9

230 43 1
                                    

Dulu pandangan Tyrone adalah yang paling menyiksa baginya, juga mengganggu dan dibalut dengan kebahagiaan. Tapi sekarang tatapan pria itu tidak lagi dapat mengusik ketenangannya. Cinta yang dia miliki untuk pria itu juga mungkin sudah lama lenyap. Karena debar dan kupu-kupu yang kerap mengepakkan sayapnya di dalam diri Lavella tidak lagi terasa. Segalanya diam, dan terlalu hening.

Kereta berhenti. Mereka tiba di kediaman sang kaisar dengan begitu banyak penjaga yang berjaga di sana. Menatap penjaganya, Tyrone sama sekali tidak mendapatkan kepuasan. Begitu mudah bagi Lavella meninggalkan kediaman ini, jadi apa gunanya mereka. Meski jelas itu bukan salah mereka karena bahkan mereka tidak tahu soal jalan rahasia itu. Hanya kepala pengawal yang tahu tapi dia membawa kepala pengawal bersamanya. Jadi sepenuhnya segalanya tidak memiliki salah siapa pun, kecuali Tyrone yang melupkana betapa jeli ingatan Lavella.

Tyrone sudah turun, dia meraih tubuh Lavella. Gadis itu awalnya menolak tapi pandangan Tyrone membawa jelas kenyataan kalau gadis itu tidak dapat melawannya. Lavella akhirnya melingkarkan lengannya di leher Tyrone. Dan pria itu melangkah membawanya masuk ke kamar pribadinya. Saat menurunkan Lavella di ranjang yang tadinya Lavella pikir akan menemukan barang yang berserakan, gadis itu salah. Kamar itu bersih seperti tidak pernah diacak oleh siapa pun.

Guci dan pajangannya baru. Lavella mengingat bagaimana bentuk barang-barang yang dia hancurkan dan rusak. Segalanya berbeda. Kamar itu juga tidak meninggalkan jejak barang rusak sama sekali. Padahal dia berada di kamar yang sama. Jelas Tyrone memiliki pelayan yang kompeten dan bisa diandalkan.

Lavella mengedarkan pandangannya, memastikan sekali lagi kalau kamar itu memang tidak salah dia lihat. Dia mendongak kemudian menatap Tyrone yang sedang melepaskan sabuknya dan melemparkan benda itu ke lantai. Menyisakan pakaian yang sudah jatuh longgar di tubuh rampingnya. Pinggang pria itu bahkan sangat kecil. Tapi semua orang tahu kekuatan seperti apa yang ada dibalik kerampingan tubuh pria tersebut. Bahkan di masalalu beberapa orang menguji kekuataannya sebagai putra mahkota, dan mereka semua dipukul mundur dengan telak.

Seluruh hal yang ada di dalam diri Kaisar Tyrone Price selalu menguarkan godaan. Entah berapa banyak gadis yang disingkirkan Lavella untuk berada di sisi pria itu. Tapi sekarang, Lavella rela menukar segalanya demi bisa enyah dari pandangan pria ini. Dia membencinya sampai ke inti jiwanya.

Tyrone berdiri di depan Lavella, dia menatap sejenak gadis itu kemudian berbalik meninggalkannya ke arah lemari.

"Kau tidak marah padaku?" tanya Lavella.

"Karena melarikan diri?"

"Karena menghancurkan kamarmu. Merusak guci dan lukisanmu. Dan menghancurkan barang antik yang begitu kau sayangi."

"Marah tapi sudah selesai. Selama kau tidak meninggalkan aku, kau boleh melakukannya. Apa pun yang ingin kau rusak, silakan. Aku mengizinkannya."

Lavella menatap punggung itu lama sampai Tyrone berbalik padanya. Pandangan mereka bertemu dan Lavella coba menemukan tatapan bersalah di mata pria itu. Tapi dia tidak menemukannya sama sekali. Mata itu masih sekelam biasanya. Memberikan labirin kehidupan pada siapa pun yang menatapnya. "Aku tidak akan pergi darimu. Aku tidak kan meninggalkanmu. Hidup dan mati bersama, benar?"

Tyrone yang mendengarnya terkejut. Dia berbalik dan berusaha menemukan kebohongan dalam ucapan gadis itu. Tapi dia tidak menemukannya. Pandangan itu juga tidak goyah saat menatap Tyrone. "Hidup dan mati bersama?"

"Kau menjanjikan itu dulu pada kita. Kita memang belum melakukan janji suci pernikahan. Tapi itu berlaku, kan?"

Tyrone merasa lega mendengarnya. Dia bergerak ke arah Lavella yang sedang duduk di pinggir ranjang. Kedua kaki gadis itu ada di lantai dan Tyrone berlutut di hadapannya. Menjatuhkan kepalanya ke paha Lavella dan hampir menangis saat tahu Lavella sudah berdamai dengan segalanya. Tyrone berpikir dia akan menunggu sangat lama untuk dapat mendapatkan maaf dari Lavella. Tapi sepertinya cinta mereka sama-sama besar untuk berada dalam permusuhan yang lama.

"Ty?"

"Hm?"

"Maukah kau melepaskan orang yang bersamaku karena aku sudah mengatakan tidak akan pergi darimu?"

Tyrone yang mendengarnya kehilangan ketenangannya. Dia mengangkat pandangannya dan menatap Lavella dengan tajam. "Apa kau sengaja berdamai dan mengatakan tidak akan meninggalkan aku karena Henson itu? Kau melindunginya dan rela menukarnya dengan kemarahanmu?"

Lavella menyentuh kepala Tyrone di mana pria itu masih berlutut. Dia mengusap rambut panjang pria itu yang sengaja tidak diikat. Matanya yang abu gelap memberikan misteri yang begitu luar biasa. Lavella berusaha menahannya, dia sungguh berusaha tapi pada akhirnya tangisannya keluar kencang.

Tyrone segera meraih gadis yang jatuh itu dan membawanya ke pelukannya. Lavella didudukkan di paha Tyrone dan pria itu mengusap punggungnya dengan lembut. "Aku di sini, Istriku. Aku di sini."

"Aku sudah sendiri sekarang, Ty. Aku tidak memiliki ayah lagi. Aku kehilangan pelayan dan pengawalku. Aku tidak memiliki siapa pun. Aku tidak memiliki siapa pun."

Tyrone memeluk dengan lebih erat, membawa Lavella sadar kalau gadis itu tidak sendiri. Tyrone bersamanya. Tyrone tidak akan pernah meninggalkannya dan akan selalu di sisinya, apa pun yang terjadi.

"Mereka semua pergi meninggalkan aku. Mereka semua membenciku," suara Lavella sudah redup. Dia tidal bersuara sekeras itu lagi. Gadis itu juga sudah lebih tenang.

Itu membuat Tyrone melonggarkan sedikit pelukannya. Dia masih mengusap punggung itu tanpa dia sendiri bisa menghentikannya. "Mereka semua menyayangimu. Mereka semua mencintaimu. Akulah yang salah, aku terlambat menyadari segalanya dan membuat mereka terbunuh. Aku minta maaf, aku tidak dapat melindungi ayahmu dan seluruh Capeland."

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Rebirt The Queen (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang