16. Senja dan Kenangannya

74 34 60
                                    

Embun di dedaunan berkilau terang, sejuknya udara menyegarkan jiwa. Langit biru itu tanpa awan menghadang, menciptakan pagi yang cerah, menyapa alam dengan cinta

Pepohonan bergoyang perlahan, menari dalam harmoni. Dari kejauhan suara gemericik air sungai merdu terdengar, di sini, di alam damai tak bertepi. Ethereal Monarchy di pagi hari seperti tempat para peri, sangat aman dan tentram dibalut dengan keharmonisan.

Di lorong-lorong megah Kastel Ethereal Monarchy, bertukar cakaplah sang dua insan. Mereka adalah Putri Celia yang berusaha keras membujuk Aldric, seorang ksatria setia kerajaan, untuk menemaninya dalam perjalanan ke negeri tetangga.

"Aldric, bisa tolong temani aku untuk jamuan di negeri sebelah?" tanyanya dengan senyum memohon.

Aldric, dengan sikap hormat, menjawab, "Maaf putri, mungkin Anda bisa bersama asisten pribadi untuk ke sana, karena saya harus setia menjaga kastel."

Namun, Celia tidak menyerah. "Aku sudah memberitahu ayah bahwa kau akan menemaniku, dan dia mengizinkan. Ayolah," katanya dengan nada memohon yang lebih tegas.

Aldric terdiam sejenak, mempertimbangkan permintaan sang putri. Akhirnya, dia mengangguk, "Baik, Putri."

Mereka segera bersiap untuk perjalanan itu. Dokar kerajaan, dihias indah dengan lambang Ethereal Monarchy, menunggu di halaman. Para penjaga membuka gerbang besar, dan dokar mulai bergerak, membawa Putri Celia dan Aldric keluar dari kastel dan memasuki hutan yang lebat.

Di tengah perjalanan, suasana di dalam dokar hening. Putri Celia tampak senang dengan keberhasilan membujuk Aldric, sementara Aldric terus berjaga-jaga, matanya selalu awas mengawasi sekitar.

Ketika mereka berada di bagian hutan yang lebih dalam, Aldric merasakan sesuatu yang aneh. Matanya menangkap kilauan sesuatu di semak-semak di tepi jalan. Dia segera meminta pengemudi dokar untuk berhenti.

"Putri, ada sesuatu di sana. Saya perlu memeriksanya," kata Aldric sambil turun dari dokar dengan hati-hati.

Celia mengangguk, penasaran dengan apa yang dilihat oleh Aldric. "Hati-hati, Aldric."

Aldric berjalan perlahan menuju semak-semak, mencoba melihat dengan lebih jelas. Dia menyingkirkan daun-daun dan ranting-ranting kecil, dan di sana dia menemukan sebuah benda yang familiar. Itu adalah sebuah gelang dengan liontin berbentuk bulan yang dikenalnya dengan baik.

"Luna," bisik Aldric dengan perasaan campur aduk antara harapan dan kekhawatiran. "Ini milik Luna."

Aldric mengingat kembali kenangan tentang Luna, mereka terpaksa berpisah karena jalannya memang berbeda. Namun Aldric selalu janji pada dirinya sendiri untuk selalu menemani Luna walaupun raga mereka tidak lagi beriringan.

"Aldric, apa yang kau temukan?" tanya Putri Celia tiba-tiba yang sudah berdiri di belakang Aldric.

Aldric bergegas menghadap Celia, ia memperlihatkan gelang itu kepadanya. "Putri, ini milik Luna. Dia pasti ada di sekitar sini. Saya harus menemuinya sebentar."

Celia menatap gelang itu dengan penuh tanya. "Luna? Siapa dia? Kapan kalian mengenal satu sama lain, Aldric?" Pertanyaan bertubi-tubi dilontarkannya, ada sedikit kilatan kecemburuan yang tercetak dimaniknya.

"Ceritanya panjang, putri. Bolehkan saya mencari Luna, untuk menemuinya sebentar saja?" tanya Aldric, dia memohon. Namun, Putri Celia segera menggeleng tak menyetujui permintaannya.

"Maaf Aldric, tapi kita harus pergi ke jamuan. Kita tidak bisa terlambat. Kau tahu betapa pentingnya pertemuan ini bagiku," jawab Putri Celia. Jawaban itu membuat Aldric sedikit dongkol, namun segera ia hilangkan perasaan itu.

SilkaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang