01. Gubuk Magnetik

205 92 67
                                    

Malam telah jatuh sepenuhnya ketika Luna Everglen, seorang penyihir muda yang skeptis, melangkah ke dalam hutan yang lebat. Angin malam berdesir lembut melalui celah dedaunan, menciptakan suara berbisik yang aneh. Langkah kakinya hampir tak terdengar di atas tanah yang tertutupi oleh dedaunan gugur. Luna merasa jantungnya berdebar, bukan karena ketakutan, melainkan karena ketidakpastian yang menunggunya di depan.

Dia teringat perintah Dewan Penyihir yang mengutusnya untuk mencari tahu tentang fenomena aneh yang mengganggu desa di pinggiran Kerajaan Valandor. Tanaman-tanaman layu secara misterius, sungai-sungai yang tiba-tiba mengering, dan makhluk-makhluk malam yang aneh muncul tanpa peringatan. Semua ini membuat desanya dalam kekacauan, dan Luna, dengan segala keraguannya, ditugaskan untuk menemukan jawabannya.

Saat dia melintasi jalan setapak yang terbentang di antara pepohonan, dia melihat sesuatu yang menarik perhatian-Sebuah gubuk tua yang tersembunyi di balik rimbunnya semak belukar. Dengan hati-hati, dia mendekat dan merasakan aura magis yang mengalir dari bangunan itu. Cahaya bulan yang samar-samar menembus kanopi hutan, menerangi gubuk dengan sinar perak yang lembut. Luna merasa bahwa gubuk ini memiliki sesuatu yang berbeda, sesuatu yang menarik dan misterius.

Skeptisismenya mulai memudar, digantikan oleh rasa keingin tahuan yang mendalam. Dengan napas yang tertahan, dia melangkah maju, merasakan sesuatu yang aneh namun memikat di udara.

Tertarik dengan keberadaannya, Luna menggerakkan langkahnya menuju pintu gubuk yang terbuka sedikit, seolah menanti kedatangannya. Ketika dia mencapai pintu gubuk yang terbuka sedikit, dia merasakan ketegangan yang merayap di dalam dirinya. Namun, rasa ingin tahu yang mendalam mendorongnya untuk melangkah lebih dekat.

Dengan napas yang tertahan, Luna menggeser pintu gubuk perlahan-lahan dan memasuki ruang dalamnya. Cahaya bulan yang samar-samar menyinari ruangan itu, mengungkapkan suasana yang misterius dan kuno. Di pojok ruangan, dia melihat seorang petapa tua yang duduk bersila di atas tikar anyaman.

Wajah petapa itu bersinar di bawah sinar bulan, menampilkan ekspresi yang penuh dengan pengetahuan dan kebijaksanaan. Luna merasa seakan-akan matanya menembus jauh ke dalam jiwanya, mengetahui segala rahasia yang tersembunyi di dalamnya.

"Salam, Penyihir Muda. Sudah lama aku menantikan kedatanganmu."
Suara petapa itu lembut namun bergema di ruangan yang sunyi. Luna, yang awalnya terkejut, segera merasa tenang oleh kehadiran petapa itu.

Luna mengerutkan kening, merasa gugup tetapi terdorong untuk berbicara. "Salam. Bagaimana kau tahu aku akan datang? Aku bahkan tidak tahu mengapa aku berada di sini."

Petapa mengangguk dengan bijak. "Dunia ini penuh dengan misteri, Luna. Ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan mudah. Kau datang ke sini karena takdir membawamu. Ada sesuatu yang kau cari, bukan?"

Luna menarik napas dalam-dalam. "Aku datang untuk mencari jawaban tentang fenomena aneh yang terjadi di desaku. Tanaman layu tanpa sebab, sungai mengering, dan makhluk-makhluk malam yang misterius. Semua ini membuat desa kami ketakutan. Aku ditugaskan oleh Dewan Penyihir untuk menemukan penyebabnya."

Petapa mengangguk perlahan, seolah memahami sepenuhnya kekhawatiran Luna. "Fenomena yang kau sebutkan itu bukanlah hal yang baru. Itu adalah tanda-tanda dari ketidakseimbangan alam. Dunia ini penuh dengan kekuatan yang saling bertentangan, dan ketika keseimbangan itu terganggu, hal-hal aneh mulai terjadi."

Luna merasa semakin bingung. "Ketidakseimbangan? Apa yang bisa menyebabkan itu? Bagaimana aku bisa memperbaikinya?"

Petapa menatap Luna dengan mata yang penuh kebijaksanaan. "Ah, Luna, itu adalah pertanyaan yang sangat dalam. Keseimbangan alam bisa terganggu oleh banyak hal, baik oleh kekuatan gelap maupun tindakan manusia. Kadang-kadang, itu adalah hasil dari campur tangan makhluk-makhluk yang lebih tua dari waktu itu sendiri."

SilkaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang