Bab 14

22 4 22
                                    

Tok.... Tok.... Tok...

Suara ketukan pintu ruangan Aruna terdengar saat gadis itu sibuk melamun memikirkan penyebab sang mama kembali mendapati kambuh dari sakitnya.

"Masuk," titahnya.

"Maaf menganggu, Nona." Raga Kirana terlihat memasuki ruangan milik bosnya itu. "Ada kiriman makanan untuk anda," ujarnya formal.

Alis Aruna bertaut, ia merasa tidak memesan apapun. "Gue nggak ngerasa pesen makanan."

Kirana merotasikan matanya. Lihatlah perempuan yang ada di depannya ini, memintanya untuk bicara formal di kantor tapi malah ia sendiri yang bicara informal.

"Ya mana gue tau, ini kiriman atas nama lo sebagai penerima!" seru Kirana nyolot.

"Santai Kir, kok nyolot," ujar Aruna heran.

"Lo nyuruh gue ngomong formal kalo di kantor, lah lo malah santai gitu bahasanya." Kirana mengeluarkan unek-uneknya.

"'Kan cuma kita berdua," sahut Aruna melemparkan kembali ucapan Kirana waktu itu.

"Ya udah ini." Gadis itu meletakkan paper bag dengan logo restoran terkenal di meja kebesaran Aruna lantas berlalu pergi.

Gadis itu mengeluarkan isi dari paper bag tersebut. Nasi goreng yang sangat harum langsung memanggil lapar milik Aruna. Tidak terlewat olehnya sebuah catatan kecil di sana.

"Selamat makan siang. Ayo kapan-kapan makan siang bareng, lagi"

Aruna tersenyum kecil membacanya, otaknya langsung tertuju kepada CEO Adinata yang semalam menginap di rumahnya. Namun, sayangnya senyuman itu tidak bertahan lama mana kala mata Aruna membaca sebuah nama si pengirim tertera di pojok kanan bawah.

-Rizky

Lapar dan senyumnya mendadak sirna. Gadis itu bangkit menuju ruangan Kirana yang ada di seberang ruangannya.

Tanpa mengetuk pintu, Dirut itu langsung saja menggerakkan engsel hingga pintu terbuka. Meletakkan paper bag dengan isinya yang belum ia buka.

"Buat Lo," katanya.

"Makanan tadi? Kok buat gue? Emang dari siapa?" cecar Kirana.

"Dari Pak Rizky," balas Aruna malas.

"Terus kenapa dikasih ke gue nj*r? Nggak menghargai pemberian banget lo," omel Kirana.

"Ya udah kalo nggak mau." Tangan Aruna bersiap untuk mengambil kembali paper bag tersebut, tapi ditahan oleh Kirana.

"Heh! Udah dikasih nggak boleh diambil lagi, buruk siku." Cepat-cepat ia mengeluarkan isinya.

"Dasar," cibir Aruna.

Elin, salah satu office girl di sana kebetulan melintas. Aruna dengan segala kuasanya menghentikan langkah office girl itu.

"Elin." Gadis itu lantas berhenti dan membungkuk sedikit ke arah Aruna. "Tolong buatkan saya mi rebus pake telur, sama sayurnya juga." Aruna mulai menyebutkan menu yang ia mau.

"Mi instan nggak baik untuk kesehatan." Suara berat itu muncul tiba-tiba yang mengalihkan atensi kedua orang di sana. "Dia nggak jadi makan mi," ujar Sagara kemudian mengarahkan dagunya sebagai kode agar si Elin pergi dari sana.

Bukannya langsung pergi, Elin malah mengarahkan netranya ke Aruna, bingung harus bagaimana. Aruna yang paham lantas mengangguk, akhirnya Elin pergi dari sana.

"Terus gue..." Perkataan Aruna terhenti saat Saga mengangkat kresek hitam tepat di depan wajah Aruna.

****

SAGARARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang