Monarchy bersinar di bawah sinar matahari yang cerah. Koridor-koridornya yang megah berkilauan, dipenuhi dengan patung-patung pahlawan legendaris dan lukisan-lukisan yang menceritakan sejarah panjang kekaisaran. Aldric, yang baru saja selesai melatih para prajurit muda, berjalan melalui salah satu koridor kastel, pikirannya dipenuhi dengan rencana pertahanan dan strategi.
Di salah satu sudut koridor, terdengar suara langkah ringan yang berbeda dari biasanya. Aldric menoleh dan melihat sosok yang tidak asing baginya—Putri Celia, putri kaisar Ethereal Monarchy. Putri Celia adalah wanita muda dengan keanggunan yang luar biasa, rambut panjang berwarna emas yang bergelombang dan mata biru yang memancarkan ketegasan serta kelembutan.
Aldric menghentikan langkahnya dan memberi hormat. "Putri Celia," sapanya dengan penuh hormat, "Apa yang membawa Anda ke sini pagi ini?"
Putri Celia tersenyum lembut, senyum yang bisa mencairkan hati yang paling keras sekalipun. "Selamat pagi, Aldric. Kamu sudah kembali, selamat datang lagi di Kastel Ethereal Monarchy. Aku sedang mencari ayahku, Kaisar Regulus. Apakah Anda melihatnya?"
Aldric tersenyum sebagai tanda terima kasih, lalu menggeleng. "Maaf, Putri, saya belum melihat Kaisar Regulus pagi ini. Mungkin beliau berada di ruang pertemuan dengan para penasihatnya."
Putri Celia mengangguk pelan, namun tatapan matanya menunjukkan bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar mencari ayahnya. "Aldric," katanya dengan suara yang sedikit lebih pelan, "aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang penting. Bisakah kita berbicara di taman kastel?"
Aldric merasakan ada sesuatu yang mendesak dalam nada suara putri. "Tentu, Putri. Mari kita ke taman."
Mereka berdua berjalan menuju taman kastel, sebuah tempat yang penuh dengan bunga-bunga mekar dan air mancur yang indah. Burung-burung berkicau riang, menciptakan suasana damai yang kontras dengan ketegangan yang dirasakan Aldric.
Setelah memastikan tidak ada orang lain di sekitar, Putri Celia duduk di bangku marmer di dekat air mancur, dan Aldric duduk di sampingnya, tetap menjaga jarak yang sopan.
"Ada apa, Putri?" tanya Aldric dengan lembut.
Putri Celia menghela napas, tampak berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Aldric, aku tahu kau adalah salah satu ksatria terbaik di Ethereal Monarchy, dan aku sangat menghormatimu. Aku perlu bantuanmu untuk sesuatu yang sangat pribadi."
Aldric mendengarkan dengan seksama, merasakan bahwa percakapan ini akan sangat penting. "Tentu, Putri. Katakan saja, saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu Anda."
Putri Celia menatapnya dengan mata yang penuh harap. "Aku merasa ada ancaman yang semakin mendekat ke negeri ini. Beberapa hari terakhir, aku mendengar bisikan-bisikan dari para pelayan dan penjaga bahwa ada pengkhianat di antara kita. Aku tidak tahu siapa yang bisa kupercaya. Aku butuh seseorang yang bisa memastikan keselamatanku dan keluargaku."
Aldric merasakan hawa ketegangan yang meningkat. Pengkhianat di Ethereal Monarchy adalah ancaman serius yang bisa menggoyahkan fondasi kekaisaran. "Putri, jika itu benar, kita harus bertindak cepat. Saya akan melakukan penyelidikan secara diam-diam dan memastikan siapa yang berkhianat. Anda bisa mempercayai saya."
Putri Celia tersenyum lega, namun ada kekhawatiran yang masih membayang di wajahnya. "Terima kasih, Aldric. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu. Ayahku tidak boleh tahu tentang ini sampai kita memiliki bukti yang kuat. Aku tidak ingin mengganggu pikirannya dengan ini, terutama setelah perang yang baru saja terjadi."
Aldric mengangguk. "Saya mengerti, Putri. Kita harus hati-hati. Saya akan mulai penyelidikan malam ini."
Putri Celia berdiri, menatap Aldric dengan rasa terima kasih yang mendalam. "Aku berterima kasih atas bantuanmu, Aldric. Keberanianmu adalah sesuatu yang selalu kukagumi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Silkara
FantasyDi persimpangan takdir antara kekaisaran dan kerajaan yang berperang, Luna Everglen, seorang penyihir muda yang skeptis, dan Aldric Shadowheart, ksatria yang bertarung dengan pedang keberanian, menemukan persahabatan yang tak terduga. Di bawah bayan...