BAB 11

33 12 49
                                    

"Aruna?"

Merasa namanya terpanggil dengan jarak yang cukup dekat, Aruna pun mendongak. Manik matanya yang coklat berserobok dengan manik kelam milik Sagara.

Tanpa permisi, laki-laki yang saat ini menggunakan jaket kulit berwarna hitam itu duduk tepat di depan Aruna yang hanya dibatasi oleh meja kayu panjang. Ia tidak memedulikan tatapan bingung Aruna.

"Lo ngapain di sini?" tanyanya.

"Numpang nyuci baju," jawab Aruna malas.

"Numpang cuci baju di warung nasgor?" tanya Saga tak percaya.

"Lo jadi CEO kok bego banget sih," caci Aruna.

Laki-laki itu malah tertawa puas melihat wajah sebal milik gadis di depannya ini. Tawa milik Sagara mengundang perhatian beberapa orang yang ada disana, dan jujur saja Aruna sedikit malu dan sedikit...... terpesona.

"Diem, malu diliatin orang," desis Aruna sambil melempar gumpalan tisu tepat di wajah CEO Adinata Group itu.

Tawa Sagara kini sudah mereda, matanya kentara sekali sedang menelisik wajah cantik Aruna. Tentu saja itu membuat Aruna gugup.

"Ngapain lo ngeliatin gue segitunya?"

"Lo abis nangis?" tebak Sagara.

"Ng-nggak," jawab gadis itu gugup lalu berusaha memalingkan wajahnya.

"Mata Lo bengkak Na."

"Kegigit tawon," sahutnya asal.

Baru saja Sagara ingin kembali menimpali ucapan Aruna, bapak-bapak penjual nasgor itu sudah datang membawa pesanan mereka.

"Gue anterin," ujarnya saat mereka berdua sampai di teras warung.

"Gue bawa motor," ucap gadis itu sambil memamerkan kunci motornya.

"Gue tau, pake motor sendiri-sendiri. Gue ikutin," jelasnya.

Akhirnya kedua motor besar itu berjalan berbaris menuju rumah Baswara. Aruna sesekali memandang ke spion motornya, melihat ke arah belakang yang di mana ada Sagara di sana. Gadis itu tersenyum, untungnya helm yang ia pakai adalah helm full face, jadi sudah dipastikan tidak ada yang tau bahwa ia sedang tersenyum.

Kini motor yang Aruna beri nama Sooty itu sudah berhenti di depan gerbang rumahnya yang tertutup. Gadis itu menoleh ke arah Sagara yang juga berhenti sebelum kemudian kembali melajukan motornya. Laki-laki itu sempat melambai ke arah Aruna yang hanya dibalas dengan anggukan.

****

"Lama banget sih! Lo beli nasgor di Kalimantan atau gimana?" omel Agha yang sudah kelaparan menunggu nasgor yang dibeli ketuanya itu.

"Makan gratisan aja banyak bacot Lo," sahut Karna.

"Gue tadi anterin Aruna dulu. Dia beli nasgor di tempat yang sama," jelas Saga.

"Tu bocah keluar larut malam gini nyari makan?" tanya Karna tak percaya.

Sagara hanya mengangguk sebagai balasan. "Dia, kayaknya abis nangis tadi."

"Kenapa?" tanya Agha dengan mulut penuh.

"Gue nggak tau."

"Kejadian 10 tahun lalu benar-benar merubah kehidupan dia," celetuk Karna yang membuat Sagara merenung.

"Gue tau. Ini salah gue."

"Ck, berhenti nyalahin diri Lo sendiri! Lo nggak salah bos," sahut Agha mendapat persetujuan dari Karna.

"Besok jadwalnya, jadi kan?" tanya Karna merubah topik.

"Jadi dong, ya kali kagak," jawab Agha semangat.

SAGARARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang