Bab 12

25 11 42
                                    

Kaki milik Direktur Utama Baswara Group berjalan menyusuri trotoar. Aruna memilih berjalan-jalan sebentar, daripada menghubungi Mang Ayub untuk menjemputnya. Namun, tak ia lakukan. Sudah lama ia tidak berjalan kaki melihat hiruk pikuk Ibu Kota.

Tangannya yang menenteng tas genggam miliknya ia ayun-ayunkan. Kemudian dering telponnya yang berada di dalam tas itu menghentikan langkahnya yang pelan.

Nama Kevin terlihat disana. Bisa Aruna tebak kakaknya itu pasti menanyakan keberadaannya.

"Na, lo dimana?" Benarkan.

"Di jalan."

"Jalan pulang?" tanyanya dengan nada interogasi.

"Iya bentar lagi. Udah ya, bye." Tanpa menunggu respon dari Kevin, Aruna memutuskan sambungan itu.

Aruna sangat yakin kakak sepupunya itu pasti sedang mengamuk di sana. Biarlah, toh Kevin juga tidak bisa marah terlalu lama padanya. 

Perempuan itu bersiap untuk menyeberang, tapi tanpa sengaja netranya beradu pandang dengan netra kelam milik Seseorang di seberang sana.

Sagara, laki-laki itu sudah memperhatikannya dari tadi. Bibirnya melukiskan senyuman kala Aruna juga melihat ke arahnya, anehnya senyuman itu juga menular pada gadis itu. 

Aruna memperhatikan sekitar Sagara, banyak laki-laki dengan jaket berwarna abu-abu. Di antara orang-orang itu yang ia kenal hanya Agha dan Karna.

Tangan kekar Saga yang dibalut jaket kebanggaan Cranios itu melambai ke arah Aruna, menyuruh gadis itu untuk menghampirinya. Seperti terhipnotis, gadis itupun mengangguk tanpa ragu.

Saat kondisi jalanan sudah sepi, Aruna pun mulai melangkah. Baru saja kaki kanannya turun ke jalan, sebuah sepeda motor melaju ke arahnya. Pengendara sepeda motor itu lantas menggores lengan Aruna dengan pisau yang ia bawa.

Mata Sagara terbelalak pun dengan beberapa anggota Cranios yang melihat kejadian itu.

"Aruna!!" Ketua Cranios itu lantas berlari secepat mungkin ke arah Aruna yang jatuh terduduk. Gadis itu syok, lengannya yang lain secara reflek menekan luka akibat benda tajam itu.

"Kejar motor itu!!" seru Karna yang membuat beberapa anggota Cranios langsung menarik tali gas motor masing-masing. 

"Na, Lo nggak papa?" raut wajah Saga benar-benar terlihat cemas. 

"Nggak papa," jawab gadis itu sedikit linglung.

"Ayo kita ke rumah sakit."

"Nggak usah, Ga. kegores doang kok," tolak Aruna.

"Ya udah gue obatin aja."

****

Sagara membawa Aruna ke markas Cranios. Karena kemeja yang Aruna pakai adalah kemeja lengan panjang dan yang terluka adalah lengan bagian atasnya, Sagara tanpa permisi merobek lengan kemeja Aruna. Mengundang amukkan gadis itu.

"Gila ya lo!!!" bentak Aruna.

"Kalo nggak dikoyak susah, Na."

"Ya nggak harus dikoyak." Gadis itu masih tak terima.

"Kalo gitu lo mau buka baju?" tanya Saga dengan wajah datar.

Pipi gadis itu memerah tapi matanya melotot, tangannya yang kecil menonjok dada Sagara yang sudah pasti tak terasa apa-apa.

"CEO mesum," cibir Aruna.

Sagara yang tertawa kecil lantas mengobati luka Aruna dengan telaten. Untungnya luka itu tidak dalam, sehingga tidak perlu dijahit.

"Tadi itu siapa?" gumam Aruna.

"Mungkin orang iseng," jawab Saga walaupun pertanyaan itu bukan untuknya.

SAGARARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang