BAGIAN 18

40.6K 2.6K 237
                                    

HAPPY READING!

Jangan lupa vote dan komen!❤️‍🔥

YANG BANYAKKK💋💋

Selamat bertemu dengan Fourich!🚩

========

BITTERSWEET RUINS
[ Bagian 18 | Gym Date ]

"Bisa, Lun?" Tanya Savana seraya memapah Luina dengan hati-hati.

"Bisa, kok, aman-aman."

Luina tidak pingsan, darah yang gadis itu keluarkan juga tidak banyak. Tapi pening yang ia dapatkan, dan shock yang masih belum sepenuhnya hilang—membuatnya sedikit kesulitan berjalan dengan benar.

"Gue minta tolong sama yang lain dulu ya, UKS masih jauh, nanti lo pingsan lagi."

"Gak usah, Sav, gue bisa kok—"

"Eh eh tuh, kan!" Savana reflek mengencangkan papahannya pada tubuh Luina yang limbung.

"Lo pusing banget ya? Gue panggil yang lain aja ya."

Luina menggeleng lemah. "Gak, gausah. Gak akan ada juga yang mau bantuin gue di sini. Ayo jalan lagi."

Savana menghela napas, sedikit kasihan. Pada akhirnya dia pasrah dan tetap memapah Luina dengan langkah pelan.

Di tikungan koridor, empat pemuda muncul dengan langkah cepat.

Alex. Ardanthe. Zirga. Regaska.

Melihat dua perempuan yang berjalan pelan menjauh dari toilet, mereka langsung menyusul. Akan tetapi, baru memotong setengah jarak, mereka dibuat terkesiap ketika melihat tubuh Luina limbung.

Dalam sepersekian detik, mereka mengubah langkah menjadi berlari. Dan sebelum tubuh Luina benar-benar jatuh—

Seseorang menangkapnya.

Luina dan Savana kompak tersentak.

Dengan satu gerakan cepat, Ardanthe langsung meraih tubuh Luina dan mengangkatnya ke dalam gendongan.

"Danthe?"

Savana dengan sadar diri melangkah mundur. Tetapi dia untuk kedua kali dikagetkan oleh keberadaan Alex, Zirga, dan Regaska di belakangnya.

"Danthe, turunin. Gue bisa jalan sendiri." Luina meronta dalam gendongan.

"Ohya? Terus ngapain ada Savana kalau bisa jalan sendiri?"

"Ya maksudnya gak perlu digendong!" Balas Luina. Entah kekuatan dari mana, gadis itu tidak lagi lemas seperti sebelumnya. "Turunin gak?!"

Ardanthe membalas tatapan Luina sebentar, sebelum dengan iseng, pura-pura melepaskan gendongan—membuat Luina spontan memekik dan memeluk lehernya kencang.

"Lo apa-apaan sih?!"

"Makanya diem, sebelum gue beneran buang lo ke lantai," tegas Ardanthe.

Luina berdecak, sementara Ardanthe langsung melangkah menuju UKS tanpa mengatakan apapun lagi.

Di samping itu, Regaska yang menyadari sedang diperhatikan reflek menoleh.

"Apa?" Ketusnya pada Savana. "Kita cuma gak mau ada yang mati di koridor sekolah. Ntar ribet."

Savana hanya memasang mata senyum seolah percaya.

"Kalau bukan karena dia bikin ribet, gue juga gak peduli," timpal Alex kelewat santai.

BITTERSWEET RUINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang