Bab 17

6 0 0
                                    

Aruna meregangkan tubuhnya setelah seharian digunakan untuk duduk. Tepat pukul 15.33, gadis itu menyelesaikan tugasnya. Tadinya ia ingin pulang lebih awal, tapi malas sekali rasanya jika tugas harus dikerjakan di rumah.

Gadis itu kemudian melangkah menuju basemant tapi belum sampai suara dering ponsel dengan nada khusus terdengar. Senyum manis terlukis diwajahnya yang cantik.

"Halo pacar," sapa orang di seberang sana.

"Halo juga pacar."

"Pulang bareng, gue mau ajak ngedate." Tanpa menunggu waktu lama gadis itu berbalik menuju lobi. Masalah mobilnya, biar orang-orangnya yang mengurus.

"Kemana?" tanya Aruna.

Mobil bentley hitam milik Saga melaju pelan menyusuri kota Jakarta yang hampir menuju senja.

"Hhmm, gramed mau?"

"Of course!" Seru Aruna semangat.

Gramedia menjadi tujuan pasangan itu. Ini adalah kali pertama Aruna menginjakkan kakinya di tempat favoritnya bersama seseorang yang ia sebut pacar.

Dulu waktu bersama Daru, laki-laki itu yang selalu menentukan tempat ngedate mereka. Tempat kaku yang membuat Aruna tidak nyaman, tapi bodohnya Aruna hanya menurut.

Kini bersama Sagara, sepertinya tidak akan seperti itu. Laki-laki ini selalu memberikan ruang untuk Aruna memilih, katanya "kemana pun asal bareng Lo, pasti menyenangkan."

Beberapa buku Aruna sentuh, melihat cover, lalu membaca blurbnya. Sepertinya belum ada buku yang menarik perhatiannya.

"Apa yang lebih kamu suka? Sad end or happy end?" Pertanyaan Sagara menyadarkan Aruna dari fokusnya memilih novel.

"'kamu?"

"Biar lebih enak didengar." Benar. Ungkapan aku-kamu adalah sebuah frasa biasa, tapi ada makna 'kedekatan' dibaliknya.

"Sad end," ucap Aruna menjawab pertanyaan Sagara tanpa berpikir panjang.

Alis Sagara bertemu. "Kenapa?" Setaunya kebanyakan orang pasti selalu berharap happy end. Entah itu buku, film, atau dunia nyata sekali pun.

"Karena menurut aku sad end lebih jujur daripada happy end. Nggak ada happy end di dunia ini, semua akan pergi jika masanya habis dan akan memberikan luka untuk yang menyayanginya." Aruna memaparkan alasannya memilih sad end. "kamu?"

"Aku lebih suka happy end. Karena menurut aku. Walaupun kebahagiaannya cuma ada diakhir kisah setidaknya itu adalah balasan dari setiap luka yang pernah ada. Hidup bersama seseorang yang selalu membuat kita bahagia, menyembuhkan luka, dan jadi sandaran dalam setiap lelah," ucap Sagara. "Happy end bersamamu adalah semoga yang sedang aku panjatkan."

Aruna tidak bisa lagi menahan senyumnya. Gadis ini salting.

"Kalo gitu ayo bikin kisah yang happy end," ujar Aruna, sedangkan Sagara hanya tersenyum. Tangannya mengelus rambut Aruna yang hari ini ia biarkan terurai.

****

Selesai mandi dan berganti dengan piyama, Aruna langsung mencari keberadaan novel yang tadi Sagara belikan di Gramedia. Sekian menit ia mencari, tetapi novel itu tidak juga ditemukan.

"Kok nggak ada sih," gumamnya.

Akhirnya gadis itu meraih ponselnya dan mendial nomor Sagara. Didering ke 2, panggilannya langsung diangkat.

"Halo pacar, kenapa? kangen?"

"Novel aku mana?"

"Ada sama aku," jawab Sagara yang sukses membuat Aruna melotot.

SAGARARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang