↓ What do you want ?

217 13 0
                                    

Hey,Perkenalkan, namaku Hoseok, Jung Hoseok, usiaku 18 tahun, aku duduk di bangku kelas XI, aku tengah berjalan di koridor menuju kelasku saat ini, aku bisa bersekolah di sekolah elit ini karena otak cerdasku, jadi sekolah memberiku pendidikan gra...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hey,
Perkenalkan, namaku Hoseok, Jung Hoseok, usiaku 18 tahun, aku duduk di bangku kelas XI, aku tengah berjalan di koridor menuju kelasku saat ini, aku bisa bersekolah di sekolah elit ini karena otak cerdasku, jadi sekolah memberiku pendidikan gratis atau istilah kerennya adalah beasiswa.

Aku tinggal di sebuah rumah mewah dengan luas 7x7 meter, dengan dua kamar yang masih-masing berukuran 3x3 meter , dapur, kamar mandi dan sedikit ruang tamu yang di dinding nya tergantung TV tua kami, setiap malam akan ada suara nyamuk yang akan menemaniku tidur, di beberapa sisi dinding rumah ada cat yang sedikit terbuka memberi kesan estetik di rumah ini.

Ayahku sudah meninggal, ayahku meninggal karena ledakan yang terjadi 5 tahun lalu di pabrik bahan kimia tempat dia bekerja, ada sekitar 4 orang yang meninggal saat ledakkan itu, di antaranya ada 2 ilmuwan dan 2 lagi adalah tukang bersih-bersih dan ayahku masuk di daftar korban tukang bersih-bersih. Semenjak saat itu, ibuku lah yang mengambil alih peran menjadi tulang punggung keluarga.

Ibuku adalah wanita tangguh, sebelum ayahku meninggal, dia adalah ibu rumah tangga yang lembut, ibuku masih terlihat cantik di usianya yang sudah menginjak kepala 4 ini.

Ibuku adalah wanita pekerja keras, bekerja hingga dia harus pulang dini hari, terkadang aku khawatir jika dia nanti sakit karena outfit nya yang selalu seperti kekurangan bahan, terkadang juga dia membawa sumber uangnya ke rumah, memberi sedikit servis  agar dia mendapatkan  uang,  aku sudah terbiasa mendengar teriakkan ibuku atau erangan dari si sumber uangnya itu, saat ibuku tengah bekerja, suaranya dan partner nya itu tak mungkin tak membuatku bermain solo, ayolah, aku sudah besar dan aku tak masalah dengan itu, aku sudah bisa mengurus diriku sendiri sekarang jadi biarkan ibuku bekerja untuk mengumpulkan uang sebanyak mungkin.

Aku ingin menjadi seorang dokter, menjadi dokter bukankah akan mendapatkan uang yang banyak ?, Itulah tujuanku belajar dengan giat, ,aku ingin mengeluarkan ibuku dari pekerjaannya yang sekarang.

Aku suka menari, aku suka mendapat pujian, aku suka saat orang-orang bersorak gembira setelah aku menyelesaikan tarianku, itu membuatku merasa benar-benar berguna untuk orang lain, berguna karena dapat menghibur orang lain, tapi bukan teriakan seperti pagi ini, orang-orang berteriak padaku karena mereka melihat foto ibuku terpajang di mading sekolah tengah duduk manis di pangkuan seorang laki-laki yang merupakan sumber uangnya, ini semua karena ulah seorang siswa berwajah pucuk itu.

Pria berwajah pucat yang bernama Min Yoongi itu adalah kaka tingkatku, entah apa masalahnya denganku sampai-sampai dia melakukan itu, dari aku kelas X dia selalu saja membuat diriku menjadi pusat perhatian, apa dia mau perhatian dariku ?, Entahlah, selama ini dia selalu menggangguku tapi aku tak menggubrisnya, tapi kelakuan Yoongi kali ini benar-benar keterlaluan, bagaimana jika sekolah gratis ku bermasalah ?.

Siang ini di ruang seni musik yang berada di ujung bangunan, aku menghampiri pria pucat itu, ruang seni musik adalah markasnya, dengan beberapa pengikutnya yang aku tak ingin kenal, tapi mau tak mau aku tau nama pemimpinnya, siapa yang tak kenal mereka ?, Tentu tak ada, bahkan gerombolan mereka di kenal sampai sekolah lain.

"Kau punya masalah denganku ?"
Satu pertanyaan santai namun dengan suara keras ku lontarkan saat aku menginjakkan kakiku di lantai ruangan itu   dan para gerombolan itu melihat ke arahku, aku bisa melihat pria pucat itu terbangun dari tidurannya dan duduk dengan bersandar nyaman di sandaran sofa merah itu, tangannya terlipat di depan dadanya, sofa merah empuk itu seperti tempat tidur untuknya di sekolah ini, mereka semua melihatku seperti mangsa yang dengan sukarela datang ke kandang mereka.

"Wah wah wah, lihat sipa yang datang"
Ucap salah satu di antara mereka, aku pernah mendengar para wanita meneriaki namanya, aku tak ingat dengan jelas, sepertinya jak ?, Jako ?, Jackson ?, Entahlah, aku tak ingat dan aku tak perlu mengingat nama mereka.

"Tinggalkan kami"
Satu kalimat yang sangat-sangat pendek yang keluar dari bibir tipis pria pucat itu mampu membuat pengikutnya meninggalkan ruangan itu, meninggalkan kami berdua.

Sejujurnya aku sedikit takut, ingat, hanya sedikit, siapa yang tak takut, dia adalah siswa paling semena-mena di sekolah ini, mungkin karena pemilik sekolah ini adalah ayahnya, jadi berlaku semaunya, hanya anak-anak yang dia pilih yang boleh masuk ke kelompok sampahnya.

"Duduklah"
Perintahnya padaku dengan mengangkat sedikit dagunya untuk menunjuk sebuah kursi silver dengan dudukan berwarna hitam yang ada di hadapannya itu, akupun mengikuti maunya, ku dudukan bokongku dengan nyaman, ku naikkan sebelah paha ku ke atas paha lainnya, ku lipat tanganku seperti yang dia lakukan, aku tak ingin terlihat lemah.

"Berdirilah di sampingku, maka tak ada yang akan menggangumu"
Satu kalimat keluar dari bibir tipisnya yang tentu aku mengerti maksudnya dan itu membuat tawaku hampir pecah tapi ku coba untuk menahannya, biar ku simpan untuk leluconnya yang lain, bagaimana bisa dia memintaku untuk menjadi pengikutnya, itu mungkin akan berhasil untuk orang lain, tapi tidak denganku.

"Jangan membuatku tertawa tuan Min Yoongi, kaulah sumber dari semua masalahku, lalu kenapa aku harus menjadi pengikutmu hah ?, Harusnya aku menjauhimu, bukan justru mengikutimu, kau sangat lucu"

"Beasiswamu tak akan aman jika kau menolak tawaranku"

(1)oneshoot, Twoshoot, Threeshoot, . . .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang