Bab 3

44 19 37
                                    

4 hari kemudian

Suara sendok dan garpu yang saling beradu di atas piring memenuhi ruang makan rumah Baswara.

Tidak ada obrolan ringan yang terlontar dari mulut 3 orang di sana. Semuanya hanya saling diam, menikmati makanan masing-masing.

"Lo beneran mau masuk kerja kak? Lo kan baru habis kecelakaan, harusnya istirahat." Suara Naya memecahkan keheningan yang tercipta selama 10 menit lamanya.

"Gue udah nggak papa," jawab Aruna santai.

"Tapi kan kak Lo itu abis kecelakaan," ujar Naya menekan kata terakhirnya dan sedikit mengeraskan suaranya agar Megumi yang sedari tadi sibuk dengan tabnya memberikan perhatian sedikit kepada anak tengahnya itu.

"Bisa kecilkan sedikit suaranya Naya? Mama lagi baca laporan," tegur Megumi. Ibu 3 anak itu benar-benar tidak peduli dengan kondisi Aruna.

Saat Naya akan membalas ucapan sang mama, Aruna sudah lebih dulu menendang kaki Naya di bawah sana dan melemparkan tatapan memperingatkan pada adiknya itu.

****

"Jangan pernah debat sama mama, apalagi itu gara-gara gue," ucap Aruna saat kakak beradik itu menuju mobil Aruna.

"Lagian mama nggak ada perhatian sedikit pun ke Lo kak," geram Naya.

"Mama masih ngijinin gue buat tinggal di rumah ini aja bagi gue itu udah perhatian," balas Aruna dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya.

"Tapi kak..." Teriakan Aruna yang tiba-tiba membuat Naya terkejut dan menghentikan kalimat bantahannya.

"SOOTY!!!!" gadis yang mengenakan kemeja midnight blue dan highwaist abu itu berlari kegirangan manakala ia melihat motor kesayangannya nangkring di halaman rumahnya.

"Cih, ngeliat motor udah kayak ngeliat pacar aja," cibir Naya melihat tingkah kakaknya itu.

"Hallo baby, how're you? Sorry yaa waktu itu aku ajak tiduran di aspal." Aruna mulai berbincang dengan motor kesayangannya itu. "Widih makin ganteng aja, kinclong gini. Udah nggak sakit lagi kan?" Tangan lentik Aruna mengelus motor ZX25R hitam itu dengan lembut.

"Stress lo kak, ngobrol sama motor." Nayanika memandang ke arah kakaknya dengan prihatin dan geli sekaligus.

Yang diberikan pandangan seperti itu balas melemparkan tatapan tajamnya.

"Ini yang ngantar siapa Mang?" tanya Aruna pada Mang Ayub, supir keluarga Baswara.

"Itu tadi bapak-bapak bengkel yang nganter," jelas bapak-bapak berusia sekitar setengah abad itu.

Aruna hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

Kirain si sombong itu. sadar dengan pikirannya, gadis berusia 23 tahun itu menggelengkan kepalanya.

"Lo oke kan kak?" tanya Naya.

"Hah? Oke."

"Ya udah ayo kalo gitu, telat ntar gue." Naya segera masuk ke mobil Aruna yang baru saja di lap oleh Mang Ayub.

****

Semua karyawan kantor yang melihat kedatangan Aruna lantas berdiri untuk menyambut bos mereka yang sudah 3 hari tidak masuk.

SAGARARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang