Wen Junhui
Jujur, ada sedikit kesedihan ketika melihat semua anggota Seventeen datang mengunjungi ku, bukan kesedihan akan kedatangan mereka, BUKAN! jujur saja aku sangat senang saat ini. Kesedihan disini mengarah pada diriku sendiri, kesedihan karena sudah membuat semuanya khawatir karena kondisi ku, kesedihan karena harus berisitirahat dimana semua anggota yang lain sedang berjuang sangat keras, kesedihan dan rasa bersalah yang menyeruak ketika melihat mereka semua datang dan masuk ke dalam rumah yang ku tinggali untuk beberapa waktu ke depan.
Aku merasa benar-benar sangat egois jika memikirkan kembali kondisi ku yang sangat tidak profesional dalam pekerjaan ini, dan aku sempat membenci diriku sendiri karena ketakuan yang aku alami belakangan ini, ketakutan yang aku sendiri tak tahu bisa di sembuhkan atau tidak.
Wanita itu, wanita yang pernah membuat ku trauma akhirnya sudah di tangani oleh pihak kepolisian. Tapi anehnya kenapa perasaan ku tidak lega dan tidak senang, aku mencoba terus dan terus memahami perasaan ku sendiri akan banyaknya kejadian dalam hidup ku belakangan ini, tapi sampai sekarang aku masih belum menemukan jawabannya, entah aku yang tidak peka terhadap sekitar atau aku memang bodoh dalam mengenali semua emosi yang ku rasakan.
Waktu itu, ketika aku sedang di ambang batas antara hidup dan mati oleh kelakuan wanita itu, aku sempat bertanya pada diriku sendiri, apakah kerja keras yang ku lakukan selama ini akan berakhir seperti ini? apakah ketika aku sudah tiada orang-orang akan bersedih akan kepergian ku? dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang terlintas dalam kepala ku.
Jika dengan kepergian ku wanita ini akan bahagia dalam hidupnya, tak akan menyakiti para anggota ku, aku akan ikhlas.
Tapi ternyata aku masih di berikan kesempatan untuk hidup, aku harus bersyukur kan? seharusnya.
Lamunan ku terhenti ketika The8 menanyakan keadaan ku selama tinggal disini, bagaimana perasaan ku saat ini, bagaimana masa pemulihan ku, dan apa yang ku rasakan saat ini, aku hanya menjawab bahwa aku sedang dalam keadaan yang sangat baik hari ini, tapi anehnya mengapa malah justru perasaan sesak yang ku rasakan, desakan air mata yang ingin keluar terus ku tahan karena rasa sesak yang seperti menghantam dada ku sejak tadi. Apakah pertanyaan "Bagaimana perasaan mu hari ini?" punya efek yang luar biasa untuk ku? jawabannya tetap tidak ku temukan.
Semuanya terdiam, dan aku tidak suka semuanya diam, aku tidak suka kesunyian, aku suka bersama dengan mereka yang penuh dengan canda tawa, aku suka melihat mereka tersenyum padaku, aku suka melihat tingkah konyol mereka saat sedang menghiburku, aku tidak suka suasana ini.
Tapi anehnya, mereka menginjinkan ku menunjukan semua rasa emosi ku pada mereka, apa aku harus menunjukannya? tapi jika aku menunjukkan emosiku apakah mereka masih mau membersamai ku? apakah mereka masih tetap menerima ku yang seperti ini?
Terlalu banyak dugaan-dugaan yang muncul hanya karena memikirkannya, tapi perasaan sesak di dada ku tidak kunjung menghilang. Lalu ku coba pecahkan tangisku perlahan, semuanya terdiam seketika, tapi aku tidak sempat melihat ekspresi mereka, aku terlalu sibuk mengeluarkan semua emosi yang ku tahan selama ini, tangisan ku yang ku biarkan tumpah semakin deras setiap detiknya sampai aku pikir ini mungkin adalah salah satu perjalanan hidup yang harus ku lewati.
Aku sudah pasrah, ketika mereka satu persatu menghampiri ku kemudian memeluk ku erat, pelukan yang entah mengapa membuat sesak dalam hati ku perlahan memudar, ah benar! aku masih membutuhkan mereka, dan mereka masih membutuhkan ku, maka aku putuskan aku akan hidup dengan lebih baik setelah ini. Aku akan terus melangkah bersama mereka untuk selamanya. Aku berjanji.
Choi Hayoon
Ku katakan sekali lagi bahwa aku senang berada disini, aku senang tinggal bersama nenek ku, apa aku salah? semuanya mengatakan bahwa aku bodoh karena telah meninggalkan kehidupan ku di kota dengan kembali ke desa kecil.
Ayah dan ibu ku tetap mendukung ku apapun keputusan ku, jadi mengapa aku harus mendengar suara-suara sumbang dari orang yang tidak mengenal ku dengan baik, lagi pula HEY!! aku masih bekerja sesuai dengan bidang passion ku, aku masih menerima permintaan para client yang membutuhkan jasa ku di bidang desain grafis, aku masih melakukan banyak hal yang kusukai.
Ku beritahu salah satu contoh hal yang kusukai, adalah mengikuti berita dan informasi tentang grup Kpop favorit ku, Seventeen. Para lelaki itu yang membuat ku kuat melakukan banyak hal karena lagu-lagu mereka. Rasanya seperti menemukan tempat untuk pulang ketika mendengarnya.
Jangan tanya siapa favorit ku disana, kalian pasti sudah tahu jawabannya, Mr. Moon yang secara tiba-tiba berada di satu desa yang sama dengan ku. Hal gila apa yang sudah ku lakukan di masa lalu hingga aku bisa melihatnya secara langsung seperti ini? ini keajaiban bukan? atau anugerah? apapun itu, sepertinya ini adalah bagian dari mimpi para penggemar. Mungkin!
Tapi aku merasa sangat bahagia sekaligus sedih secara bersamaan, artikel yang kubaca beberapa hari yang lalu sempat membuat ku tak bisa tidur semalaman. Aku menangis karena berita mengatakan bahwa ia akan berisitirahat karena kesehatannya yang kurang baik. Aku lega sekaligus sedih karena tidak akan melihatnya lagi aktif di media sosial.
Kujalani hari-hari ku dengan penuh rasa syukur karena bisa melihatnya langsung dalam keadaan baik-baik saja, aku bersyukur karena bisa memberinya semangat di masa-masa pemulihannya. Tapi aku lupa satu hal, ada batas bagi seseorang untuk bersyukur karena suatu hal, dan satu hal itu adalah melihatnya secara langsung sedang kesakitan di lantai karena rasa kecemasannya. Aku tidak bersyukur sudah melihatnya, aku hancur ketika melihatnya.
Bagaimana ia meringkuk kesakitan seorang diri, bagaimana ia mencoba meminta pertolongan tanpa ada satu pun yang bisa mendengarnya, bagaimana ia pasrah dengan takdir yang membawanya kemanapun arah tujuannya, aku sangat hancur karena sudah melihatnya.
Tapi disaat aku hancur karena melihatnya, ia malah bersyukur karena aku berhasil menemeukannya. Aku menahan tangisku ketika ia tersenyum setelah melihat ku, aku sesak, aku kesulitan bernafas, aku seperti orang bodoh yang tidak bisa berbuat apapun ketika melihatnya kesulitan. Aku penggemar yang buruk untuknya. Benarkan?
Semalaman aku berfikir bagaimana caranya bisa besikap biasa saja setelah mengetahui kejadian semalam, sampai akhirnya ku temukan jawabannya. Aku akan tetap mendukungnya apapun alasannya, aku akan tetap berada di sampingnya untuk memberinya kekuatan, aku akan tetap berada di dunianya sampai ia sadar bahwa ada aku, penggemar yang selalu mendukungnya sampai kapan pun. Aku berjanji.
Tbc
Chapter ini isinya hanya narasi, tapi aku ingin semua pembaca tahu dari sudut pandang masing-masing tokoh itu seperti apa. ^^
Mari beri cinta yang banyak untuk Jun dan Hayoon ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me ✔️
FanfictionDalamnya lautan kadang masih bisa untuk di Selami, bagaimana dengan hati manusia ? Seorang idol yang mengalami trauma karena sifat obsesi seseorang yang mengaku sebagai fans, hingga akhirnya membuat Jun kesulitan tidur setiap malam. Hingga suatu har...