Bab 7

31 10 34
                                    

"Bisa-bisanya Direktur Utama Baswara Group masih bersantai di rumah. udah mulai melalaikan tugas ternyata." Itu suara Megumi, memergoki sang anak tengah yang sedang sarapan.

Ini sudah jam  10, harusnya gadis itu pergi ke kantor jam 8 tadi. Namun karena ia masih merasa kurang enak badan, ia memutuskan untuk cuti 1 hari lagi.

"Oh atau mungkin karena kamu merasa bahwa perusahaan itu akan jadi milikmu makanya kamu seenaknya." Ibunya itu berhasil menghilangkan nafsu makan Aruna.

"Ma, kepala Runa masih agak sakit. Jadi Runa ijin cuti 1 hari," jelasnya selembut mungkin berusaha menutupi kekesalannya.

"Seharusnya kamu nggak usah selamat. Saya akan sangat berterimakasih pada orang yang mencelakai kamu," ujar Megumi santai. Wanita itu tidak berpikir bahwa kalimatnya itu pasti melukai hati putrinya.

"Segitu bencinya kah mama sama aku?" tanya Aruna dengan suara rendah, matanya sudah mengabur karena lapisan bening yang bisa pecah kapan saja.

"Sangat benci, bahkan untuk sekedar denger nama kamu aja, bikin saya muak!!" bentak Megumi diakhir kalimatnya tepat di wajah Aruna.

Pecah sudah lapisan kaca dimatanya yang berusaha ia tahan. Entah keberanian dari mana, gadis itu bangkit dari duduknya menatap sang Mama. 

"Ma yang kehilangan disini bukan cuma Mama, Aku dan Naya juga ngerasa kehilangan. Kita semua kehilangan Ma. Tapi kenapa semua kebencian Mama, Mama tujukan ke aku? Aku bahkan nggak ngelakuin apapun Ma."

Plak!!

Pipi putih milik Aruna berubah menjadi merah karena tamparan keras dari sang Mama.

"Sudah berani kamu mengangkat matamu untuk menatap saya!! Dan apa kamu bilang? Nggak ngelakuin apapun? LUPA KAMU JIKA KAMU PENYEBAB SEMUA INI?! KAMU PENGHANCUR KELUARGA INI!! ANAK PEMBAWA SIAL!!" amukan Megumi terdengar diseluruh rumah besar itu.

Bi Puput yang beru selesai mengepel pun terkejut karena teriakan nyonyanya itu. Sedangkan Aruna berdiri gemetar di depan sang Mama.

"BI PUPUT!!" Bi Puput pun datang tergopoh-gopoh memenuhi panggilan Megumi. "Ambil ember bekas air pel." Awalnya ibu-ibu yang berusia setengah abad lebih itu enggan, tapi saat ia melihat Aruna mengangguk meyakinkan, wanita itu pun pergi untuk mengambil ember bekas air pel.

Saat ember itu sudah ada ditangannya, langsung saja wanita itu mengguyurnya ke Aruna bahkan melempar ember kosong itu ke anak tengahnya.

Aruna yang mendapat perlakuan itu hanya diam, ia sudah tau ini akan terjadi. Memangnya apa lagi. hal itu mengejutkan Bi Puput yang masih setia berada disana.

kaus lengan pendek berwarna baby blue yang ia pakai kini berubah warna menjadi coklat kumal. bahkan ia rasa lengannya akan membiru karena lemparan ember tadi.

Belum puas sampai di sana, Megumi mencengkram erat dagu Aruna, kuku panjangnya bahkan mungkin saja bisa menusuk kulit sang anak.

"Jaga batasan kamu anak sialan!" Setelah mengatakan kalimat menyakitkan itu, wanita dengan dress selutut itu melenggang pergi dengan angkuh.

Pertahanan Aruna runtuh, gadis itu meluruh ke lantai. Tangisnya pecah, sesak sekali rasanya. 

Bi Puput yang masih berdiri di sana, lantas merengkuh tubuh Aruna yang bergetar.

Lihat, gadis ini tidak mampu untuk melawan ibunya. Rasa sayangnya lebih besar daripada rasa marah dan bencinya untuk sang mama.

****

Setelah kejadian tadi Aruna lantas menyambar kunci motornya, mengendarai motor kesayangannya itu dengan kecepatan tinggi.

Saat ini pikirannya hanya tertuju pada 1 tempat, tempat yang ia jadikan untuk menceritakan apa saja yang ia lalui.

Tempat yang harusnya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai, bisa Aruna tempuh dengan waktu 15 menit.

Gadis itu, dengan pakaian yang tidak ia ganti berlutut di sebelah makam yang ditumbuhi oleh rumput Zoycia Japonica.

Makam dengan nisan yang bertulis Mangata Aditya Baswara itu sangat terawat. Makam yang sudah ada disana selama 10 tahun lamanya menjadi tempat Aruna untuk menenangkan diri, tempat ia mencurahkan keluh kesahnya. Makam sang Kakak, sulung Baswara bersaudara yang meninggal akibat kecelakaan.

Kecelakaan yang bahkan menurut Aruna bukan kecelakaan, melainkan disengaja.

Gadis itu hanya diam. Namun, air matanya tidak mau diam, terus mengalir membasahi pipi gadis itu.

Kak, kayaknya apa yang mama bilang itu bener. Aku penyebab keluarga kita hancur, aku yang udah bikin kakak pergi. Aku capek kak, tapi aku nggak bisa nyerah

Tangan Aruna terulur untuk mengelus nisan sang kakak yang dibuat dari marmer hitam.

Semenjak kepergian Mangata keluarga Baswara tak lagi hangat seperti sebelumnya. Ditambah lagi kepergian Tirta, kepala keluarga Baswara yang pergi setelah 2 tahun kepergian si sulung. Meninggalnya sang papa juga dinilai Megumi sebagai kesalahan Aruna.

Aruna menoleh saat ia rasa ada seseorang yang ikut berjongkok disebelahnya. Netranya menangkap sosok Sagara yang saat itu mengenakan jas. Sepertinya laki-laki akan pergi ke kantor.

Tangan besar Saga terangkat guna menghapus air mata Aruna yang lagi-lagi jatuh di pipinya.

"Gue nggak suka ada air mata di sini. Gue sukanya ada garis melengkung ke atas di sini." Kemudian tangannya ia gunakan untuk menarik kedua sudut bibir Aruna membentuk senyuman.

"Lo ngapain disini?"

"Gue ngeliat Lo ke sini, jadi ya gue ikutin," jawab Saga santai.

"Lo jadi penguntit berjas sekarang?" cetus Aruna.

Setelahnya suasana kembali hening. Namun tangan Aruna tak pernah berhenti mengelus nisan sang kakak. Matanya masih terlihat sendu dan penuh luka. Jujur Saga sangat tidak suka itu.

Laki-laki yang mengenakan jas berwarna navy itu lantas berdiri, kemudian tangannya terulur di depan Aruna.

"Ayo ikut gue," ajaknya.

"Ke mana?" tanya Aruna tanpa berniat menggapai uluran tangan Sagara.

"Ke tempat yang bisa buat Lo tenang."

"Gue udah dapet tempatnya." Pandangan gadis itu kembali jatuh ke makam sang kakak yang membuat Saga menghembuskan napas berat.

"Tempat lain Na. Lo nggak ngeri apa, ini kuburan. Masa iya setiap Lo lagi sedih larinya ke sini. Serem," bujuk Sagara.

"Tapi..."

"Gue bilang ayo," potong Saga tidak mau dibantah.

Akhirnya tangan kecil Aruna masuk ke genggaman tangan besar milik Sagara.

"Gue bakal bawa Lo ke tempat yang bikin gue tenang,"

*

*

*

*

14-05-25

SAGARARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang