BAB 5

37 11 24
                                    

Suasana di depan ruang IGD terlihat tegang. Tidak ada yang membuka suara dari 5 orang di sana.

Air muka Sagara benar-benar keruh, antara khawatir dan marah menjadi satu. Ia khawatir dengan kondisi Aruna di dalam sana dan ia marah bagaimana bisa pihak keamanan hotel teledor dan hal seperti ini terjadi.

"Maafin saya Om, harusnya saya bisa lebih memperhatikan keamanan hotel." Karna terlihat bersalah dan tidak enak dengan Dimas dan Rismi.

"Bukan salah kamu Kar. Ini semua kecelakaan, kami juga nggak nyalahin kamu," ujar Dimas menenangkan Karnaa.

"Ini bukan kecelakaan. Ini jelas-jelas disengaja," sahut Sagara dengan suara rendah sarat akan emosi.

"CCTV lagi diperiksa. Kita pasti tau siapa pelakunya," terang Karna. "Maafin gue Ga."

Sagara yang sedari tadi duduk langsung otomatis berdiri saat pintu ruang IGD terbuka. Muncullah laki-laki muda dengan jas putih membalut tubuhnya yang lebih rendah dari Sagara.

"Keluarga pasien?" Tanya sang dokter dengan memindai satu persatu orang di sana.

"Kami orang tuanya Dok," sahut Rismi cepat.

"Pasien mengalami kebocoran pada kepala bagian belakangnya. Sepertinya itu pukulan dari benda tajam. Beruntunglah luka itu tidak menciderai organ vitalnya," jelas dokter muda tersebut.

"Sekarang dia baik-baik aja kan Dok?" Tanya Sagara.

"Pasien baik-baik saja, kita hanya tinggal menunggunya siuman."

"Bisa kami masuk kan Dok?" tanya Sagara lagi.

Dokter pun mempersilahkan mereka semua masuk.

Aruna terbaring lemah dengan ventilator yang menyumbat hidungnya.

Kelopak matanya menyembunyikan netra indah milik gadis itu.

Tangan Sagara yang besar menggenggam tangan Aruna yang terlihat kecil di genggamannya.

Melihat Aruna yang seperti ini membuat jantungnya berdetak cepat karena takut. Ia benar-benar takut kehilangan, lagi.

"Gue tau lo perempuan yang kuat, masa cuma karena di pukul pake botol anggur Lo kalah. Bangun Na, jangan bikin gue takut."

Agha, Karna, Rismi, dan Dimas hanya diam melihat bagaimana khawatirnya Saga akan wanita itu.

"Gue udah hubungi Kevin sesuai perintah Lo," ucap Agha yang sedari tadi tidak bersuara.

Selang 15 menit kemudian, mereka di kagetkan dengan pintu yang dibuka secara terburu-buru.

Seorang gadis yang mengenakan hoodie oversize dan cargo pants itu masuk dengan mata memerah menahan tangis.

"Kak." Naya memanggil sang kakak walaupun ia tahu Aruna tidak akan merespon.

Sagara pun akhirnya menyingkir, agar Nayanika bisa duduk di tempat ia duduk tadi.

Kevin datang dengan mata yang langsung menajam ke arah Sagara.

"Lo apain adek gue?" Mata laki-laki berumur 27 tahun itu terlihat sangat membenci Sagara, entah apa alasannya.

"Gue nggak mungkin ngelukai adek sahabat gue sendiri," balas Saga tak kalah tajam.

Kevin maju hingga sangat dekat di depan Sagara. "Jangan deketin adek-adek gue. Ini peringatan keras buat Lo, dan kalian semua." Pandangan Kevin pun menatap ke arah Karna dan Agha bergantian.

"Harusnya Lo makasih karena kita udah bawa Aruna ke rumah sakit," geram Karna.

"Dia nggak bakal kayak gini kalo nggak datang ke acara si penghianat ini." Tanpa sadar Kevin menaikkan nada bicaranya.

"Penghianat apa maksud Lo?! Lo cuma orang yang bisa ngejudge tanpa mau dengar penjelasan dari berbagai pihak!!" Sagara akhirnya kepancing emosi. Bahkan tangannya kini sudah mencengkram kuat kaos yang Kevin kenakan.

"Ga udah Ga, gila Lo." Agha dan Karna akhirnya berusaha melerai mereka yang terlihat akan baku hantam.

"STOP!! LO SEMUA BISA DIEM NGGAK?! Kalian buta?! Kakak gue sakit, kalo kalian mau adu jotos keluar!" Teriak Naya yang sudah muak dengan perdebatan yang tidak ia mengerti.

"Buset, cantik-cantik galak," cicit Agha yang kicep mendengar bentakan Naya.

"Mending kalian semua keluar, selesaikan masalah kalian." Dimas pun angkat bicara.

Kemudian Sagara dan Kevin keluar, disusul Mangata dan Agha.

Sepeninggal keempat laki-laki muda itu, Rismi pun mendekat ke arah Naya yang masih menangis. Dielusnya dengan lembut punggung Naya yang sedikit bergetar.

Sedangkan Dimas, ia akhirnya memilih keluar juga karena ada panggilan masuk.

****

Sagara, Kevin, Karna, dan Agha memilih pergi ke rooftop. Apakah mereka akan menyelesaikan masalah? Entahlah, Kevin bahkan memandang mereka bertiga dengan tatapan penuh permusuhan.

"Gue nggak suka Lo deketin adek gue. Lo cuma bisa bikin celaka orang-orang di sekitar Lo," lontar Kevin.

Sagara berusaha tenang dengan ucapan Kevin. "Lo pikir gue tega bikin orang yang gue sayang celaka kayak gitu?"

"Cih, sayang? Yakin Lo? Bukan cuma rasa bersalah atas apa yang udah Lo lakuin 10 tahun lalu?"

Atmosfer di sekitar mereka benar-benar berubah tidak nyaman. Karna dan Agha sudah bersiap jika saja dua sahabatnya itu akan kembali adu jotos.

"Lo itu cuma penghianat Ga! Lo pembunuh!! Dan Lo berdua sama penghianatnya kayak se**n satu ini," makian Kevin diakhiri dengan pukulan Saga tepat di pipi kirinya.

Napas laki-laki itu memburu matanya menatap Kevin nyalang. "Penghianat Lo bilang?! Siapa sebenarnya yang penghianat. Cranios itu dibangun dengan persahabatan dan saling percaya. Tapi Lo! Lo bahkan nggak pernah percaya sama gue, Lo ikut-ikutan nyalahin gue. Lo ninggalin Cranios disaat semua hancur!!" teriak Saga dengan urat leher yang tercetak jelas.

"Kalo keadaan gue balik, apa Lo nggak bakal ngelakuin kayak apa yang gue lakuin?! DIA SAUDARA GUE GA!" Rooftop yang tadinya sepi berubah ramai karena suara-suara perdebatan mereka.

"Lo pikir selama ini kita nggak anggap dia saudara? Persahabatan kita bahkan udah sampe tahap saudara Vin," ujar Karna tenang. Kalo mereka semua pakai emosi maka yang ada hanyalah perkelahian sia-sia.

"AARRGGGHHH!!!" Kevin mencengkram kuat rambutnya melampiaskan kekesalannya.

"Gue akan selalu ada dideket Aruna, dan Lo nggk bisa ngelarang gue!" Usai mengatakan satu kalimat itu Sagara pergi menuju ruangan Aruna dirawat.

Karnaa dan Agha ikut bersandar di pembatas rooftop bersama Kevin.

"Gue kangen Cranios yang dulu," ungkap Karna sembari menatap jauh gedung-gedung tinggi di depan sana. "Dulu kita sering konvoi bareng, bahkan sampe keluar Jakarta," sambung Agha.

"Kalian nggak tau rasanya di posisi gue. Gue hancur waktu denger berita itu," ujar Kevin.

"Semua anggota Cranios hancur waktu denger berita itu Vin. Tapi kita tetep percaya, kalo Saga nggak bersalah." Kalimat terakhir Karna spontan membuat Kevin menoleh ke arahnya.

"Tu orang ada di lokasi kejadian! Siapa lagi pelakunya kalo bukan dia." Gigi Kevin terdengar jelas saling bergemeletuk. "Dan kalian masih nerima orang kayak dia sebagai ketua di Cranios. Sinting Lo semua."

"Gue berharap persahabatan kita bisa kayak dulu lagi." Sahut Agha.

*

*

*

*

21-5-25

SAGARARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang