6

284 44 1
                                    

Mendengar perkataan Lavella, Henson dengan wajah sedihnya segera mengangguk. Dia membantu Lavella naik ke punggung kuda dan dia sendiri segera duduk di belakang Lavella. Meraih tali kekang kuda, Henson menjadi orang yang mengendalikan kuda itu. Lavella tidak mengatakan apa pun, dia hanya berpegangan pada rambut kuda dan mereka segera meninggalkan bagian gang gelap tersebut.

Mereka berkuda melewati gang-gang gelap. Berusaha membuat suara serendah mungkin sampai mereka tiba di perbatasan menuju hutan, barulah kuda itu berlari dengan sangat kencang. Menebus malam yang gelap di mana kuda itu bisa melihat meski memang agak terganggu. Henson juga melebarkan pupil matanya tidak mau ada yang membuat mereka terjatuh.

Lavella yang sudah menghapal jalan memberikan intruksi ke mana Henson harus melangkahkah kuda. Suara gadis itu menembus malam yang dingin dan angin yang kencang.

Henson bisa merasakan dingin yang dirasakan Lavella. Jadi dia mempercepat kudanya agar tidak membuat Lavella semakin dingin dalam menembus angin yang begitu kencang. Gadis itu tidak akan mengatakan apa pun jadi Henson berusaha mengerti dirinya. Karena Lavella memang terbiasa memendam segalanya sendiri.

Setelah Lavella mengatakan berhenti, Henson segera menghentikan kudanya. Dia menatap sekutar dan tidak menemukan apa pun selain pepohonan tinggi dan juga kegelapan.

Lavella sudah turun dari Henson juga mengikutinya turun. Gadis itu mengulurkan tangannya dan membawa Henson pada pertanyaan. "Obormu. Nyalakan sekarang. Kita butuh api."

"Oh." Henson segera meraih kantong pelana kudanya. Ada obor di sana yang ditutup dengan rapat. Dia membuka tutupnya dan segera menyalakan api lalu menyalakan obor. Dia sudah akan memegangkan obor itu untuk Lavella.

"Berikan padaku," ucap Lavella mengambil obor itu dan melangkah kemudian.

Henson mengikuti Lavella masuk ke dalam kegelapan. Mereka sampai menyibak rerimbunan dan melewati begitu banyak pepohonan tinggi. Sudah lama melangkah dan meninggalkan kuda, Henson tidak menemukan ada jalan sama sekali yang akan menunjukkan bangunan. Malah semakin dalam, semakin menyeramkan.

"Apa sebenarnya yang akan kita datangi ini, Lavella? Kenapa rasanya menyeramkan di sini?"

"Takut?" nada itu tenang, tapi jika itu dulu pasti itu adalah ejekan.

"Bukan seperti itu, aku hanya takut kau terluka."

Lavella mendesah dengan agak keras.

"Maaf, aku tidak akan bicara lagi."

"Tidak menyalahkanmu. Kita sudah sampai." Lavella menunjuk dengan nyala obornya ke arah tembok yang terlihta begitu kusam. "Ikuti aku, jangan sampai kau tersesat."

Henson mengangguk dan melangkah mengikuti Lavella, mengejutkan saat Lavella mendorong tembok itu dengan ringan. Dia tidak terlihat terganggu sama sekali dengan debu yang ada di dalamnya. Gadis itu melangkah biasa bahkan tidak menghindari debu dan rumah laba-laba yang bertebaran. Seolah sangat terbiasa berada di tempat mengerikan seperti ini.

"Bekas bangunan apa ini, Lavella?" tidak tahan hanya dia mengikuti, Henson memutuskan bertanya. Karena Lavella jelas bukan gadis yang dia tahu akan mendatangi tempat seperti ini.

Lavella diam sejenak, berusaha menghindari rumah laba-laba yang mengenai wajahnya. "Tempat orang terdahulu meracik racun. Kau tahu sendiri, Arandelle dulu memiliki beberapa ahli yang bisa membuat racun."

"Ya. Dan itu dihentikan sejak kaisar terdahulu naik tahta. Racun tidak diperbolehkan karena itu hanya merugikan banyak pihak. Yang aku tahu hanya satu negeri yang masih menggunakan racun sampai sekarang, dan itu menyebabkan negeri itu dikucilkan. Lalu buat apa kau datang ke sini?"

"Aku bisa melakukannya. Meracik racun."

"Apa?"

"Ya."

"Tunggu, aku percaya kau bisa, meski kau tidak pernah mengatakannya. Tapi buat apa kau datang ke sini? Jangan katakan kau akan melakukan apa yang aku pikirkan."

"Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, Hen."

Henson bergerak dengan cepat. Dia berdiri di depan Lavella yang sedang memegang obor. Menghentikan langkah gadis itu dan segera menatapnya dengan sungguh-sungguh. "Kau ingin membuat racun?"

"Lebih tepatnya, aku sudah membuatnya. Dan aku menyimpannya di sini. Aku harus menemukannya."

"Apa ayahmu tahu?"

"Dia menyuruhku menyembunyikannya. Dia mengatakan bakat yang aku miliki agak terlalu berbahaya untuk keluarga dan diriku. Jadi dia tidak pernah membiarkan aku mengatakannya pada siapa pun. Terutama pada Tyrone, dan bahkan padamu. Ayah mau aku menyimpannya untuk diriku sendiri. Aku setuju dengan syarat ayah akan mengizinkan aku tetap menyelinap ke sini dan aku selalu datang bersama dengan pengawal atau pelayanku. Mereka berdua tahu rahasiaku, tapi mereka sudah mati. Jadi aku tidak memiliki cara lain untuk tidak melibatkanmu dalam bahaya. Aku minta maaf."

"Kau pikir itu yang aku takutkan sekarang? Dalam bahaya karenamu, itu bukan masalah besar. Aku sudah menyiapkan diriku." Mata Henson memberikan pandangan tidak mengizinkan. Tidak mengizinkan gadis itu membawa dirinya berada dalam bahaya. "Tapi aku tidak ingin kau membuat dirimu sendiri berada dalam bahaya, Lavella. Aku mohon. Aku sungguhi memohon."

"Kau mau aku bunuh diri, Hen?"

"Apa yang kau katakan? Mana mungkin aku membuat kau membunuh dirimu, mana mungkin aku ingin kau berakhir seperti itu. Aku hanya –"

"Aku harus membunuh Tyrone, Hen."

"Apa? Jangan bercanda!"

***

Ready Ebook di playstore
Tamat juga di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep

Rebirt The Queen (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang