BAB 15

18 13 52
                                    

Sebuah mobil berjenis BMW Sedan berwarna silver terparkir di halaman rumah besar Baswara.

"Mobil kak Kevin kan ini?" tanya Naya.

"Ngapain dia?"

Kevin jarang sekali ke rumah jika tidak ada Aruna ataupun Naya. Karena tujuannya berkunjung ke rumah itu adalah kedua adiknya.

Begitu pintu utama dibuka terlihat seorang pria paruh baya yang sedang bercengkrama dengan Kevin di ruang tamu.

"Om Juliiii," seru Naya yang lantas menghambur ke pelukan pria itu.

"Halo princess kecil." Pria yang dipanggil Naya dengan sebutan 'Om Juli' itu membalas pelukan Naya tidak kalah erat. Netranya melihat ke arah Aruna kemudian tangannya gantian memeluk Aruna.

"Princess kecil yang ini ternyata sudah besar," ujarnya.

"Om, kenapa pulang nggak kasih kabar?" protes Naya.

"Namanya juga surprise," jawabnya.

"Tante Aca mana?" tanya Aruna.

"Di atas, nemuin mamamu."

"Kalian kenapa nggak kasih tau gue kalo kemarin sakit Tante kambuh?" tanya Kevin dengan nada kesal.

Aruna dan Naya pasti selalu menghubungi Kevin jika sesuatu terjadi. Jika tidak, maka yang terjadi seperti sekarang, laki-laki itu terlihat kesal.

"Kelupaan," jawab Aruna.

Julian Mahesa, abang Tirta, abang angkat. Ayah Kevin adalah anak angkat keluarga Baswara, yang otomatis Kevin sebenarnya sepupu angkat Aruna dan Naya. Julian selama 6 tahun terakhir tinggal di London, diamanahkan oleh Melia-Nyonya besar Baswara- untuk mengurus perusahaan yang berdiri di sana.

Julian sangat menyayangi keponakannya sebagaimana anak sendiri. Bahkan terkadang Kevin merasa dianak tirikan.

Tangan Julian yang sudah terlihat keriput merangkul Aruna dan Naya di sisi kanan dan kirinya.

"Bagus, gue diasingkan," cibir Kevin yang mengundang tawa ketiga orang itu.

****

"Nginep aja sih Tante," bujuk Naya.

Keluarga Kevin seharian berada di kediaman Baswara, mengingat kondisi Megumi yang kemarin sempat drop. Serta betapa rindunya Julian dan Aca kepada kedua keponakannya itu.

"Gue juga mau family time bareng nyokap bokap gue," sahut Kevin.

"Family time di sini aja." Naya semakin gencar melancarkan bujukannya.

"Ye itu mah bukan family time."

"Nanti kami ke sini lagi," ujar Aca. Kemudian mereka pun berjalan menuju keluar rumah.

"Kamu benar-benar perempuan yang kuat Na. Selalu kuat, jangan biarkan semesta merebut kuatmu," ujar Aca kepada Aruna.

"Kuatku ada pada anak menyebalkan itu," ucap Aruna sambil memandang adiknya yang sedang bersama Julian dan Kevin di depan sana.

"Kami selalu ada untuk kamu Na, jangan tanggung semuanya sendiri. Kevin selalu jadi garda terdepan untuk kalian berdua. Keluhkan jika lelah, teriaklah jika muak. Semesta pantas tau jika bebanmu terlalu berat," tutur Aca yang mendapat senyum dari keponakannya ini. Segera ia peluk tubuh Aruna.

Fisik gadis ini terlihat baik. Namun, jauh di dalam ia tau banyak luka yang hadir. Entah itu yang telah kering atau yang masih basah, semuanya membekas tanpa mau menghilang.

****

Pagi itu adalah hari libur untuk Aruna. Gadis itu bersantai di kamarnya dengan novel yang baru ia beli. Menyepi dari tumpukan berkas yang tidak ada habisnya. Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Aruna, pesan dari Saga.

SAGARARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang