"Kimi memiliki penyakit lambung yang membuat dirinya lemah ketika pola makannya tidak teratur dan begadang berlebihan." Shila menjelaskan sambil menyuapi bubur pada Kimi. Wanita hamil itu merasa ada yang aneh dengan keadaan Kimi sekarang dan rasanya ada rahasia dalam kehidupan Kimi. Entahlah tapi Shila yakin itu!
Ghaaziy mendengar seksama apa yang disampaikan Shila. "Apakah sebaiknya kita bawa Kimi ke rumah sakit?" tanyanya, cemas.
Kimi menggeleng dan Shila melihatnya. Maka Shila yang ambil bicara, "Tidak perlu, Kimi masih bisa pulih dirumah saja."
"Kau bersiap bekerja untuk hari ini saja, Ghaaziy. Biarlah aku yang menjaga Kimi seharian ini selama kau dan suamiku bekerja untuk kami." Shila tersenyum tipis ke arah Ghaaziy yang wajah cemasnya mendadak jadi dingin.
"Asisten pribadiku sakit, jadi aku tidak ingin pergi ke kantor!" Ghaaziy berucap tegas lalu beranjak keluar kamar tamu. Di ambang pintu dia bersimpangan dengan Juan yang sudah siap menjemputnya untuk bekerja. Tapi Ghaaziy abai dan melanjutkan langkah ke halaman belakang rumah.
Kimi menghela nafas pelan. Lagi-lagi Ghaaziy akan merajuk jika ia tidak menyiapkan pakaian formal untuk bekerja. Dia berinisiatif turun dari kasur tapi perutnya masih terasa nyeri. "Aws," desisnya lirih.
"Kamu istirahat saja, Kimi!" ucap Shila, tegas. Pandangan Shila beralih ke Juan yang berdiri dibelakangnya. "Kamu urus Ghaaziy sebisa mungkin. Ancam segala hal yang bikin sifat a childish man dia hilang dalam sekejap, oke?" ujarnya. Dia menarik dasi Juan supaya suaminya menurut.
Juan mengangguk sambil memelotot karena cekikan sang istri tidak main-main. "I-iya, sayangku cintaku cahaya bulanku." Pria itu tersenyum manis lalu mengecupi seluruh inci wajah Shila.
Krek! Bunyi putaran kunci menjadi atensi Shila yang sedang terbuai oleh tatapan suaminya. Ia terkejut ketika Kimi sudah tidak ada disampingnya lagi! "Baby! Kimi hilang!" jeritnya.
"Dia sedang menyusul Bayi Dugong, sayangku." Juan tampak gemas dengan Shila yang cemberut setelah mendengar jawabannya.
"Kalau Ghaaziy itu Bayi Dugong, terus kamu bayi apa? Bayi Buaya, bukan? Hahaha," Shila tertawa sendiri didalam kamar tamu tersebut.
Sedangkan Juan terpaksa senyum demi mood Ibu hamil tetap terjaga. "Iya Bayi Buaya, tapi mangsanya yang tepat hanya kamu! I love you, Ibu hamil."
"I love you more, Bayi Buaya!"
****
Ghaaziy mengusap wajahnya kasar. Lalu memandangi taman bunga yang bisa meredakan emosi. Rasa takut kehilangan Kimi itu ada bahkan kini mengganggu hal yang sudah lama hilang darinya. "Dia itu siapaku?" gumam Ghaaziy, bingung.
Masih dengan baju muslimnya, Ghaaziy merenung di kursi dan mencoba menguak memori yang menghantuinya selama ini. Memori Ghaaziy sekilas hilang sebelum kejadian kecelakaan kala itu yang menyebabkan orang tua dan calon adiknya tiada. Dan Ghaaziy terbesit pikiran jika Kimi ada hubungannya dengan hilangnya ingatan itu. Tapi itu masih kemungkinan, maka Ghaaziy perlu menyelediki.
"Kimimela Maureen. Kelahiran kami terpaut 10 tahun lamanya yang artinya dia masih belia sebelum tragedi kecelakaan." Ghaaziy masih menerka-nerka sendiri.
Lama merenung, Ghaaziy di sadarkan oleh tepukan lembut di bahunya, tepukan yang beberapa hari ini sudah menjadi rutinitas. Dia menoleh dan menemukan Kimi yang menatapnya sambil tersenyum tipis. "Kenapa kesini?" tanyanya.
"Hari ini Anda mengenakan setelan formal warna abu-abu dan kemeja putih! Untuk sarapannya saya menyiapkan roti panggang dengan selai cokelat dan keju mozzarella!" Kimi menjelaskan seceria mungkin demi Ghaaziy mau bekerja.
"Aku tidak ingin bekerja hari ini, Kimi!"
"Kenapa tidak ingin bekerja? Coba katakan alasannya." Kimi mengambil duduk disamping Ghaaziy yang semakin jauh duduknya dari Kimi. Kimi tersenyum tipis, memaklumi.
"Kalau kamu ingin aku bekerja, ikutlah bersamaku!" Bukannya menjawab, Ghaaziy malah memberikan perintah yang bikin Kimi menghela nafas panjang.
"Oke, saya ikut Anda! Segera bersiap karena jam masuk kerja hampir di mulai!" Kimi beranjak lalu diikuti Ghaaziy.
"Kenapa kamu menerimanya?"
Kimi melirik sinis ke Ghaaziy. "Saya lelah untuk berdebat, Sir." jawabnya, singkat. Dia berlalu ke kamarnya untuk bersiap ikut kerja bersama Ghaaziy.
Ghaaziy pun menyusul Kimi dengan cepat supaya mereka bisa berangkat kerja bersama.
****
Lagi dan lagi kebersamaan Ghaaziy dan Kimi mengundang atensi karyawan seperti waktu pertama kali Kimi ke perusahaan Ghaaziy. Mereka sangat serasi dengan Ghaaziy yang mengenakan jas dan Kimi mengenakan dress vintage muslimah. Bisikan semakin menjadi kicauan keras di lantai 1 yang bikin Ghaaziy kembali badmood gara-gara para karyawan.
"Kalian bisa kembali kerja!" ucap Ghaaziy, tegas.
Kimi menarik jas Ghaaziy menuju tangga darurat yang berada di luar perusahaan. "Jangan galak-galak nanti cepat tua," ucap Kimi bermaksud lelucon.
Keduanya menaiki tangga darurat untuk menuju lantai dimana ruangan Ghaaziy berada. Ghaaziy menurut saja berjalan dibelakang Kimi yang sangat proporsional tubuhnya ketika berjalan di undakan tangga dengan heels 10 sentimeter. Sosok Kimi mood booster untuk Ghaaziy akhir-akhir ini. Tanpa berbicara padanya pun, Kimi sudah bisa membuatnya teduh walau hanya berdiri di depannya.
"Kamu bisa lakukan apapun disini, Kimi." ucap Ghaaziy begitu mereka masuk ke dalam ruangan.
"Termasuk tidur?" tanya Kimi.
"Hm. Jangan lupa di kunci ketika saya berada diluar," ujar Ghaaziy.
"Iya. Selamat tidur, Sir!" Selanjutnya Kimi jatuh ke sofa lalu langsung tidur setelah berdoa singkat.
Ghaaziy menggelengkan kepalanya. "Lagi-lagi kamu hanya terlihat menggemaskan," gumamnya.
Tok tok tok!
"Masuk!" Ghaaziy tahu itu Juan. Dan, benar! Juan masuk sambil mendengus kesal karena dia sudah di tinggal. Ghaaziy yang melihat pun tersenyum meremehkan.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Naughty Little Butterfly
RomansaKehidupan remaja Kimimela di porak-poranda oleh laki-laki masa lalunya. Tinggal satu atap pasti menumbuhkan benih-benih cinta diantara mereka. Ghaaziy hanya bisa ditaklukkan oleh keberadaan Kimi dan Kimi bisa sembuh dari traumanya dari perlakuan Gha...